Bukan Emas, Harga Logam Ini Bakal Melonjak dalam 2 Tahun ke Depan

Rabu, 03 Januari 2024 - 11:37 WIB
Harga logam tembaga diprediksi akan melebihi USD15.000 per ton dalam dua tahun ke depan. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Tingginya permintaan akibat dorongan transisi menuju energi baru terbarukan diyakini akan mendongkrak harga tembaga hingga lebih dari 75% dalam dua tahun ke depan. Kemungkinan melemahnya dolar AS pada paruh II-2024 juga diprediksi turut mendukung kenaikan harga tembaga.

Pasar memperkirakan Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga tahun ini, yang akan melemahkan nilai tukar dolar. Pada gilirannya, hal itu membuat tembaga yang dihargai dalam dolar akan menjadi lebih menarik bagi pembeli global.





"Pandangan positif terhadap tembaga lebih tertuju pada faktor makro," ungkap Kepala Bahan Dasar Asia-Pasifik Bank of America Securities, Matty Zhao, seperti dilansir CNBC, Rabu (3/1/2024).

Sementara itu, pada konferensi perubahan iklim COP28 baru-baru ini, lebih dari 60 negara menyatakan dukungannya terhadap rencana untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada tahun 2030. Hal ini, tegas Citibank, akan sangat memberikan dampak positif bagi tembaga.

Seperti diketahui, tembaga adalah logam dasar yang merupakan kunci utama dalam ekosistem transisi energi. Tembaga merupakan bagian integral dalam pembuatan kendaraan listrik, jaringan listrik, dan turbin angin.Pertumbuhan ekonomi juga cenderung meningkatkan permintaan tembaga yang digunakan dalam peralatan listrik dan mesin industri. Karena itu, permintaan logam tersebut sering dianggap sebagai indikator kesehatan ekonomi.

Dalam laporan bulan Desember, Citibank memperkirakan bahwa target energi terbarukan yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan tambahan tembaga sebesar 4,2 juta ton pada tahun 2030. Laporan tersebut menambahkan, hal ini berpotensi mendorong harga tembaga menjadi USD15.000 per ton pada tahun 2025, jauh lebih tinggi dari rekor tertinggi sebesar USD10.730 per ton yang dicapai pada Maret tahun lalu.

Tembaga di London Metal Exchange terakhir diperdagangkan pada harga USD8.559 per ton. Analis melihat tren bullish pada tembaga karena gangguan penambangan, di mana Goldman Sachs memperkirakan terjadi defisit lebih dari 0,5 juta ton pada tahun 2024.



November lalu, First Quantum Minerals menghentikan produksi di Cobre Panamá, salah satu tambang tembaga terbesar di dunia, menyusul keputusan Mahkamah Agung dan protes nasional atas masalah lingkungan. Sementara Anglo American, produsen utama tembaga, mengatakan akan memangkas produksi logam dasar tersebut pada tahun 2024 dan 2025 karena berupaya memangkas biaya.

"Pemotongan pasokan memperkuat pandangan kami bahwa pasar tembaga sedang memasuki periode pengetatan yang lebih jelas," tulis analis Goldman, yang memperkirakan harga tembaga akan mencapai USD10.000 per ton pada tahun ini, dan jauh lebih tinggi lagi pada tahun 2025. "Keyakinan kami bahwa harga tembaga akan kembali naik secara signifikan pada tahun 2025 (rata-rata USD15.000 per ton) kini jauh lebih tinggi," kata Goldman.

Analis Tembaga Senior S&P Global, Wang Ruilin menyebutkan, pasokan yang lebih rendah juga berarti bahwa pabrik peleburan tembaga baru yang mulai beroperasi akan mengalami kekurangan konsentrat untuk dikerjakan. "Pabrik peleburan tembaga akan mengalami kekurangan pasokan konsentrat mulai tahun 2024, dan perkiraan defisit di pasar konsentrat akan semakin parah pada tahun 2025–27," katanya kepada CNBC.
(fjo)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More