Komitmen Tekan Emisi, PLN NP Genjot Transisi Energi dan Perdagangan Karbon

Selasa, 23 April 2024 - 18:07 WIB
Direktur Management Human Capital and Administrasi PLN Nusantara Power Karyawan Aji di acara diskusi bersama media, di Jakarta, Selasa (23/4/2024). FOTO/M Faizal
JAKARTA - PT PLN Nusantara Power ( PLN NP ) menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung pencapaian target net zero emission ( NZE ) 2060 melalui transisi energi dan berperan aktif dalam perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon). Selain mendorong pembangunan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), PLN NP akan meningkatkan volume karbon yang siap diperdagangkan hinggadua kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Hal itu diungkapkan Direktur Management Human Capital and Administrasi PLN NP Karyawan Aji di sela acara halalbihalal dengan media di Jakarta, Selasa (23/4/2024). Dia mengatakan, hingga 2030 PLN NP akan meningkatkan kapasitas pembangkitnya sebesar 6,3 Gigawatt (GW), di mana sebagian direncanakan berupa pembangkit-pembangkit berbasis energi baru terbarukan. "Ada PLTS seperti yang kita bangun di IKN itu," ungkapnya.





Seperti diketahui, PLN NP mengerjakan pembangunan PLTS IKN 50 MW yang menjadi pionir pembangkit EBT yang akan memasok listrik bersih untuk kawasan ibu kota baru yang terletak di Penajam Paser Utara,KalimantanTimur, tersebut. PLN NP juga membangun PLTS Terapung Cirata 192 MWp, terbesar di Asia Tenggara, yang menjadi bukti upaya percepatan transisi energi di dalam negeri.

Tak hanya itu, Aji mengatakan bahwa untuk tahun ini pihaknya mematok target perdagangan emisi karbon setara 2 juta ton CO2 di IDXCarbon. Dia menuturkan, ada sedikitnya 13 pembangkit listrik yang akan terlibat dalam perdagangan karbon tahun ini. "Tahun lalu kan hampir 1 juta ton, tahun ini mungkin 2 juta ton CO2. Ada 13 PLTU (yang dilibatkan)," tuturnya.

Aji menegaskan, pembangunan pembangkit terbarukan dan perdagangan karbon oleh perusahaan merupakan upaya nyata dalam mendorong transisi energi guna mencapai target NZE di dalam negeri. Perusahaan yang membangun pembangkit berbasis EBT, tegas dia, bisa membuat sertifikat karbon dan kemudian bisa membuat sertifikasi pengurangan emisi.



"Artinya dari emisi itu dapat diperjualbelikan dan mendorong adanya tambahan lain, sehingga secara keekonomian perusahaan yang membangun renewable (power plant) akan berkurang bebannya. Sebaliknya perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan CO2 bebannya akan bertambah," paparnya.

Tahun lalu, PLN NP menjadi salah satu pihak yang sangat agresif dalam pembukaan perdagangan karbon di IDXCarbon yang diresmikan September 2023. Saat baru diluncurkan PLN NP menjadi trader terbesar di Bursa Karbon Indonesia dengan membuka perdagangan karbon setara hampir 1 juta ton CO2.

Tercatat, IDXCarbon telah terhubung dengan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sehingga administrasi dan perpindahan unit karbon menjadi lebih mudah dan menghindari double counting.

Tidak hanya terdaftar di bursa, PLN NP juga melakukan perdagangan karbon secara langsung dengan melingkupi 3 dari 4 aspek perdagangan karbon, yaitu perdagangan emisi secara langsung, offset emisi secara langsung, dan perdagangan offset melalui bursa.
(fjo)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More