Menjawab Tantangan Pertambangan Berkelanjutan dari Sumatera Selatan

Rabu, 15 November 2023 - 20:47 WIB
PTBA telah memiliki roadmap manajemen karbon hingga 2050 melalui pengurangan emisi dan peningkatan penyerapan emisi melalui tiga pendekatan. Yakni reklamasi , dekarbonisasi operasi, dan studi carbon capture, utilization, and storage (CCUS).

SVP Perencanaan PTBA Septyo Cholidie kepada SINDOnews mengatakan, sebagai komitmen mengurangi emisi, PTBA terus menggenjot penggunaan alat tambang berbasis elektrik dari hulu hingga hilir. “Emisi karbon kita jaga, kita kontrol. Kami utamakan menggunakan peralatan yang berbasis non fossil,”tegasnya.

Penggunaan alat tambang berbasis energi listrik akan terus ditingkatkan pada pembukaan area tambang baru di masa depan. Dia memberikan contoh, conveyor yang mengalirkan batu bara ke train loading station sudah menggunakan energi listrik yang dipasok dari pembangkit milik PTBA. Sistem loading menuju kereta pengangkut juga sudah menggunakan peralatan elektrik

“Di hulu, di proses penambangan, kami mengutamakan peralatan berbasis elektrik. Kemudian di pelabuhan kami juga mengadopsi sistem elektrik, walaupun ada alat berat yang masih menggunakan BBM, itu hanya berfungsi untuk mendorong material masuk ke penampungan,” paparnya.

PTBA menggeber proyek energi baru terbarukan untuk mendukung rencana transformasi jangka panjang perusahaan. Ya, PTBA memiliki visi tak sekadar sebagai produsen batu bara tapi bertransformasi menhadi perusahaan energi. “Sekarang kami basisnya masih batu bara, masih menjual batu bara sebagai komoditas. Harapannya, ke depan kami bisa lebih dari itu. Mungkin bisa 50-50, artinya 50% revenue stream dari energi, 50% baru dari batu bara sebagai komoditas,” ungkap Septyo.

Transformasi digital dan elektrifikasi yang dilakukan PTBA merupakan bagian dari ikhtiar PTBA sebagai bagian dari MIND ID untuk menjalankan good mining practice dalam rangka menghadirkan pertambangan yang berkelanjutan dengan program-program dekarbonisasi. Program dekarbonisasi, kata Setyo, terus dilaksanakan dan dikembangkan secara berkelanjutan. Tak sekadari di lingkup operasional saja, namun di semua lini perusahaan untuk memberikan hasil yang optimal. Penerapan manajemen karbon yang dilakukan PT BA ini, tentu bisa dijadikan role model di industri pertambangan lainnya.

Tak Sekadar Mengejar Profit, Juga Memberikan Benefit

Dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan, setiap perusahaan dituntut untuk memberikan benefit atau manfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Menurut VP Sustainability PT BA, Hartono, perusahaannya memberikan perhatian besar terhadap aspek keberlanjutan. Program-program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Corporate Social Responsibility (CSR), hingga beasiswa bukanlah program pencitraan. Melainkan sebagai komitmen perusahaan dalam menjalankan praktik bisnis berkelanjutan yang sejalan dengan empat pilar Sustainable Development Goals (SDG’s) berupa pilar sosial, ekonomi, lingkungan, hukum dan tata kelola. “Kami memiliki program tanggung jawab sosial di bidang lingkungan, pendidikan melalui beasiswa, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan usaha mikro,” tegasnya.

Di sektor lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, PTBA mendorong pemanfaatan energi terbarukan melalui penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Salah satunya di desa Karang Raja, Muara Enim. PLTS Karang Raja memiliki 76 modul yang masing-masing berkapasitas 500 Wattpeak (Wp), dengan kapasitas 38 Kilowatt peak (kWp). PLTS irigasi itu mampu menghidupkan dua unit pompa berkapasitas 20 liter per detik.

Tak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendorong pertanian yang lebih ramah lingkungan sehingga mampu mengurangi emisi karbon. “Sebelum ada PLTS kami hanya panen setahun sekali, karena enggak ada air. Jadi tergantung musim, jika hujan menanam, jika kering berhenti. Sekarang bisa menanam tiga hingga empat kali setahun,” ungkap Ketua Kelompok Tani Raja Makmur, Bahtiar. Sebelumnya, petani mengandalkan sawah tadah hujan sehingga hanya bisa panen sekali setahun.

Bahtiar bersama 23 petani yang memiliki luas lahan 11,5 hektare merasakan betul manfaat keberadaan PLTS yang dibangun PTBA yang berkolaborasi dengan warga untuk penyediaan lahannya itu. Dengan adanya pasokan air ke area persawahan, produksi padi meningkat dan kesejahteraan masyarakat pun ikut terdongkrak. “Sekarang 1 hektare bisa 4 ton sekali panen, dan itu bisa tiga hingga empat kali setahun. Tentu ini sangat membantu ekonomi kami para petani,” ungkapnya. Dengan luas lahan yang ada, potensi produksi Gabah Kering Giling (GKG) bisa mencapai 175 ton per tahun.

Selain menanam padi biasa, para petani di Karang Raja kini juga menanam padi organik dan beras merah. Para petani pun kini tak lagi risau kekurangan air karena pompa menyedot air untuk dialirkan ke bak reservoir sejauh 1,29 kilometer, lalu di distribusikan ke sawah warga. PLTS irigasi itu merupakan salah satu komitmen yang ditunaikan PTBA dalam menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, untuk masyarakat dan menciptakan pekerjaan layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain di Karang Raja, PTBA membangun PLTS irigasi di Rejosari Mataram (Lampung Tengah, Lampung) Trimulyo (Pesawaran, Lampung), Nanjungan (Lahat, Sumatera Selatan), Talawi Mudik (Sawahlunto, Sumatera Barat), dan Tanjung Raja (Muara Enim, Sumatera Selatan). Total kapasitas terpasang 6 PLTS irigasi ini mencapai 192 kWp.

Di sektor pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) PTBA membangun Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) atau SIBA Centre yang bisa dimanfaatkan sebagai etalase produk masyarakat. Kawasan sentra UMK itu dibangun di lahan bekas stock pile seluas 1.500 m2 . Sejumlah produk UMK ditempatkan di SIBA Center diantaranya Kopi, Rosella, produk Rajut, Batik dan Songket, hingga pupuk.

Eva Marlinda, salah satu pengrajin produk rajut matanya berkaca-kaca saat menceritakan pengalamannya bergabung di SIBA Center. Sesekali suaranya tercekat di tenggorokan. Kondisi ekonomi keluarganya pernah hancur lebur saat pandemic Covid-19 melanda. “Suami saya hanya tukang foto keliling. Menerima orderan saat ada yang menikah dan minta di foto. Saat pandemi sama sekali tak ada pemasukan, karena tak ada yang menggelar hajatan,” ungkapnya. Padahal, Eva memiliki tiga anak usia sekolah yang memiliki banyak kebutuhan.

Suami Eva pun sempat kelimpungan untuk memikirkan usaha lainnya. Beragam ikhtiar dilakukan, namun selalu menemui jalan buntu. Beruntung, Eva memiliki keahlian membuat produk fashion rajut yang diwarisi dari ibunya. “Alhamdulillah, ada pesanan dari PTBA. Bisa untuk menghidupi anak-anak. Sejak saat itu saya bersemangat untuk mengembangkan usaha,” katanya.

Tak mau sekadar menjual, Eva pun masuk dalam komunitas SIBA Center. Beragam pelatihan yang dihadirkan PTBA dia ikuti. Mulai dari pelatihan kualitas produk hingga pemasaran. “Saya sering ikut pameran hingga Jakarta. Sejak menjadi binaan PT BA saya sangat bersyukur kesejahteraan keluarga meningkat,”paparnya. Kini Eva bisa menjual ratusan potong produk rajut dalam sebulan.



Tak jauh berbeda dengan Nasib Eva, Mayar Rizki anggota SIBA Batik Kujur merasa bersyukur bisa menjadi mitra binaan PTBA. Delapan tahun silam, Mayar sehari-hari berprofesi sebagai guru honorer dengan gaji tak seberapa. “Pada 2017 suami saya meminta saya berhenti saja,”katanya. Untuk membantu perekonomian keluarganya, Mayar mencoba peruntungan dengan menjual manisan, tetapi gagal. Berbagai usaha dilakoninya hingga dia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan merajut yang diselenggarakan PTBA. “Dari situlah kemudian saya sering ikut pelatihan, termasuk pelatihan membatik,” kenangnya.

Perjalanan Mayar cukup mulus, karena PTBA memberikan dukungan total. Selain pelatihan, berbagai pameran pun dia ikuti. Tak hanya di dalam negeri, tetapi hingga mancanegara. Mulai dari Paris, Malaysia, hingga Australia. “Alhamdulillah dengan dukungan PTBA, usaha batik saya bisa membantu keluarga, membantu masyarakat,” katanya. Dengan merekrut 9 orang pekerja, kini omzet Mayar menembus Rp50 juta per bulan.

Selain Mayar, ada 35 perajin yang tergabung di SIBA Batik Kujur yang berlokasi di Dusun Tanjung itu. Para pengrajin juga dibekali kemampuan pemasaran digital. Kini, produk Batik Kujur dijual di beberapa platform marketplace, Pasar Digital (PaDi), dan Rumah BUMN Muara Enim. Dengan semangat One Vilage One Product, PTBA terus menyebarkan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat.

Di sektor pendidikan, PTBA tak henti memberikan beasiswa hingga jenjang Universitas. Melalui program Beasiswa Pendidikan Siswa Bukit Asam (Bidiksiba), banyak anak-anak mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan terbaik. Tangis Tuti Rahmi pecah saat menceritakan perjalanannya mendapatkan beasiswa jenjang S1 di Universitas Sriwijaya. Tinggal di rumah kayu yang hampir roboh di Kelurahan Air Lintang, Muara Enim, Rahmi hampir putus asa untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan ayah yang tak memiliki pekerjaan tetap dan ibu yang bekerja sebagai buruh cuci, impiannya untuk melanjutkan jenjang Sarjana dikuburnya dalam-dalam. “Dari mana biayanya,” ungkap perempuan kelahiran 1995 itu.

Nasib baik menghampirinya, saat guru SMK-nya menawarkan untuk mengikuti seleksi beasiswa yang diselenggarakan PTBA. Bermodalkan semangat, akhirnya dia mencoba untuk mengikuti seleksi. Dari 19 orang yang diterima, namanya masuk dalam daftar. “Saya berterima kasih kepada PT BA dibiayai kuliah penuh tanpa keluar uang sepeser pun,” katanya. Kini, rahmi bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan bisa membangun rumah permanen untuk orang tuanya. “Saya tak henti mengucapkan terima kasih kepada PTBA,” katanya.

Pakar Lingkungan dan Ekonomi Sirkular Alexander Sonny Keraf menilai, PTBA sudah menjalankan praktik pertambangan berkelanjutan. Hal itu terbukti dari perencanaan kegiatan penambangan dilakukan secara detail hingga pascatambang. “Poin penting dari pertambangan berkelanjutan itu adalah memberikan nilai tambah, benefit atau manfaat bagi masyarakat,” tegasnya kepada SINDOnews. PT BA dinilai sudah menerapkan kaidah penambangan yang baik. Dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, teknologi yang rendah emisi, dan energi terbarukan. Pengelolaan air tambang juga dilakukan sesuai dengan ketentuan.



Mantan Menteri Lingkungan Hidup itu mengungkapkan, konsep green mining harus memperhatikan masalah sosial. “Artinya, tidak hanya semata ekologi, tetapi juga dampak sosial,”sebutnya. Sonny melanjutkan, kehadiran perusahaan tambang harus bisa mengangkat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. “Jadi faktor ekonomi, sosial, lingkungan berkembang bersama,” katanya.

Sonny menilai, sebagai korporasi, PTBA tak hanya mengejar profit, tetapi juga menghadirkan benefit. Hal ini terlihat dari terciptanya ekonomi sirkular di area pertambangan yang dikelola. PT BA dinilai memberikan benefit atau manfaat di tiga aspek. Pertama. benefit ekonomi dalam arti profit agar usaha yang dilakukan bisa berkelanjutan. Kedua benefit lingkungan, dimana perusahaan memperhatikan kondisi masyarakat, termasuk iklim dan lingkungan, dan ketiga benefit sosial yang memberikan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. “PT BA harus selalu menjadi yang terdepan untuk ikut mensejaterakan, meningkatkan kondisi ekonomi sosial masyarakat di sekitarnya, juga di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Senada dengan Sonny, Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhimpunan Ahli Pertambngan Indonesia (Perhapi) Muhammad Toha menilai, pengelolaan klingkungan, pembedayaan masyarakat, termasuk lingkungan kerja yang sehat merupakan suatu kesatuan dalam kegiatan penambangan. Pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat bukan sebagai beban tetapi investasi. “Dalam good mining practice, community development menjadi suatu yang tidak terpisahkan,” urainya.

Salah satu isu yang saat ini menjadi tuntutan global yakni, perusahaan pertambangan dituntut untuk bisa menerapkan kegiatan pertambangan berkelanjutan, salah satunya dengan mengurangi emisi karbon. “Apa yang sudah dilakukan PT BA pasti positif, dari sisi operasi turut mengkampanyekan pengurangan emisi karbon,” tuturnya.

Sedangkan Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Muara Enim Ahmad Usmarwi Kaffah berharap agar PTBA bisa terus memberikan kontribusi terhadap pembangunan di kawasan sekitar tambang. "Kontribusi bersifat sustainable development dari PT BA tidak main-main,” katanya.

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail dalam laporan keberlanjutan yang dipublikasikan menegaskan, keselarasan antara pemenuhan aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial menjadi fokus PTBA. Karena fungsi suatu perusahaan bukan hanya mencetak laba tetapi juga dituntut menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu sosial.

“Bagi Bukit Asam, keselarasan tersebut sesuai dengan visi Perseroan menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Serta misi Bukit Asam mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan,” tegasnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More