Ricuh, Munas Hipmi XV Deadlock
A
A
A
BANDUNG - Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ke XV yang menjadwalkan pemilihan Ketua Umum diwarnai keributan dan deadlock.
Sejumlah agenda di Munas yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini berkali-kali molor dan deadlock di rapat pleno III yang membahas AD-ART, hari ini.
Hingga dihentikan pemimpin sidang, tak ada kejelasan kapan Munas ini dilanjutkan dan memunculkan ketua umum baru pengganti Raja Sapta Oktohari yang sudah ditetapkan demisioner.
"Kami skors kembali, sampai waktu yang belum bisa kami tentukan. Nanti kami akan tentukan," kata pimpinan sidang rapat pleno III Alex Yahya Datuk, Rabu (14/1/2015).
Sidang berjalan alot mulai dari sidang pleno I hingga pleno III. Hingga pukul 05.00, hari ini sidang pleno III deadlock. Padahal, sesuai jadwal hari ini seharusnya sudah terpilih ketua umum baru yang dilakukan di rapat pleno IV.
Situasi di dalam ruang rapat yang digelar sejak tadi malam memanas dan banjir interupsi. Sejumlah teriakan, perebutan pengeras suara dan lempar botol minuman mewarnai sidang di pagi dini hari tadi.
Situasi yang riuh bahkan membuat kondisi semakin berantakan tatkala salah satu anggota rapat melakukan tindakan anarkis dengan mengangkat kursi dengan maksud melemparkannya ke meja pimpinan sidang.
Untungnya, sejumlah pihak keamanan Trans Luxury Hotel dengan sigap mengamankannya. Berdasarkan pantauan di lapangan, di luar ruang sidang sejumlah satuan keamanan hotel dan kepolisian siap siaga mengamankan hajatan tersebut.
Sejumlah peserta munas pun terlihat lelah dan kecewa dengan situasi tersebut. "Situasinya deadlock. Saya sedih dan malu kenapa Munas berujung seperti ini," ucap seorang panitia Munas yang tak ingin disebutkan namanya.
Kericuhan sebenarnya terjadi tak hanya dini hari ini. Sebelumnya dalam rapat-rapat yang membahas sejumlah agenda di Senin (12/1) malam. Kericuhan juga sudah merebak.
Pihak keamanan bahkan sempat menyeret seorang peserta Munas keluar ruangan yang akhirnya justru menyulut protes dan keributan hingga ke luar ruang sidang.
Biaya Membengkak
Dari seorang sumber di kepanitiaan Munas, molornya sejumlah rapat membuat biaya penyelenggaraan Munas membengkak. Sebagai ilustrasi, biaya sewa ruangan ballroom dan banquet di acara tersebut menelan biaya Rp1,5 miliar per hari.
Jika sesuai jadwal, ruangan disewa panitia Munas selama tiga hari (11-13 Januari 2015), biaya sewa dikisaran Rp4,5 miliar.
Namun, angka tersebut belum termasuk biaya sewa booth kandidat calon ketua umum, stand pameran dan sejumlah ruangan untuk kepanitiaan dan biaya perangkat panitia lainnya.
Belum lagi sewa kamar untuk peserta Munas di hotel berbintang yang cukup mahal yang dirata-ratakan sebesar Rp3 juta per hari. Untuk diketahui, ada sekitar 4.000 peserta Munas yang hadir di hajatan tiga tahun sekali tersebut.
Dari kabar yang beredar, hajatan Munas akan dipindah ke tempat lain lantaran kontrak dengan hotel pun sudah berakhir. Wacana sementara Munas Hipmi akan diselenggarakan di Seskoad Bandung.
"Kontrak gedung memang sudah habis. Jadi nanti deh diinfokan lagi," ucap Ketua Panitia Pelaksana Munas XV Hipmi Ariful Yaqin Hidayat.
Dalam munas kali ini, tiga kandidat bertarung untuk menjadi Ketua Umum Hipmi, yakni Bahlil Lahadalia, Bayu Priawan Djokosoetono, dan Andhika Anindyaguna.
Masing-masing BPD Hipmi memiliki pilihan tersendiri untuk kepempimpinan Hipmi mendatang. "Kompetisinya memang makin memanas, meski suasananya sangat cair," kata Ketua BPD Hipmi Banten Ade Siswanto.
Dari kasak-kusuk yang beredar di Munas XV Hipmi, lobi-lobi yang terjadi di antara kandidat dan 165 pemilik suara memang sangat terasa. Beberapa kali tim sukses masing-masing kandidat sibuk melakukan lobi dengan mengumpulkan pemilik suara.
Tak bisa dipungkiri, layaknya pemilihan ketua parlemen dan ketua partai politik, isu soal 'money politics' pun menyeruak. Dari isu yang beredar jual beli suara nilainya makin tak masuk akal.
Sejumlah agenda di Munas yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini berkali-kali molor dan deadlock di rapat pleno III yang membahas AD-ART, hari ini.
Hingga dihentikan pemimpin sidang, tak ada kejelasan kapan Munas ini dilanjutkan dan memunculkan ketua umum baru pengganti Raja Sapta Oktohari yang sudah ditetapkan demisioner.
"Kami skors kembali, sampai waktu yang belum bisa kami tentukan. Nanti kami akan tentukan," kata pimpinan sidang rapat pleno III Alex Yahya Datuk, Rabu (14/1/2015).
Sidang berjalan alot mulai dari sidang pleno I hingga pleno III. Hingga pukul 05.00, hari ini sidang pleno III deadlock. Padahal, sesuai jadwal hari ini seharusnya sudah terpilih ketua umum baru yang dilakukan di rapat pleno IV.
Situasi di dalam ruang rapat yang digelar sejak tadi malam memanas dan banjir interupsi. Sejumlah teriakan, perebutan pengeras suara dan lempar botol minuman mewarnai sidang di pagi dini hari tadi.
Situasi yang riuh bahkan membuat kondisi semakin berantakan tatkala salah satu anggota rapat melakukan tindakan anarkis dengan mengangkat kursi dengan maksud melemparkannya ke meja pimpinan sidang.
Untungnya, sejumlah pihak keamanan Trans Luxury Hotel dengan sigap mengamankannya. Berdasarkan pantauan di lapangan, di luar ruang sidang sejumlah satuan keamanan hotel dan kepolisian siap siaga mengamankan hajatan tersebut.
Sejumlah peserta munas pun terlihat lelah dan kecewa dengan situasi tersebut. "Situasinya deadlock. Saya sedih dan malu kenapa Munas berujung seperti ini," ucap seorang panitia Munas yang tak ingin disebutkan namanya.
Kericuhan sebenarnya terjadi tak hanya dini hari ini. Sebelumnya dalam rapat-rapat yang membahas sejumlah agenda di Senin (12/1) malam. Kericuhan juga sudah merebak.
Pihak keamanan bahkan sempat menyeret seorang peserta Munas keluar ruangan yang akhirnya justru menyulut protes dan keributan hingga ke luar ruang sidang.
Biaya Membengkak
Dari seorang sumber di kepanitiaan Munas, molornya sejumlah rapat membuat biaya penyelenggaraan Munas membengkak. Sebagai ilustrasi, biaya sewa ruangan ballroom dan banquet di acara tersebut menelan biaya Rp1,5 miliar per hari.
Jika sesuai jadwal, ruangan disewa panitia Munas selama tiga hari (11-13 Januari 2015), biaya sewa dikisaran Rp4,5 miliar.
Namun, angka tersebut belum termasuk biaya sewa booth kandidat calon ketua umum, stand pameran dan sejumlah ruangan untuk kepanitiaan dan biaya perangkat panitia lainnya.
Belum lagi sewa kamar untuk peserta Munas di hotel berbintang yang cukup mahal yang dirata-ratakan sebesar Rp3 juta per hari. Untuk diketahui, ada sekitar 4.000 peserta Munas yang hadir di hajatan tiga tahun sekali tersebut.
Dari kabar yang beredar, hajatan Munas akan dipindah ke tempat lain lantaran kontrak dengan hotel pun sudah berakhir. Wacana sementara Munas Hipmi akan diselenggarakan di Seskoad Bandung.
"Kontrak gedung memang sudah habis. Jadi nanti deh diinfokan lagi," ucap Ketua Panitia Pelaksana Munas XV Hipmi Ariful Yaqin Hidayat.
Dalam munas kali ini, tiga kandidat bertarung untuk menjadi Ketua Umum Hipmi, yakni Bahlil Lahadalia, Bayu Priawan Djokosoetono, dan Andhika Anindyaguna.
Masing-masing BPD Hipmi memiliki pilihan tersendiri untuk kepempimpinan Hipmi mendatang. "Kompetisinya memang makin memanas, meski suasananya sangat cair," kata Ketua BPD Hipmi Banten Ade Siswanto.
Dari kasak-kusuk yang beredar di Munas XV Hipmi, lobi-lobi yang terjadi di antara kandidat dan 165 pemilik suara memang sangat terasa. Beberapa kali tim sukses masing-masing kandidat sibuk melakukan lobi dengan mengumpulkan pemilik suara.
Tak bisa dipungkiri, layaknya pemilihan ketua parlemen dan ketua partai politik, isu soal 'money politics' pun menyeruak. Dari isu yang beredar jual beli suara nilainya makin tak masuk akal.
(izz)