ASEAN BAC Dorong Kawasan Industri Jepang Percepat Nol Emisi Karbon
Senin, 05 Juni 2023 - 20:34 WIB
Selain itu, kedua institusi juga bersepakat untuk mengembangkan riset dan pengembangan jaringan serta ‘business matching’ antara perusahaan Jepang dan perusahaan setiap negara ASEAN.
Masih dengan semangat tema ASEAN Matter: Epicentrum of Growth, kehadiran MoU ini diharapkan bisa diikuti oleh negara-negara partner ASEAN lain, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, China dan lain-lain. Dengan langkah itu ASEAN akan tetap menjadi pusat pertumbuhan dunia di tengah-tengah dinamika perubahan Iklim yang juga direspon oleh dunia bisnis.
Tanpa adanya kawasan ASEAN yang climate resilience, Yusrizki berpendapat cita-cita ASEAN untuk menjadi Epicentrum of Growth akan sulit terwujud. Pasalnya, banyak negara dan kawasan ekonomi di dunia sudah lebih dahulu bergerak ke arah itu, misalnya Uni Eropa dengan kebijakan perdagangannya yang disebut Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) cepat akan lambat memberikan dampak signifikan pada ekspor kawasan ASEAN ke Uni Eropa. "Pelaku usaha di ASEAN harus bergerak ke arah yang sama, yaitu net zero emission," tegas Yusrizki.
Lebih lanjut, Yusrizki berpendapat negara dan kawasan ekonomi yang menerapkan kebijakan perdagangan yang rendah karbon semestinya tidak hanya menetapkan pembatasan jumlah emisi pada setiap produk atau jasa yang diimpor akan tetapi juga perlu berkolaborasi dengan ASEAN utk membentuk renncana transisi menuju net zero dan juga ekosistem pendukung.
"Hal itu agar perusahaan-perusahaan ASEAN memiliki kesempatan untuk bersaing di ekonomi rendah karbon ini. Emisi Karbon memang sudah menjadi faktor competitiveness baru di dunia bisnis dan ekonomi saat ini," kata dia.
Dengan adanya ASEAN Net Zero Hub, diharapkan setiap negara ASEAN dapat menjadikan Kadin NZH sebagai referensi bagaimana country platform NZH bekerja untuk membangun ekosistem NZE di setiap negara ASEAN.
Masih dengan semangat tema ASEAN Matter: Epicentrum of Growth, kehadiran MoU ini diharapkan bisa diikuti oleh negara-negara partner ASEAN lain, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, China dan lain-lain. Dengan langkah itu ASEAN akan tetap menjadi pusat pertumbuhan dunia di tengah-tengah dinamika perubahan Iklim yang juga direspon oleh dunia bisnis.
Tanpa adanya kawasan ASEAN yang climate resilience, Yusrizki berpendapat cita-cita ASEAN untuk menjadi Epicentrum of Growth akan sulit terwujud. Pasalnya, banyak negara dan kawasan ekonomi di dunia sudah lebih dahulu bergerak ke arah itu, misalnya Uni Eropa dengan kebijakan perdagangannya yang disebut Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) cepat akan lambat memberikan dampak signifikan pada ekspor kawasan ASEAN ke Uni Eropa. "Pelaku usaha di ASEAN harus bergerak ke arah yang sama, yaitu net zero emission," tegas Yusrizki.
Lebih lanjut, Yusrizki berpendapat negara dan kawasan ekonomi yang menerapkan kebijakan perdagangan yang rendah karbon semestinya tidak hanya menetapkan pembatasan jumlah emisi pada setiap produk atau jasa yang diimpor akan tetapi juga perlu berkolaborasi dengan ASEAN utk membentuk renncana transisi menuju net zero dan juga ekosistem pendukung.
"Hal itu agar perusahaan-perusahaan ASEAN memiliki kesempatan untuk bersaing di ekonomi rendah karbon ini. Emisi Karbon memang sudah menjadi faktor competitiveness baru di dunia bisnis dan ekonomi saat ini," kata dia.
Dengan adanya ASEAN Net Zero Hub, diharapkan setiap negara ASEAN dapat menjadikan Kadin NZH sebagai referensi bagaimana country platform NZH bekerja untuk membangun ekosistem NZE di setiap negara ASEAN.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda