Ekonomi AS Melaju Kencang, Makin Jauh Tinggalkan China

Minggu, 28 Januari 2024 - 11:17 WIB
Sebaliknya, China sedang berjuang di bawah beban krisis real estat yang berlangsung selama bertahun-tahun dan deflasi terburuk dalam 25 tahun terakhir. Ekspor yang dulunya merupakan pilar penting pertumbuhan menurun pada 2023, pengangguran di kalangan anak muda melonjak, dan pemerintah daerah dibebani dengan terlalu banyak utang.

Meskipun angka-angka pemerintah menunjukkan bahwa ekonomi memenuhi target pertumbuhan tahunan pemerintah, dengan pertumbuhan 5,2% pada tahun 2023, ada kecurigaan bahwa itu bukanlah gambaran sebenarnya dari apa yang sedang terjadi. Yang pasti, PDB nominal bukan satu-satunya cara untuk mengukur ukuran ekonomi suatu negara.

Para ekonom juga menggunakan sesuatu yang disebut paritas daya beli, yang mencoba memperhitungkan perbedaan harga antar negara untuk barang atau jasa yang sama. Atas dasar itu, China menyalip AS sekitar tahun 2016.



Namun, banyak pengamat tidak berpikir bahwa itu adalah cara terbaik untuk mengukur kekuatan ekonomi di panggung dunia. Untuk itu, PDB nominal dipandang sebagai panduan yang lebih baik.

"Pandemi menutupi banyak kelemahan China yang mendalam dan struktural dan akan berlangsung selama satu dekade tergantung pada kemampuan mereka untuk melakukan reformasi," kata Josh Lipsky, mantan penasihat IMF yang sekarang menjabat sebagai direktur Pusat GeoEkonomi Atlantic Council.

Presiden Peterson Institute for International Economics Adam Posen berpendapat bahwa Presiden China Xi Jinping telah memperparah kelemahan ekonomi yang mendasari negara tersebut dengan pelaksanaan kekuasaan otoriter di seluruh ekonomi dan masyarakat, terutama selama pandemi.
(nng)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More