BTPN Syariah Semakin Matang Setelah Jadi BUKU III

Rabu, 29 Juli 2020 - 19:00 WIB
Hingga akhir Juni 2020, BTPN Syariah masih mencatatkan kenaikan pembiayaan menjadi Rp8,74 triliun. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - BTPN Syariah sukses menjaga kinerja positifnya sejak diresmikan menjadi Bank BUKU III, per 7 Juli 2020 lalu. Fokus perseroan di tengah Pandemi ini sekuat tenaga menjaga kualitas pembiayaan yang disalurkan.

Hingga akhir Juni 2020, perseroan masih mencatatkan kenaikan pembiayaan menjadi Rp8,74 triliun. Ini berarti masih tumbuh positif 2%, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,54 triliun. Total aset perseroan tumbuh 10% menjadi Rp15,27 Triliun dari Rp 13,94 Triliun. Adapun untuk laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp407 miliar.

Sementara rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) tetap terjaga sebesar 1,8%. Untuk kekuatan permodalan dalam rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3%.



Kinerja dalam intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) masih mencapai 92%. Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190% dan 244%. Dana Pihak Ketiga tumbuh 7% menjadi Rp9,46 triliun dari Rp8,88 triliun.

Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan dalam situasi pandemi seperti ini banyak tantangan dengan pembatasan pertemuan fisik. Namun perseroan tetap membangun komunikasi melalui telepon atau pesan singkat.

Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pandemi ini berdampak terhadap usaha yang mereka lakukan, kemudian saling menyemangati, membangun optimisme, dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan mereka.

(Baca Juga: Pembiayaan BTPN Syariah Tumbuh 22,1% di Kuartal I 2020)

"Intinya, dalam situasi sulit ini, kami harus lebih dekat dengan nasabah kami. Dengan komunikasi tersebut terkadang muncul ide baru yang bisa digunakan nasabah untuk keluar dari keterbatasan karena pandemi," ujar Fachmy di Jakarta, Rabu (29/7/2020).

Dia bercerita upaya perseroan dengan mencoba mengubah fokus produksi nasabah. Salah satu contoh nasabah adalah Ibu Ai Rodiah di Cikajang Garut Jawa Barat, yang semula memproduksi seragam sekolah beralih ke produksi APD yang dibutuhkan tenaga medis. Tak jarang, dengan adanya ide ide baru tersebut nasabah kemudian membutuhkan penambahan pembiayaan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More