RI Sasar 7,4 Juta Turis Asing, InJourney Pacu Pengembangan Destinasi

Kamis, 19 Januari 2023 - 19:05 WIB
“Sekitar 8 tahun lalu Sanur demografinya itu 50 tahun ke atas. Pertama kali kita bangun, kita lumayan nekat. Kita dikomentari banyak orang, mereka bilang harusnya kita bangun hotel buat orang tua jangan buat anak muda, tapi kita tidak begitu. Kita bangun Artotel Sanur dengan konsep modern, temporary, inspired local hotel. Saat itu kita kaget tiba-tiba demografinya jadi mayoritas 30-40 tahun,” paparnya.

Dia memandang transisi terjadi di Sanur secara perlahan. Kini, Sanur menjadi destinasi seperti Uluwatu. “Itu kita lihat transisi Sanur pelan-pelan terjadi. Kasarannya yang dulunya untuk orang yang pensiun, sekarang jadi happening banget. Jadi the next Canggu, seperti Uluwatu, mulai banyak beach club, banyak mal, retail, dan kita berharap dari sisi perhotelan di Sanur,” tutur Eri, sapaan akrab Erastus Radjimin.

Pihaknya juga menyambut positif gebrakan pemerintah dengan mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur yang menggandeng Mayo Clinic Hospital.

“Luar biasa, ini tidak main-main. Kalau sudah jadi, selain bisa mendatangkan pasien, bisa juga menjadi lokasi konferensi para dokter atau perusahaan farmasi yang berpusat di Sanur. Sudah waktunya Sanur bangkit lagi,” tandasnya.



Managing Partner Indies Capital Pandu Sjahrir menambahkan, terus menggeliatnya investasi di Tanah Air tentunya menjadi angin segar yang membawa optimisme di tengah ketidakpastian global.

Terkait industri hospitality seperti perhotelan, dia juga melihat investasi makin banyak dan ini menunjukkan Indonesia sebagai negara yang stabil.

“Orang melihat Indonesia bisa jadi tuan rumah G20 dan aman. Tahun ini juga kita hosting ASEAN Summit. Insha allah kita bisa menjalankan tugas itu dengan baik, dan saya rasa itu akan menggerakkan juga roda ekonomi, dan paling penting adalah roda ekonomi pariwisata yang harus dikembangkan lebih banyak,” tandasnya.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Presiden Federation of ASEAN Travel Associations (FATA) yang juga Ketua Umum Astindo Pauline Suharno menilai Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN kurang fokus dalam berpromosi.

Menurut dia, pariwisata Indonesia tertinggal dari negara lain seperti Vietnam padahal sumber daya alam dan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia luar biasa.

Pauline menyebut ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan wisatawan dalam memilih berwisata di negara ASEAN terlebih ketika pandemi menyerang. Selain faktor keamanan dan kenyamanan, harga tiket pesawat juga menjadi perhatian.

Dia pun menyoroti masih tingginya penerbangan ke Indonesia maupun penerbangan di domestik. Menurut dia, salah satu solusinya adalah melalui pemberian insentif.

“Negara lain berupaya membawa sebanyak mungkin corporate incentive. Pengelola bandara juga memberikan insentif ke maskapai supaya mau terbang ke sana,” tukasnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More