Stafsus Presiden Sebut Isu Bioekonomi Indonesia Jadi Senjata Diplomasi Global
Selasa, 09 Juli 2024 - 12:25 WIB
JAKARTA - Staf Khusus atau Stafsus Presiden , Diaz Hendropriyono mendorong isu bioekonomi yang diperankan Indonesia dapat dijadikan senjata untuk diplomasi regional dan global. Hal itu disampaikan Diaz saat menjadi narasumber 'Accelerating Circularity in Bioeconomy Industries yang diselenggarakan Bappenas Jumat 5 Juli 2024.
"Sekarang yang punya mimpi untuk menjadi global bioplastic hub di dunia itu Thailand. Indonesia harus punya visi itu. Berbicara sumber hayati kita banyak, alga, seaweed, singkong, tebu, sagu itu semua adalah bahan-bahan yang bisa kita gunakan untuk mendorong sektor bioplastik dan bioekonomi," kata Diaz dalam keterangannya, Selasa (9/7/2024).
"Artinya, ini bisa kita jadikan senjata diplomasi regional atau pun dunia. Anda mau jadi global bioplastic hub, kita yang punya semua bahannya. Ini jadi senjata diplomasi sangat kuat di masa depan, tergantung bagaimana pemerintahan berikutnya menyikapi," imbuhnya.
Dikatakan Diaz, potensi bioekonomi dunia ke depannya, Indonesia memiliki potensi hingga Rp3.374 triliun, yang artinya mencapai 15% dari PDB Indonesia. Hal ini diamini oleh setiap narasumber yang turut mengisi talkshow. Kekayaan alam Indonesia yang sudah melimpah harus diikuti pengelolaan yang berhati-hati.
Menurutnya, banyak yang menyuarakan dibutuhkannya kelembagaan satu atap dalam pengembangan bioekonomi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang disarankan Diaz sebagai solusi tantangan bioekonomi nasional.
"Ketika bicara mengenai potensi bioekonomi, bilateral, multilateral, kita perlu satu reorganisasi yang bisa mengatur kolaborasi semua pihak yang terlibat, biar semua merasa diajak. Artinya ada satu pihak yang benar-benar bertanggung jawab untuk keberlangsungan lingkungan hidup Indonesia," ungkapnya.
"Di dalam buku saya, solusi dari ini semua adalah pembentukan kementerian baru, yang bernama Kementerian Ekologi Republik Indonesia. Jangan sampai ketika bicara sustainability issue jangan sampai kita tidak punya counter part yang jelas di dunia internasional," beber Diaz.
Circular Talks 7 di hari terakhir dalam rangkaian Green Economy Expo 2024 ini turut menghadirkan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies & Genetik, KLHK Nunu Anugrah, Co-founder & CEO Greenhope Tommy Tjiptadjaja, Corporate Secretary PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Tiur Simamora, Presiden Direktur Great Giant Foods Tommy Wattimena, dan Akademisi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung Angga Dwiartama.
"Sekarang yang punya mimpi untuk menjadi global bioplastic hub di dunia itu Thailand. Indonesia harus punya visi itu. Berbicara sumber hayati kita banyak, alga, seaweed, singkong, tebu, sagu itu semua adalah bahan-bahan yang bisa kita gunakan untuk mendorong sektor bioplastik dan bioekonomi," kata Diaz dalam keterangannya, Selasa (9/7/2024).
"Artinya, ini bisa kita jadikan senjata diplomasi regional atau pun dunia. Anda mau jadi global bioplastic hub, kita yang punya semua bahannya. Ini jadi senjata diplomasi sangat kuat di masa depan, tergantung bagaimana pemerintahan berikutnya menyikapi," imbuhnya.
Dikatakan Diaz, potensi bioekonomi dunia ke depannya, Indonesia memiliki potensi hingga Rp3.374 triliun, yang artinya mencapai 15% dari PDB Indonesia. Hal ini diamini oleh setiap narasumber yang turut mengisi talkshow. Kekayaan alam Indonesia yang sudah melimpah harus diikuti pengelolaan yang berhati-hati.
Menurutnya, banyak yang menyuarakan dibutuhkannya kelembagaan satu atap dalam pengembangan bioekonomi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang disarankan Diaz sebagai solusi tantangan bioekonomi nasional.
"Ketika bicara mengenai potensi bioekonomi, bilateral, multilateral, kita perlu satu reorganisasi yang bisa mengatur kolaborasi semua pihak yang terlibat, biar semua merasa diajak. Artinya ada satu pihak yang benar-benar bertanggung jawab untuk keberlangsungan lingkungan hidup Indonesia," ungkapnya.
Baca Juga
"Di dalam buku saya, solusi dari ini semua adalah pembentukan kementerian baru, yang bernama Kementerian Ekologi Republik Indonesia. Jangan sampai ketika bicara sustainability issue jangan sampai kita tidak punya counter part yang jelas di dunia internasional," beber Diaz.
Circular Talks 7 di hari terakhir dalam rangkaian Green Economy Expo 2024 ini turut menghadirkan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies & Genetik, KLHK Nunu Anugrah, Co-founder & CEO Greenhope Tommy Tjiptadjaja, Corporate Secretary PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Tiur Simamora, Presiden Direktur Great Giant Foods Tommy Wattimena, dan Akademisi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung Angga Dwiartama.
(akr)
tulis komentar anda