Program Makan Gratis Prabowo Bikin Investor Waswas Soal Keuangan Indonesia
Senin, 08 Juli 2024 - 09:45 WIB
JAKARTA - Program makan bergizi gratis yang diusung oleh Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto , membuat investor waswas terkait keuangan Indonesia . Seperti diketahui rencana memberi anak-anak sekolah makanan gratis, bakal menyedot uang negara yang tidak sedikit.
Penggunaan uang negara sebesar Rp71 triliun yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk makan bergizi gratis dikhawatirkan bisa mengganggu fiskal negara. Sementara itu Prabowo dan timnya terus mencoba menyakinkan, program makan bergizi gratis tidak akan memicu pemborosan fiskal.
Tim Prabowo juga kerap mengatakan kepada pelaku pasar bahwa pemerintah yang akan datang sangat menghormati batas utang dan bakal membatasi defisit anggaran sebesar 3% dari target ekonomi.
Akan tetapi pengeluaran besar yang membayangi APBN telah meresahkan, saat pasar sudah terbiasa dengan stabilitas dan pengakuan atas kehati-hatian fiskal di bawah Menteri Keuangan saat ini Sri Mulyani Indrawati
Imbal hasil obligasi telah meningkat dan nilai rupiah telah terdepresiasi, meskipun pelemahan mata uang sebagian besar disebabkan oleh dolar AS (USD) yang tangguh.
"Pada dasarnya bahwa ini lebih merupakan kebisingan saat ini, tetapi kami melihat ada potensi peningkatan risiko fiskal dan karenanya pasar mungkin membutuhkan lebih banyak premi risiko pada obligasi pemerintah Indonesia," kata Jenny Zeng, chief investment officer for APAC fixed income di Allianz seperti dilansir Reuters, Senin (8/7/2024)
"Juga ada risiko lain karena ada pergantian menteri," kata Zeng, mengacu pada ketidakpastian tentang siapa yang akan menggantikan posisi mantan direktur pelaksana Bank Dunia, Sri Mulyani.
Penggunaan uang negara sebesar Rp71 triliun yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk makan bergizi gratis dikhawatirkan bisa mengganggu fiskal negara. Sementara itu Prabowo dan timnya terus mencoba menyakinkan, program makan bergizi gratis tidak akan memicu pemborosan fiskal.
Tim Prabowo juga kerap mengatakan kepada pelaku pasar bahwa pemerintah yang akan datang sangat menghormati batas utang dan bakal membatasi defisit anggaran sebesar 3% dari target ekonomi.
Akan tetapi pengeluaran besar yang membayangi APBN telah meresahkan, saat pasar sudah terbiasa dengan stabilitas dan pengakuan atas kehati-hatian fiskal di bawah Menteri Keuangan saat ini Sri Mulyani Indrawati
Imbal hasil obligasi telah meningkat dan nilai rupiah telah terdepresiasi, meskipun pelemahan mata uang sebagian besar disebabkan oleh dolar AS (USD) yang tangguh.
"Pada dasarnya bahwa ini lebih merupakan kebisingan saat ini, tetapi kami melihat ada potensi peningkatan risiko fiskal dan karenanya pasar mungkin membutuhkan lebih banyak premi risiko pada obligasi pemerintah Indonesia," kata Jenny Zeng, chief investment officer for APAC fixed income di Allianz seperti dilansir Reuters, Senin (8/7/2024)
"Juga ada risiko lain karena ada pergantian menteri," kata Zeng, mengacu pada ketidakpastian tentang siapa yang akan menggantikan posisi mantan direktur pelaksana Bank Dunia, Sri Mulyani.
Lihat Juga :
tulis komentar anda