Aprindo Minta Pemerintah Pro Retail Lokal

Jum'at, 26 Desember 2014 - 12:21 WIB
Aprindo Minta Pemerintah Pro Retail Lokal
Aprindo Minta Pemerintah Pro Retail Lokal
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Pudjianto meminta pemerintah untuk pro kepada retail lokal di tengah potensi masuknya retail asing ke pasar domestik.

Dia menjelaskan, penetrasi retail modern di Tanah Air paling rendah dibanding negara tetangga. Menurut Fitch Ratings dengan tingkat penetrasi 14%, Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Filipina 25% atau Malaysia 53%.

Aprindo mencatat hingga semester I/2014 sekitar 24.000 gerai retail modern tersebar di seluruh Tanah Air. Angka ini diprediksi akan terus tumbuh dengan perkiraan sebesar 10% pada tahun depan.

Sektor ritel modern memang tumbuh lebih cepat dibandingkan pedagang tradisional selama lima tahun terakhir. Tapi menurut Fitch Ratings kontribusi terhadap seluruh industri retaill hampir tidak beranjak, berada di kisaran 20%.

Menurut dia, hal ini menyiratkan pasar retail modern masih luas untuk berekspansi. Pasar Indonesia bakal menjadi sasaran empuk peritel dari luar dan jaringan distribusinya akan dikuasai asing kalau tidak dilindungi pemerintah.

"Karena itu, pemerintah selayaknya memberikan kebijakan yang pro pemain lokal dan selektif terhadap pemain asing yang akan masuk," kata dia dalam rilisnya, Jumat (26/12/2014).

Dia menagaskan bahwa keberpihakan pemerintah mutlak dibutuhkan. Kebijakan di sektor retail yang melempangkan jalan pertumbuhan (ekspansi) ritel modern lokal di Tanah Air merupakan faktor yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah baru.

"Karena bisnis ritel ini lebih mengutamakan pertumbuhan dengan berekspansi," imbuh dia.

Perekonomian yang membaik dalam 10 tahun terakhir membuat posisi Indonesia menjadi incaran para investor asing. Pemain retail asing dari Eropa, Jepang, China beberapa kali melakukan penjajakan ke Indonesia.

Selain itu, dari regional juga ada dari Vietnam, Thailand, Malaysia dan Singapura mereka sangat berminat untuk membuka bisnisnya di sini. Bahkan peritel China dan Jepang yang memiliki suku bunga rendah siap menanggung rugi 10 tahun demi berinvestasi jangka panjang di Indonesia.

Karena itu, Pudjianto menyatakan peritel tak boleh hanya berpangku tangan. Retail mesti bersiap diri, apalagi menghadapi serbuan pemain retail asing dengan berbagai gemerlap yang bisa menarik minat konsumen. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjaga loyalitas konsumen, dan juga mengembangkan pasar yang luas.

Dia menuturkan, peritel asing pun tidak sepenuhnya bisa head to head dengan pemain lokal, tanpa melibatkan peran pelaku retail lokal yang sudah memahami dan menguasai pasar dalam negeri.

"Penetrasi retail asing ini juga peluang untuk mengakomodasi keinginan mereka berinvestasi dan memulai bisnis di Indonesia, dengan menjalin kerja sama atau pola kemitraan," tuturnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6287 seconds (0.1#10.140)