Dampak Nyata Boikot Israel, Starbucks PHK 2.000 Karyawan
Rabu, 06 Maret 2024 - 14:27 WIB
JAKARTA - Starbucks melakukan Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) 2.000 karyawan di seluruh wilayah di Timur Tengah terdampak aksi boikot Israel. Operator Starbucks beralasan kemunduran bisnis dibalik keputusan memecat lebih dari 10% tenaga kerja di Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang sangat menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah kolega di gerai-gerai Starbucks di wilayah ini," kata bisnis keluarga yang berbasis di Kuwait, Alshaya Group, kepada Associated Press dikutip CBS News, Rabu (6/3/2024).
PHK tersebut pertama kali dilaporkan oleh Reuters. Alshaya mengoperasikan sekitar 1.900 gerai Starbucks di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab. Starbucks adalah salah satu dari sejumlah merek Barat yang telah menuai kecaman dari para aktivis pro-Palestina sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober.
McDonald's juga menghadapi kampanye boikot atas sikap mereka terhadap konflik tersebut, sementara para aktivis juga menargetkan Burger King, KFC dan Pizza Hut, di antara jaringan restoran lainnya. CEO McDonald's, Chris Kempczinski, mengatakan pada bulan Januari bahwa jaringan restoran cepat saji ini mengalami dampak bisnis yang berarti di Timur Tengah dan di tempat lain yang terkait dengan perang Israel-Hamas.
McDonald's juga menghadapi seruan boikot setelah sebuah waralaba lokal di Israel pada bulan Oktober mengatakan bahwa mereka akan mendistribusikan makanan gratis kepada para tentara Israel. "Rumor bahwa Starbucks secara finansial mendukung pemerintah Israel dan militernya adalah tidak benar," kata perusahaan itu di situs webnya.
Sebagai perusahaan publik, Starbucks diwajibkan untuk mengungkapkan segala bentuk sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Seorang karyawan Starbucks di Glen Rock, New Jersey, pada bulan Februari menemukan cat merah dan stiker antisemit yang berkaitan dengan perang Israel-Hamas di papan nama toko, kata polisi. Perusahaan yang berbasis di Seattle ini juga menggugat Workers United atas pesan pro-Palestina yang diunggah serikat tersebut secara online.
"Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang sangat menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah kolega di gerai-gerai Starbucks di wilayah ini," kata bisnis keluarga yang berbasis di Kuwait, Alshaya Group, kepada Associated Press dikutip CBS News, Rabu (6/3/2024).
PHK tersebut pertama kali dilaporkan oleh Reuters. Alshaya mengoperasikan sekitar 1.900 gerai Starbucks di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab. Starbucks adalah salah satu dari sejumlah merek Barat yang telah menuai kecaman dari para aktivis pro-Palestina sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober.
McDonald's juga menghadapi kampanye boikot atas sikap mereka terhadap konflik tersebut, sementara para aktivis juga menargetkan Burger King, KFC dan Pizza Hut, di antara jaringan restoran lainnya. CEO McDonald's, Chris Kempczinski, mengatakan pada bulan Januari bahwa jaringan restoran cepat saji ini mengalami dampak bisnis yang berarti di Timur Tengah dan di tempat lain yang terkait dengan perang Israel-Hamas.
McDonald's juga menghadapi seruan boikot setelah sebuah waralaba lokal di Israel pada bulan Oktober mengatakan bahwa mereka akan mendistribusikan makanan gratis kepada para tentara Israel. "Rumor bahwa Starbucks secara finansial mendukung pemerintah Israel dan militernya adalah tidak benar," kata perusahaan itu di situs webnya.
Sebagai perusahaan publik, Starbucks diwajibkan untuk mengungkapkan segala bentuk sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Seorang karyawan Starbucks di Glen Rock, New Jersey, pada bulan Februari menemukan cat merah dan stiker antisemit yang berkaitan dengan perang Israel-Hamas di papan nama toko, kata polisi. Perusahaan yang berbasis di Seattle ini juga menggugat Workers United atas pesan pro-Palestina yang diunggah serikat tersebut secara online.
(nng)
tulis komentar anda