Wall Street Dibuka Rebound Usai Terhimpit Data Inflasi
Jum'at, 24 Mei 2024 - 21:49 WIB
JAKARTA - Wall Street dibuka menguat pada perdagangan, Jumat (24/5/2024) usai mencetak rebound setelah sebelumnya tertekan akibat data inflasi yang masih panas. Inflasi masih menjadi momok bagi pelaku bursa sahamAmerika Serikat .
Dow Jones Industrial Average tercatat naik 23,97 poin atau 0,06% pada pembukaan menjadi 39.089,23. Sedangkan indeks S&P 500 dibuka juga lebih tinggi sebesar 13,61 poin atau 0,26% menjadi 5.281,45, selanjutnya Nasdaq Composite naik 50,76 poin, atau 0,30% ke posisi 16.786,79 pada bel pembukaan.
Data terbaru mencatat permintaan barang tahan lama (durable goods orders) tumbuh 0,7% pada April. Indikator ini mengukur perubahan nilai total pemesanan baru untuk barang pabrikan tahan lama, termasuk alat transportasi.
Pertumbuhan ini menandai bahwa inflasi masih sulit untuk ditekan, senada dengan komentar para pejabat Federal Reserve yang berupaya mencari petunjuk lebih lanjut bahwa inflasi menuju target mereka di level 2%. Saat ini pasar berekspektasi ada penurunan Fed Rate pada September mendatang.
Menurut analisa Goldman Sachs, bank sentral masih berpeluang besar menahan level bunga saat ini hingga bulan kesembilan itu. Catatan Investing, Jumat (24/5), menunjukkan langkah itu akan menjadi aksi Fed pertama kalinya sejak memulai pengetatan pada 2022.
Malam ini indikator FedWatch membaca peluang sebesar 45% kemungkinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga dari level tertinggi dalam dua dekade terakhir yaitu 5,25% menjadi 5,5% pada bulan September.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
Dow Jones Industrial Average tercatat naik 23,97 poin atau 0,06% pada pembukaan menjadi 39.089,23. Sedangkan indeks S&P 500 dibuka juga lebih tinggi sebesar 13,61 poin atau 0,26% menjadi 5.281,45, selanjutnya Nasdaq Composite naik 50,76 poin, atau 0,30% ke posisi 16.786,79 pada bel pembukaan.
Data terbaru mencatat permintaan barang tahan lama (durable goods orders) tumbuh 0,7% pada April. Indikator ini mengukur perubahan nilai total pemesanan baru untuk barang pabrikan tahan lama, termasuk alat transportasi.
Baca Juga
Pertumbuhan ini menandai bahwa inflasi masih sulit untuk ditekan, senada dengan komentar para pejabat Federal Reserve yang berupaya mencari petunjuk lebih lanjut bahwa inflasi menuju target mereka di level 2%. Saat ini pasar berekspektasi ada penurunan Fed Rate pada September mendatang.
Menurut analisa Goldman Sachs, bank sentral masih berpeluang besar menahan level bunga saat ini hingga bulan kesembilan itu. Catatan Investing, Jumat (24/5), menunjukkan langkah itu akan menjadi aksi Fed pertama kalinya sejak memulai pengetatan pada 2022.
Malam ini indikator FedWatch membaca peluang sebesar 45% kemungkinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga dari level tertinggi dalam dua dekade terakhir yaitu 5,25% menjadi 5,5% pada bulan September.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
(akr)
tulis komentar anda