Sinyal Kejatuhan Sektor Minyak Arab Saudi Mulai Terlihat
Rabu, 31 Juli 2024 - 20:02 WIB
JAKARTA - Ekonomi Arab Saudi berkontraksi 0,4% secara year to year (YoY) pada kuartal kedua tahun 2024, berdasarkan perkiraan resmi yang dirilis hari ini, Rabu (31/7/2024). Anjloknya sektor minyak mentah memberikan tekanan terhadap perekonomian Arab Saudi.
Namun produk domestik bruto riil (PDB) yang disesuaikan secara musiman dari Arab Saudi yang kaya minyak itu tumbuh sebesar 1,4% pada kuartal kedua, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sementara itu secara kuartal ke kuartal, sektor minyak tumbuh sebesar 1,3%. Selanjutnya kegiatan non-minyak dan pemerintah masing-masing naik sebesar 1,4% dan 3,2%.
Diketahui pada bulan Maret, Arab Saudi memperpanjang kebijakan pengurangan produksi minyak yang sebelumnya diterapkan sebesar satu juta barel per hari (bph). Hal ini sejalan dengan keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menghapus pasokan hampir dua juta barel per hari dari pasar sejak akhir 2022.
Ekonomi Saudi menyusut 0,9% YoY pada tahun 2023, terpukul oleh penurunan 9,2% dalam aktivitas minyak, meskipun sektor non-minyaknya tumbuh sebesar 4,6%.
Rincian pembagian terhadap sektor apa saja, anggaran mengalokasikan jumlah tertinggi sebesar USD71,7 miliar untuk pengeluaran militer, diikuti oleh USD57,6 miliar untuk barang-barang umum, USD57 miliar pada pembangunan kesehatan dan sosial, dan USD52 miliar ke pendidikan.
Awal bulan ini, perusahaan raksasa minyak dunia yang dimiliki negara, Saudi Aramco mengumpulkan USD12,4 miliar dari penjualan saham sekundernya di Aramco. Hasil dari penawaran saham ditetapkan untuk membiayai upaya diversifikasi ekonomi negara Teluk sejalan dengan Visi 2030.
Pelemahan Sektor Minyak Arab Saudi
Aktivitas sektor minyak negara Teluk itu terpantau anjlok 8,5% secara YoY pada periode April hingga Juni, menurut otoritas statistik yakni General Authority for Statistics (GASTAT). Sedangkan sektor non-minyak tumbuh sebesar 4,4% saat kegiatan pemerintah meningkat 3,6% year-on-year pada kuartal tersebut.Namun produk domestik bruto riil (PDB) yang disesuaikan secara musiman dari Arab Saudi yang kaya minyak itu tumbuh sebesar 1,4% pada kuartal kedua, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sementara itu secara kuartal ke kuartal, sektor minyak tumbuh sebesar 1,3%. Selanjutnya kegiatan non-minyak dan pemerintah masing-masing naik sebesar 1,4% dan 3,2%.
Diketahui pada bulan Maret, Arab Saudi memperpanjang kebijakan pengurangan produksi minyak yang sebelumnya diterapkan sebesar satu juta barel per hari (bph). Hal ini sejalan dengan keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menghapus pasokan hampir dua juta barel per hari dari pasar sejak akhir 2022.
Proyeksi IMF
Di sisi lain pada awal bulan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan bahwa PDB riil Arab Saudi akan tumbuh sebesar 2,7% pada tahun 2024, turun dari proyeksi sebelumnya dari kenaikan 4%.Ekonomi Saudi menyusut 0,9% YoY pada tahun 2023, terpukul oleh penurunan 9,2% dalam aktivitas minyak, meskipun sektor non-minyaknya tumbuh sebesar 4,6%.
Anggaran Saudi
Dalam Anggaran Arab Saudi 2024, pendapatan diproyeksikan mencapai USD312,5 miliar dan pengeluaran sebesar USD333,5 miliar, menyisakan defisit lebih dari USD21 miliar.Rincian pembagian terhadap sektor apa saja, anggaran mengalokasikan jumlah tertinggi sebesar USD71,7 miliar untuk pengeluaran militer, diikuti oleh USD57,6 miliar untuk barang-barang umum, USD57 miliar pada pembangunan kesehatan dan sosial, dan USD52 miliar ke pendidikan.
Awal bulan ini, perusahaan raksasa minyak dunia yang dimiliki negara, Saudi Aramco mengumpulkan USD12,4 miliar dari penjualan saham sekundernya di Aramco. Hasil dari penawaran saham ditetapkan untuk membiayai upaya diversifikasi ekonomi negara Teluk sejalan dengan Visi 2030.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda