Profil H.M. Lukminto, Pendiri Sritex yang Mendunia
Jum'at, 24 Maret 2023 - 14:49 WIB
Dilansir dari laman resmi Srintex, H.M. Lukminto mulai memulai usaha tekstil ini sejak 1966. Awalnya dia mulai mebangun perusahaan yang berdasar perdagangan tradisional di Pasar Klewer.
Pendirian perusahaan Sritex ini merupakan salah satu pencapaian besar dari Lukminto. Bisnisnya lalu semakin berkembang di setahun berselang. Hingga pada tahun 1972, dia berhasil untuk membuka pabrik pertamanya di Semanggi Solo.
Setelah itu, Lukminto mulai mendirikan pabrik tenun pertamanya pada 1982. Pabrik tersebut diberi nama PT Sri Rejeki Isman atau yang lebih dikenal sebagai PT Sritex.
Mulanya, pabrik tersebut hanya seluas 10 hektar dan kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi lebih dari 100 hektare.
Melihat kesuksesan ini, Presiden Soeharto lalu meresmikan pabrik tersebut bersama pabrik lainnya di daerah Surakarta dan mulai diminta untuk menggarap logistik militer untuk dalam negeri pada tahun 1992.
Pada tahun 1994, Sritex mulai mengerjakan seragam pesanan pasukan negara-negara di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Sritex berhasil mengantongi sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu sehingga pesanan pun mulai berdatangan. Hingga kini, Sritex telah membuat pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.
Sebelum Lukminto meninggal dunia pada tahun 2014, dia sempat menyaksikan perusahaan yang didirikannya ini melantai di bursa saham dan mengubah namanya menjadi PT Sri Rejeki Isman Tbk dengan kode emiten (SRIL) di tahun 2013.
Pendirian perusahaan Sritex ini merupakan salah satu pencapaian besar dari Lukminto. Bisnisnya lalu semakin berkembang di setahun berselang. Hingga pada tahun 1972, dia berhasil untuk membuka pabrik pertamanya di Semanggi Solo.
Setelah itu, Lukminto mulai mendirikan pabrik tenun pertamanya pada 1982. Pabrik tersebut diberi nama PT Sri Rejeki Isman atau yang lebih dikenal sebagai PT Sritex.
Mulanya, pabrik tersebut hanya seluas 10 hektar dan kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi lebih dari 100 hektare.
Melihat kesuksesan ini, Presiden Soeharto lalu meresmikan pabrik tersebut bersama pabrik lainnya di daerah Surakarta dan mulai diminta untuk menggarap logistik militer untuk dalam negeri pada tahun 1992.
Pada tahun 1994, Sritex mulai mengerjakan seragam pesanan pasukan negara-negara di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Sritex berhasil mengantongi sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu sehingga pesanan pun mulai berdatangan. Hingga kini, Sritex telah membuat pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.
Sebelum Lukminto meninggal dunia pada tahun 2014, dia sempat menyaksikan perusahaan yang didirikannya ini melantai di bursa saham dan mengubah namanya menjadi PT Sri Rejeki Isman Tbk dengan kode emiten (SRIL) di tahun 2013.
(bim)
Lihat Juga :
tulis komentar anda