Menjawab Tantangan Pertambangan Berkelanjutan dari Sumatera Selatan
Rabu, 15 November 2023 - 20:47 WIB
Di sektor lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, PTBA mendorong pemanfaatan energi terbarukan melalui penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Salah satunya di desa Karang Raja, Muara Enim. PLTS Karang Raja memiliki 76 modul yang masing-masing berkapasitas 500 Wattpeak (Wp), dengan kapasitas 38 Kilowatt peak (kWp). PLTS irigasi itu mampu menghidupkan dua unit pompa berkapasitas 20 liter per detik.
Tak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendorong pertanian yang lebih ramah lingkungan sehingga mampu mengurangi emisi karbon. “Sebelum ada PLTS kami hanya panen setahun sekali, karena enggak ada air. Jadi tergantung musim, jika hujan menanam, jika kering berhenti. Sekarang bisa menanam tiga hingga empat kali setahun,” ungkap Ketua Kelompok Tani Raja Makmur, Bahtiar. Sebelumnya, petani mengandalkan sawah tadah hujan sehingga hanya bisa panen sekali setahun.
Bahtiar bersama 23 petani yang memiliki luas lahan 11,5 hektare merasakan betul manfaat keberadaan PLTS yang dibangun PTBA yang berkolaborasi dengan warga untuk penyediaan lahannya itu. Dengan adanya pasokan air ke area persawahan, produksi padi meningkat dan kesejahteraan masyarakat pun ikut terdongkrak. “Sekarang 1 hektare bisa 4 ton sekali panen, dan itu bisa tiga hingga empat kali setahun. Tentu ini sangat membantu ekonomi kami para petani,” ungkapnya. Dengan luas lahan yang ada, potensi produksi Gabah Kering Giling (GKG) bisa mencapai 175 ton per tahun.
Selain menanam padi biasa, para petani di Karang Raja kini juga menanam padi organik dan beras merah. Para petani pun kini tak lagi risau kekurangan air karena pompa menyedot air untuk dialirkan ke bak reservoir sejauh 1,29 kilometer, lalu di distribusikan ke sawah warga. PLTS irigasi itu merupakan salah satu komitmen yang ditunaikan PTBA dalam menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, untuk masyarakat dan menciptakan pekerjaan layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain di Karang Raja, PTBA membangun PLTS irigasi di Rejosari Mataram (Lampung Tengah, Lampung) Trimulyo (Pesawaran, Lampung), Nanjungan (Lahat, Sumatera Selatan), Talawi Mudik (Sawahlunto, Sumatera Barat), dan Tanjung Raja (Muara Enim, Sumatera Selatan). Total kapasitas terpasang 6 PLTS irigasi ini mencapai 192 kWp.
Di sektor pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) PTBA membangun Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) atau SIBA Centre yang bisa dimanfaatkan sebagai etalase produk masyarakat. Kawasan sentra UMK itu dibangun di lahan bekas stock pile seluas 1.500 m2 . Sejumlah produk UMK ditempatkan di SIBA Center diantaranya Kopi, Rosella, produk Rajut, Batik dan Songket, hingga pupuk.
Eva Marlinda, salah satu pengrajin produk rajut matanya berkaca-kaca saat menceritakan pengalamannya bergabung di SIBA Center. Sesekali suaranya tercekat di tenggorokan. Kondisi ekonomi keluarganya pernah hancur lebur saat pandemic Covid-19 melanda. “Suami saya hanya tukang foto keliling. Menerima orderan saat ada yang menikah dan minta di foto. Saat pandemi sama sekali tak ada pemasukan, karena tak ada yang menggelar hajatan,” ungkapnya. Padahal, Eva memiliki tiga anak usia sekolah yang memiliki banyak kebutuhan.
Suami Eva pun sempat kelimpungan untuk memikirkan usaha lainnya. Beragam ikhtiar dilakukan, namun selalu menemui jalan buntu. Beruntung, Eva memiliki keahlian membuat produk fashion rajut yang diwarisi dari ibunya. “Alhamdulillah, ada pesanan dari PTBA. Bisa untuk menghidupi anak-anak. Sejak saat itu saya bersemangat untuk mengembangkan usaha,” katanya.
Tak mau sekadar menjual, Eva pun masuk dalam komunitas SIBA Center. Beragam pelatihan yang dihadirkan PTBA dia ikuti. Mulai dari pelatihan kualitas produk hingga pemasaran. “Saya sering ikut pameran hingga Jakarta. Sejak menjadi binaan PT BA saya sangat bersyukur kesejahteraan keluarga meningkat,”paparnya. Kini Eva bisa menjual ratusan potong produk rajut dalam sebulan.
Tak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendorong pertanian yang lebih ramah lingkungan sehingga mampu mengurangi emisi karbon. “Sebelum ada PLTS kami hanya panen setahun sekali, karena enggak ada air. Jadi tergantung musim, jika hujan menanam, jika kering berhenti. Sekarang bisa menanam tiga hingga empat kali setahun,” ungkap Ketua Kelompok Tani Raja Makmur, Bahtiar. Sebelumnya, petani mengandalkan sawah tadah hujan sehingga hanya bisa panen sekali setahun.
Bahtiar bersama 23 petani yang memiliki luas lahan 11,5 hektare merasakan betul manfaat keberadaan PLTS yang dibangun PTBA yang berkolaborasi dengan warga untuk penyediaan lahannya itu. Dengan adanya pasokan air ke area persawahan, produksi padi meningkat dan kesejahteraan masyarakat pun ikut terdongkrak. “Sekarang 1 hektare bisa 4 ton sekali panen, dan itu bisa tiga hingga empat kali setahun. Tentu ini sangat membantu ekonomi kami para petani,” ungkapnya. Dengan luas lahan yang ada, potensi produksi Gabah Kering Giling (GKG) bisa mencapai 175 ton per tahun.
Selain menanam padi biasa, para petani di Karang Raja kini juga menanam padi organik dan beras merah. Para petani pun kini tak lagi risau kekurangan air karena pompa menyedot air untuk dialirkan ke bak reservoir sejauh 1,29 kilometer, lalu di distribusikan ke sawah warga. PLTS irigasi itu merupakan salah satu komitmen yang ditunaikan PTBA dalam menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, untuk masyarakat dan menciptakan pekerjaan layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain di Karang Raja, PTBA membangun PLTS irigasi di Rejosari Mataram (Lampung Tengah, Lampung) Trimulyo (Pesawaran, Lampung), Nanjungan (Lahat, Sumatera Selatan), Talawi Mudik (Sawahlunto, Sumatera Barat), dan Tanjung Raja (Muara Enim, Sumatera Selatan). Total kapasitas terpasang 6 PLTS irigasi ini mencapai 192 kWp.
Di sektor pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) PTBA membangun Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) atau SIBA Centre yang bisa dimanfaatkan sebagai etalase produk masyarakat. Kawasan sentra UMK itu dibangun di lahan bekas stock pile seluas 1.500 m2 . Sejumlah produk UMK ditempatkan di SIBA Center diantaranya Kopi, Rosella, produk Rajut, Batik dan Songket, hingga pupuk.
Eva Marlinda, salah satu pengrajin produk rajut matanya berkaca-kaca saat menceritakan pengalamannya bergabung di SIBA Center. Sesekali suaranya tercekat di tenggorokan. Kondisi ekonomi keluarganya pernah hancur lebur saat pandemic Covid-19 melanda. “Suami saya hanya tukang foto keliling. Menerima orderan saat ada yang menikah dan minta di foto. Saat pandemi sama sekali tak ada pemasukan, karena tak ada yang menggelar hajatan,” ungkapnya. Padahal, Eva memiliki tiga anak usia sekolah yang memiliki banyak kebutuhan.
Suami Eva pun sempat kelimpungan untuk memikirkan usaha lainnya. Beragam ikhtiar dilakukan, namun selalu menemui jalan buntu. Beruntung, Eva memiliki keahlian membuat produk fashion rajut yang diwarisi dari ibunya. “Alhamdulillah, ada pesanan dari PTBA. Bisa untuk menghidupi anak-anak. Sejak saat itu saya bersemangat untuk mengembangkan usaha,” katanya.
Tak mau sekadar menjual, Eva pun masuk dalam komunitas SIBA Center. Beragam pelatihan yang dihadirkan PTBA dia ikuti. Mulai dari pelatihan kualitas produk hingga pemasaran. “Saya sering ikut pameran hingga Jakarta. Sejak menjadi binaan PT BA saya sangat bersyukur kesejahteraan keluarga meningkat,”paparnya. Kini Eva bisa menjual ratusan potong produk rajut dalam sebulan.
tulis komentar anda