Wall Street Waspadai Tekanan Jelang Pidato Bos The Fed
Minggu, 25 Juni 2023 - 15:00 WIB
JAKARTA - Wall Street mewaspadai tekanan lanjutan menjelang pidato gubernur bank sentral AS atau Federal Reserve pada pekan depan. Sejumlah data makro juga bakal dirilis seperti indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), klaim data pengangguran hingga produk domestik bruto (GDP) kuartal I-2023, menyambut sisa bulan Juni 2023.
Pada sesi sebelumnya, Dow Jones Industrial Average turun 0,65% di 33,727.43, S&P 500 melemah 0,77% di 4,348.33, demikian juga Nasdaq Composite yang tertekan 1.,1% di 13,492.52. Seluruh 11 sektor saham utama di S&P 500 merosot, terutama sektor utilitas yang mengalami koreksi terbesar. Alhasil, performa ini mendorong indeks S&P 500 melemah pekan lalu, meskipun masih tumbuh lebih dari 13 persen sejak awal tahun.
Mengutip Reuters, Minggu (25/6), katalis yang dapat mengaburkan prospek pasar pekan berasal dari data pertumbuhan ekonomi, inflasi PCE, hingga pidato Jerome Powell yang bakal bicara terkait strategi Fed untuk mengatasi inflasi. Pernyataan Powell sebelumnya sempat membangkitkan kekhawatiran pasar bahwa suku bunga lanjutan masih dibutuhkan demi membawa inflasi sesuai target di kisaran 2 persen.
CEO Tallbacken Capital Advisors, Michael Purves mengatakan indikasi pelemahan indeks secara teknikal muncul setelah reli cukup tinggi beberapa waktu terakhir. "Ini seperti lampu peringatan yang terus berkedip," kata Purves.
Sementara itu analis Goldman Sachs menilai rotasi sektoral Wall Street masih menjadi penopang pasar. Investor dinilai masih ada potensi untuk masuk kembali mengisi saham-saham yang mengalami koreksi.
"Tanda-tanda reli bisa berjalan lebih jauh. Kenaikan S&P 500 dari posisi terendahnya meyakinkan beberapa investor bahwa ekuitas saat ini berada dalam fase bullish," terang analis Goldman Sachs.
Sektor seperti industri dan basic-materials juga dipandang dapat kembali menanjak, sehingga memicu optimisme bahwa reli akan berlanjut melampuai segelintir saham sektor teknologi bigcaps yang telah menanjak lebih awal.
"Reli yang meluas seharusnya membuat pasar menjadi positif," kata Head of Strategist Market Ameriprise Financial, Anthony Saglimbene.
Pada sesi sebelumnya, Dow Jones Industrial Average turun 0,65% di 33,727.43, S&P 500 melemah 0,77% di 4,348.33, demikian juga Nasdaq Composite yang tertekan 1.,1% di 13,492.52. Seluruh 11 sektor saham utama di S&P 500 merosot, terutama sektor utilitas yang mengalami koreksi terbesar. Alhasil, performa ini mendorong indeks S&P 500 melemah pekan lalu, meskipun masih tumbuh lebih dari 13 persen sejak awal tahun.
Mengutip Reuters, Minggu (25/6), katalis yang dapat mengaburkan prospek pasar pekan berasal dari data pertumbuhan ekonomi, inflasi PCE, hingga pidato Jerome Powell yang bakal bicara terkait strategi Fed untuk mengatasi inflasi. Pernyataan Powell sebelumnya sempat membangkitkan kekhawatiran pasar bahwa suku bunga lanjutan masih dibutuhkan demi membawa inflasi sesuai target di kisaran 2 persen.
CEO Tallbacken Capital Advisors, Michael Purves mengatakan indikasi pelemahan indeks secara teknikal muncul setelah reli cukup tinggi beberapa waktu terakhir. "Ini seperti lampu peringatan yang terus berkedip," kata Purves.
Sementara itu analis Goldman Sachs menilai rotasi sektoral Wall Street masih menjadi penopang pasar. Investor dinilai masih ada potensi untuk masuk kembali mengisi saham-saham yang mengalami koreksi.
"Tanda-tanda reli bisa berjalan lebih jauh. Kenaikan S&P 500 dari posisi terendahnya meyakinkan beberapa investor bahwa ekuitas saat ini berada dalam fase bullish," terang analis Goldman Sachs.
Sektor seperti industri dan basic-materials juga dipandang dapat kembali menanjak, sehingga memicu optimisme bahwa reli akan berlanjut melampuai segelintir saham sektor teknologi bigcaps yang telah menanjak lebih awal.
"Reli yang meluas seharusnya membuat pasar menjadi positif," kata Head of Strategist Market Ameriprise Financial, Anthony Saglimbene.
(nng)
tulis komentar anda