Menjawab Tantangan Pertambangan Berkelanjutan dari Sumatera Selatan
Rabu, 15 November 2023 - 20:47 WIB
Ruangan yang dindingnya dihiasi kalimat motivasi “Great Things Never Came From Comfort Zone” itu digunakan untuk memantau seluruh kegiatan operasional pertambangan selama 24 jam yang dibagi dalam tiga shift. “Setiap shift ada delapan hingga 10 orang,” kata Asisten Manajer Administrasi dan Pelaporan Penambangan PTBA Muhammad Ihsan.
Sejak 2020, lanjut dia, PT BA menggenjot transformasi digital. Tak sekadar untuk menghasilkan efisiensi dan mendongkrak profit, lebih dari itu, digitalisasi yang dilakukan juga ditujukan untuk menjalankan good mining practice dalam rangka tercapainya pertambangan yang berkelanjutan. “Jadi dari ruangan ini bisa kita pantau pegerakan alat produksi. Kawasan mana saja yang ada kendala, hingga jumlah armada yang beroperasi maupun yang sedang dalam masa perawatan,” ungkap Ihsan.
MCC digunakan untuk melakukan pemantauan kegiatan operasi tambang, integrasi data, analisis data, pemetaan digital, otomatisasi, pengolahan mineral dan produksi, hingga keselamatan pekerja. PTBA telah menggunakan sistem penambangan continous mining. Sistem ini menggunakan beberapa alat tambang utama seperti bucket wheel excavator (BWE), spreader dan stacker reclaimer, juga train loading station (TLS). Dari MCC itulah pengawasan operasional penambangan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. “Semua dipantau dari ruangan ini, mulai dari jam operasional, kegiatan produksi, hingga pencatatan hasil produksi,”ungkap Ihsan.
Selain bisa dipantau dari layar super besar, seluruh kegiatan di area tambang bisa dipantau dari telepon seluler (ponsel). Hal ini karena PTBA telah mengembangkan aplikasi Corporate Information System and Enterprise Application (CISEA) untuk memantau aktivitas pertambangan secara real time yang bisa diakses melalui ponsel.
Super App ini mengintegrasikan beberapa sistem sekaligus. Diantaranya, Automation & SCADA System Integration, Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System, Automatic Train Loading Station, Slope Stability Radar (SSR), Digital Telemetri, Sistem Pemantauan Air Terintegrasi (SPARING), hingga Corporate Social Responsibility (CSR).
Penggunaan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kegiatan penambangan. Data produksi, real time performance unit, loss time, konsumsi BBM, monitoring posisi unit kendaraan, perkiraan kondisi jalur tambang, hingga keselamatan operasional semuanya tersedia di ponsel secara real time. “Langsung nyambung ke ponsel direksi. Sehingga semuanya bisa dipantau langsung dari Jakarta,”ungkap Ihsan.
Dengan adanya digitalisasi itu, Ikhsan mengungkapkan, produktivitas operasional PTBA melonjak 20%. Integrasi teknologi informasi yang diadopsi PTBA itu berhasil meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keselamatan dalam seluruh rantai kegiatan pertambangan.
PT BA juga memiliki Bukit Asam Mining System and Information (Mister BA). Mister BA merupakan program terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari proses eksplorasi hingga pelabuhan. Adopsi IoT yang terintegrasi itu diklaim menghasilkan dampak yang signifikan dalam pengurangan konsumsi energi dan bahan bakar. Outputnya, yakni penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 6071,31 TCO2e. Wajah Ikhsan pun tampak sumringah tatkala ditanya pencapaian target produksi PT BA tahun ini yang diproyeksikan 41 juta ton dengan dukungan digitalisasi itu. “Kami yakin (tercapai),” tegasnya.
Di luar gedung, operator kendaraan operasional tambang PTBA bernama Alex terlihat sibuk memantau perawatan HD Truck Hybrid Belaz-75135. PTBA menjadi perusahaan tambang pertama di Indonesia yang mengoperasikan kendaraan ramah lingkungan itu. “Kami lakukan perawatan secara berkala untuk menjaga performanya,” ungkapnya.
Dari sisi konsumsi energi, truk jumbo yang memiliki kapasitas mesin 36.000 cc, 12 silinder, berpenggerak motor listrik itu hanya butuh 60 liter BBM jenis solar per jam. “Penghematannya sangat besar, dibandingkan yang konvensional perlu 120 liter per jam,”ungkap Asisten Manajer Perawatan Alat Tambang Utama Elektrifikasi PTBA Zulfahmi. Truk berkelir kuning itu mampu mengangkut 110 ton batubara dengan kecepatan laju maksimal 48 kilometer per jam. Saat ini, PT BA mengoperasikan 40 unit HD Truck Hybrid Belaz-75135.
Sejak 2020, lanjut dia, PT BA menggenjot transformasi digital. Tak sekadar untuk menghasilkan efisiensi dan mendongkrak profit, lebih dari itu, digitalisasi yang dilakukan juga ditujukan untuk menjalankan good mining practice dalam rangka tercapainya pertambangan yang berkelanjutan. “Jadi dari ruangan ini bisa kita pantau pegerakan alat produksi. Kawasan mana saja yang ada kendala, hingga jumlah armada yang beroperasi maupun yang sedang dalam masa perawatan,” ungkap Ihsan.
MCC digunakan untuk melakukan pemantauan kegiatan operasi tambang, integrasi data, analisis data, pemetaan digital, otomatisasi, pengolahan mineral dan produksi, hingga keselamatan pekerja. PTBA telah menggunakan sistem penambangan continous mining. Sistem ini menggunakan beberapa alat tambang utama seperti bucket wheel excavator (BWE), spreader dan stacker reclaimer, juga train loading station (TLS). Dari MCC itulah pengawasan operasional penambangan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. “Semua dipantau dari ruangan ini, mulai dari jam operasional, kegiatan produksi, hingga pencatatan hasil produksi,”ungkap Ihsan.
Selain bisa dipantau dari layar super besar, seluruh kegiatan di area tambang bisa dipantau dari telepon seluler (ponsel). Hal ini karena PTBA telah mengembangkan aplikasi Corporate Information System and Enterprise Application (CISEA) untuk memantau aktivitas pertambangan secara real time yang bisa diakses melalui ponsel.
Super App ini mengintegrasikan beberapa sistem sekaligus. Diantaranya, Automation & SCADA System Integration, Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System, Automatic Train Loading Station, Slope Stability Radar (SSR), Digital Telemetri, Sistem Pemantauan Air Terintegrasi (SPARING), hingga Corporate Social Responsibility (CSR).
Penggunaan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kegiatan penambangan. Data produksi, real time performance unit, loss time, konsumsi BBM, monitoring posisi unit kendaraan, perkiraan kondisi jalur tambang, hingga keselamatan operasional semuanya tersedia di ponsel secara real time. “Langsung nyambung ke ponsel direksi. Sehingga semuanya bisa dipantau langsung dari Jakarta,”ungkap Ihsan.
Dengan adanya digitalisasi itu, Ikhsan mengungkapkan, produktivitas operasional PTBA melonjak 20%. Integrasi teknologi informasi yang diadopsi PTBA itu berhasil meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keselamatan dalam seluruh rantai kegiatan pertambangan.
PT BA juga memiliki Bukit Asam Mining System and Information (Mister BA). Mister BA merupakan program terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari proses eksplorasi hingga pelabuhan. Adopsi IoT yang terintegrasi itu diklaim menghasilkan dampak yang signifikan dalam pengurangan konsumsi energi dan bahan bakar. Outputnya, yakni penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 6071,31 TCO2e. Wajah Ikhsan pun tampak sumringah tatkala ditanya pencapaian target produksi PT BA tahun ini yang diproyeksikan 41 juta ton dengan dukungan digitalisasi itu. “Kami yakin (tercapai),” tegasnya.
Di luar gedung, operator kendaraan operasional tambang PTBA bernama Alex terlihat sibuk memantau perawatan HD Truck Hybrid Belaz-75135. PTBA menjadi perusahaan tambang pertama di Indonesia yang mengoperasikan kendaraan ramah lingkungan itu. “Kami lakukan perawatan secara berkala untuk menjaga performanya,” ungkapnya.
Dari sisi konsumsi energi, truk jumbo yang memiliki kapasitas mesin 36.000 cc, 12 silinder, berpenggerak motor listrik itu hanya butuh 60 liter BBM jenis solar per jam. “Penghematannya sangat besar, dibandingkan yang konvensional perlu 120 liter per jam,”ungkap Asisten Manajer Perawatan Alat Tambang Utama Elektrifikasi PTBA Zulfahmi. Truk berkelir kuning itu mampu mengangkut 110 ton batubara dengan kecepatan laju maksimal 48 kilometer per jam. Saat ini, PT BA mengoperasikan 40 unit HD Truck Hybrid Belaz-75135.
tulis komentar anda