Mengenal Lebih Dekat Jalur Sutra Modern China, Pertaruhan Triliunan Dolar
Senin, 27 November 2023 - 11:26 WIB
"Ini tentang perusahaan milik negara China yang pergi ke luar negeri ... untuk membantu memfasilitasi aliran sumber daya yang dibutuhkan China," kata seorang analis senior di Mercator Institute for China Studies, Jacob Gunter.
"Ini juga tentang memperluas dan mengembangkan pasar ekspor sebagai alternatif bagi negara maju liberal," sambungnya.
Diversifikasi ini menjadi sangat penting pada saat China menghadapi ketegangan yang lebih besar dengan Barat dan sekutu mereka.
Ambil contoh misalnya. China, importir terbesar dunia, dulu sangat bergantung pada AS untuk pasokan. Tetapi perang tarif dengan Washington memaksa Beijing untuk beralih ke sumber-sumber asal Amerika Selatan, terutama Brasil, yang diperkirakan merupakan penerima dana BRI terbesar di kawasan itu.
Pipa gas dari Asia Tengah dan Rusia - dan impor minyak dari Rusia, Irak, Brasil, dan Oman - telah mengurangi ketergantungan China pada Jepang, Korea Selatan, dan AS, demikian menurut Institut Internasional dalam Studi Strategis (IISS).
Banyak pinjaman, yang diberikan oleh pemberi pinjaman publik dan swasta, diselimuti kerahasiaan. Saat ini dari mulai Sri Lanka dan Maladewa ke Laos hingga Kenya, negara-negara tersebut berjuang dengan utang BRI. Ini menempatkan pemerintah China di tempat yang sempit.
Sementara itu krisis real estat dan pinjaman liberal oleh pemerintah daerah telah menciptakan "bom utang" di dalam negeri - diprediksi nilainya mencapai triliunan dolar. Ekonomi pasca-Covid yang lesu dan rekor pengangguran kaum muda juga tidak membantu.
China sejauh ini telah merestrukturisasi pinjaman BRI, memperpanjang tenggat waktu dan membayar sekitar USD240 miliar untuk membantu peminjam melakukan pembayaran tepat waktu. Tetapi mereka menolak untuk membatalkan utang tersebut.
"Bagi China untuk secara bersamaan terlibat dalam penghapusan utang di luar negeri, sementara masalah ekonomi domestik tidak sepenuhnya sudah diselesaikan – akan menjadi tantangan politik secara internal untuk mempromosikannya," kata Christoph Nedopil, direktur pendiri Green Finance and Development Center (GFDC), yang melacak pengeluaran BRI.
"Ini juga tentang memperluas dan mengembangkan pasar ekspor sebagai alternatif bagi negara maju liberal," sambungnya.
Diversifikasi ini menjadi sangat penting pada saat China menghadapi ketegangan yang lebih besar dengan Barat dan sekutu mereka.
Ambil contoh misalnya. China, importir terbesar dunia, dulu sangat bergantung pada AS untuk pasokan. Tetapi perang tarif dengan Washington memaksa Beijing untuk beralih ke sumber-sumber asal Amerika Selatan, terutama Brasil, yang diperkirakan merupakan penerima dana BRI terbesar di kawasan itu.
Pipa gas dari Asia Tengah dan Rusia - dan impor minyak dari Rusia, Irak, Brasil, dan Oman - telah mengurangi ketergantungan China pada Jepang, Korea Selatan, dan AS, demikian menurut Institut Internasional dalam Studi Strategis (IISS).
Diplomasi Perangkap Utang
Setelah menjadi pemberi pinjaman bagi banyak negara berpenghasilan rendah atau menengah melalui BRI, China sekarang menjadi kreditor internasional terbesar di dunia. Skala sebenarnya dari utang tidak diketahui, tapi diperkirakan setidaknya ratusan miliar dolar.Banyak pinjaman, yang diberikan oleh pemberi pinjaman publik dan swasta, diselimuti kerahasiaan. Saat ini dari mulai Sri Lanka dan Maladewa ke Laos hingga Kenya, negara-negara tersebut berjuang dengan utang BRI. Ini menempatkan pemerintah China di tempat yang sempit.
Sementara itu krisis real estat dan pinjaman liberal oleh pemerintah daerah telah menciptakan "bom utang" di dalam negeri - diprediksi nilainya mencapai triliunan dolar. Ekonomi pasca-Covid yang lesu dan rekor pengangguran kaum muda juga tidak membantu.
China sejauh ini telah merestrukturisasi pinjaman BRI, memperpanjang tenggat waktu dan membayar sekitar USD240 miliar untuk membantu peminjam melakukan pembayaran tepat waktu. Tetapi mereka menolak untuk membatalkan utang tersebut.
"Bagi China untuk secara bersamaan terlibat dalam penghapusan utang di luar negeri, sementara masalah ekonomi domestik tidak sepenuhnya sudah diselesaikan – akan menjadi tantangan politik secara internal untuk mempromosikannya," kata Christoph Nedopil, direktur pendiri Green Finance and Development Center (GFDC), yang melacak pengeluaran BRI.
Lihat Juga :
tulis komentar anda