Ekonomi AS Melaju Kencang, Makin Jauh Tinggalkan China
Minggu, 28 Januari 2024 - 11:17 WIB
JAKARTA - Ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin jauh meninggalkan China menjadi yang terbesar di dunia. Data produk domestik bruto (PDB) semakin kuat berkat optimisme konsumen.
PDB AS naik 6,3% secara nominal, yaitu, tidak disesuaikan dengan inflasi tahun lalu, melampaui kenaikan 4,6% di China. Ekonomi AS berhasil keluar dari periode pandemi yang lebih baik daripada China.
"Ini keberuntungan yang mencolok," kata Eswar Prasad, yang pernah memimpin tim Dana Moneter Internasional (IMF) untuk Chiba dan sekarang bekerja di Cornell University, dikutip The Japan Times, Minggu (28/1/2024).
“Kinerja ekonomi AS yang kuat, bersamaan dengan semua hambatan jangka pendek dan jangka panjang yang dihadapi ekonomi Chiba menjadikannya proposisi yang kurang jelas bahwa PDB Chiba suatu hari nanti akan menyalip AS,” jelasnya.
Performa ekonomi tercermin di pasar saham masing-masing negara. Saham-saham AS telah mencapai level tertinggi sepanjang masa minggu ini, sementara ekuitas RRT terperosok ke dalam kerugian pasar saham senilai lebih dari USD6 triliun.
Pada awal tahun lalu, AS secara luas digadang-gadang akan jatuh ke dalam resesi karena Federal Reserve (FED) menaikkan suku bunga untuk memerangi momok inflasi yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade.
Pemulihan yang sangat cepat karena negara ini membuka kembali ekonominya sepenuhnya untuk perdagangan setelah penguncian yang ketat untuk memerangi penyebaran COVID-19. Data PDB yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan ekonomi AS mengakhiri tahun ini dengan gemilang, tumbuh 3,3% secara riil, disesuaikan dengan inflasi di kuartal IV setelah tumbuh 4,9% di kuartal III. Inflasi sedang dalam perjalanan kembali ke target 2% Fed dan kekhawatiran akan resesi memudar.
Krisis Properti
PDB AS naik 6,3% secara nominal, yaitu, tidak disesuaikan dengan inflasi tahun lalu, melampaui kenaikan 4,6% di China. Ekonomi AS berhasil keluar dari periode pandemi yang lebih baik daripada China.
"Ini keberuntungan yang mencolok," kata Eswar Prasad, yang pernah memimpin tim Dana Moneter Internasional (IMF) untuk Chiba dan sekarang bekerja di Cornell University, dikutip The Japan Times, Minggu (28/1/2024).
“Kinerja ekonomi AS yang kuat, bersamaan dengan semua hambatan jangka pendek dan jangka panjang yang dihadapi ekonomi Chiba menjadikannya proposisi yang kurang jelas bahwa PDB Chiba suatu hari nanti akan menyalip AS,” jelasnya.
Performa ekonomi tercermin di pasar saham masing-masing negara. Saham-saham AS telah mencapai level tertinggi sepanjang masa minggu ini, sementara ekuitas RRT terperosok ke dalam kerugian pasar saham senilai lebih dari USD6 triliun.
Pada awal tahun lalu, AS secara luas digadang-gadang akan jatuh ke dalam resesi karena Federal Reserve (FED) menaikkan suku bunga untuk memerangi momok inflasi yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade.
Pemulihan yang sangat cepat karena negara ini membuka kembali ekonominya sepenuhnya untuk perdagangan setelah penguncian yang ketat untuk memerangi penyebaran COVID-19. Data PDB yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan ekonomi AS mengakhiri tahun ini dengan gemilang, tumbuh 3,3% secara riil, disesuaikan dengan inflasi di kuartal IV setelah tumbuh 4,9% di kuartal III. Inflasi sedang dalam perjalanan kembali ke target 2% Fed dan kekhawatiran akan resesi memudar.
Krisis Properti
Lihat Juga :
tulis komentar anda