Singapura Resesi, Apa yang Perlu Diantisipasi Indonesia?
Selasa, 14 Juli 2020 - 13:19 WIB
JAKARTA - Pemerintah diminta mengambil langkah cepat dalam merespons perkembangan ekonomi Singapura yang dipastikan masuk jurang resesi akibat dampak wabah virus corona (Covid-19).
Mengantisipasi hal yang sama, Ekonom Core Piter Abdullah menilai pemerintah perlu segera mendongkrak konsumsi di sektor kebutuhan pokok. Ekonomi nasional juga diyakini bisa tertolong dengan mendongkrak kegiatan perdagangan di sektor pertanian.
"Struktur ekonomi kita tidak seperti singapura. Kita tidak bergantung kepada ekspor, perekonomian kita lebih bergantung kepada konsumsi rumah tangga. Sementara selama wabah ini, konsumsi walaupun mengalami penurunan tetapi tidak terlalu besar," kata Ekonom Core Piter Abdullah Saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Piter melanjutkan, konsumsi khususnya barang primer masih tetap ada. Sehingga, perekonomian walaupun terkontraksi, tidak akan sangat dalam seperti Singapura. "Kontraksi ekonomi atau resesi selama wabah sebenarnya merupakan kewajaran. terjadi hampir disemua negara. terutama negara-negara yang sangat bergantung kepada ekspor seperti Singapura," jelasnya.
(Baca Juga: 215 Negara Krisis Corona, Jokowi Prediksi Ekonomi RI Tumbuh Minus)
Sebagai informasi, Ekonomi Singapura masuk resesi, setelah pertumbuhan ekonomi negara tersebut minus 41,2% pada kuartal II/2020 terdampak pandemi corona. Sementara, secara year on year (Yoy) atau tahun ke tahun PDB Singapura merosot sebesar 12,6%.
Departemen Perdagangan dan Industri Singapura menyatakan, produk domestik bruto (PDB) negara itu sebagian besar dihitung dari data bulan April dan Mei. Kontraksi pertumbuhan sebesar 41,2% itu lebih buruk dari survei Bloomberg yang memperkirakan penurunan 35,9%.
Resesi yang menimpa Singpura diprediksi akan berdampak pada Indonesia. Singapura merupakan salah satu mitra dagang terpenting Indonesia. Sepanjang tahun 2009 hingga 2018, rata-rata ekspor Indonesia ke Singapura mencapai USD17 miliar.
Komoditas utama yang diekspor adalah elektronik, bahan bakar minyak (BBM), kertas beserta produk turunannya, mutiara, dan timah beserta produk turunannya.
Resesi di Negeri Singa itu juga terjadi ketika kedua negara baru saja mencapai kesepakatan peningkatan perdagangan bilateral tahun lalu. Kesepakatan itu awalnya ditandai dengan pertemuan antara Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sin di sela-sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 ASEAN, Bangkok, Thailand, pada November 2019.
Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat meningkatkan kerja sama di enam sektor. Di antaranya, investasi, tenaga kerja, dan transportasi.
Mengantisipasi hal yang sama, Ekonom Core Piter Abdullah menilai pemerintah perlu segera mendongkrak konsumsi di sektor kebutuhan pokok. Ekonomi nasional juga diyakini bisa tertolong dengan mendongkrak kegiatan perdagangan di sektor pertanian.
"Struktur ekonomi kita tidak seperti singapura. Kita tidak bergantung kepada ekspor, perekonomian kita lebih bergantung kepada konsumsi rumah tangga. Sementara selama wabah ini, konsumsi walaupun mengalami penurunan tetapi tidak terlalu besar," kata Ekonom Core Piter Abdullah Saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Piter melanjutkan, konsumsi khususnya barang primer masih tetap ada. Sehingga, perekonomian walaupun terkontraksi, tidak akan sangat dalam seperti Singapura. "Kontraksi ekonomi atau resesi selama wabah sebenarnya merupakan kewajaran. terjadi hampir disemua negara. terutama negara-negara yang sangat bergantung kepada ekspor seperti Singapura," jelasnya.
(Baca Juga: 215 Negara Krisis Corona, Jokowi Prediksi Ekonomi RI Tumbuh Minus)
Sebagai informasi, Ekonomi Singapura masuk resesi, setelah pertumbuhan ekonomi negara tersebut minus 41,2% pada kuartal II/2020 terdampak pandemi corona. Sementara, secara year on year (Yoy) atau tahun ke tahun PDB Singapura merosot sebesar 12,6%.
Departemen Perdagangan dan Industri Singapura menyatakan, produk domestik bruto (PDB) negara itu sebagian besar dihitung dari data bulan April dan Mei. Kontraksi pertumbuhan sebesar 41,2% itu lebih buruk dari survei Bloomberg yang memperkirakan penurunan 35,9%.
Resesi yang menimpa Singpura diprediksi akan berdampak pada Indonesia. Singapura merupakan salah satu mitra dagang terpenting Indonesia. Sepanjang tahun 2009 hingga 2018, rata-rata ekspor Indonesia ke Singapura mencapai USD17 miliar.
Komoditas utama yang diekspor adalah elektronik, bahan bakar minyak (BBM), kertas beserta produk turunannya, mutiara, dan timah beserta produk turunannya.
Resesi di Negeri Singa itu juga terjadi ketika kedua negara baru saja mencapai kesepakatan peningkatan perdagangan bilateral tahun lalu. Kesepakatan itu awalnya ditandai dengan pertemuan antara Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sin di sela-sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 ASEAN, Bangkok, Thailand, pada November 2019.
Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat meningkatkan kerja sama di enam sektor. Di antaranya, investasi, tenaga kerja, dan transportasi.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda