Daftar 30 Negara dengan Utang China Terbesar, Indonesia Urutan Berapa?
Kamis, 10 Oktober 2024 - 14:03 WIB
Sementara itu IMF setuju untuk memberikan dana talangan kepada Sri Lanka pada awal tahun ini, tidak jelas apakah negara ini bakal memenuhi syarat untuk putaran pembayaran berikutnya. Seperti beberapa negara lainnya, negara Asia Selatan itu mengandalkan China sebagai pemberi pinjaman darurat, dengan syarat lebih mudah tetapi punya suku bunga yang lebih tinggi.
Hal itu tampaknya terjadi pada investasi China di Bangladesh. Ketika persepsi publik China membaik, Negeri berjuluk Tirai Bambu meningkatkan komitmen keuangan tahunannya kepada negara dari USD994 juta pada awal program menjadi hampir USD3,5 miliar di awal dekade ini.
Uang yang mengalir ke Bangladesh memiliki dampak yang menguntungkan, mulai dari membantu mengurangi kemiskinan hingga mengembangkan infrastruktur utama, seperti pembangkit listrik dan jembatan. Pada periode yang hampir sama, China menyalip India sebagai mitra dagang terbesar Bangladesh.
Dalam hal pendanaan dan pembangunan infrastruktur, para pejabat Ethiopia lebih memilih bekerja sama dengan China daripada mengandalkan sumber dukungan lain, seperti Bank Dunia. Meski mengakui bahwa utang China lebih mahal, namun mereka menyukai kecepatan dan kemudahan bekerja sama dengan Beijing.
Perusahaan-perusahaan China mendapatkan kontrak untuk proyek multi-fase, termasuk Pusat Konvensi dan Pameran Internasional Addis-Afrika (AAICEC). Konstruksi AAICEC dimulai pada tahun 2017 dan sedang berlangsung.
Namun, Ethiopia terpaksa mencari keringanan utang dari China dan kreditur lainnya. Seperti negara-negara lain dalam daftar yang berjuang untuk membayar kembali utang mereka ke China, cadangan uang tunai luar negeri Ethiopia, yang digunakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan bakar dan makanan, terpantau sangat rendah.
Investigasi Bank Dunia terhadap utang dari China mengungkap, ada ratusan pinjaman yang dirahasiakan. Ketika negara-negara mengambil keuntungan dari pembiayaan BRI untuk mengembangkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan, mereka dengan cepat menjadi sangat berutang, mengakibatkan kekhawatiran bahwa lembaga pemeringkat kredit melihat lonjakan utang sebagai masalah.
16. Bangladesh: keseluruhan utang dari China USD20 miliar
Belt and Road Initiative (BRI) mencakup lebih dari sekadar perdagangan dan infrastruktur: BRI juga dimaksudkan untuk membuat negara berkembang disayangi China dan "(menyiarkan) pesan positif tentang kegiatan luar negerinya", mengutip dari AidData.Hal itu tampaknya terjadi pada investasi China di Bangladesh. Ketika persepsi publik China membaik, Negeri berjuluk Tirai Bambu meningkatkan komitmen keuangan tahunannya kepada negara dari USD994 juta pada awal program menjadi hampir USD3,5 miliar di awal dekade ini.
Uang yang mengalir ke Bangladesh memiliki dampak yang menguntungkan, mulai dari membantu mengurangi kemiskinan hingga mengembangkan infrastruktur utama, seperti pembangkit listrik dan jembatan. Pada periode yang hampir sama, China menyalip India sebagai mitra dagang terbesar Bangladesh.
15. Ethiopia: total utang USD20,4 miliar
Dalam hal pendanaan dan pembangunan infrastruktur, para pejabat Ethiopia lebih memilih bekerja sama dengan China daripada mengandalkan sumber dukungan lain, seperti Bank Dunia. Meski mengakui bahwa utang China lebih mahal, namun mereka menyukai kecepatan dan kemudahan bekerja sama dengan Beijing.
Perusahaan-perusahaan China mendapatkan kontrak untuk proyek multi-fase, termasuk Pusat Konvensi dan Pameran Internasional Addis-Afrika (AAICEC). Konstruksi AAICEC dimulai pada tahun 2017 dan sedang berlangsung.
Namun, Ethiopia terpaksa mencari keringanan utang dari China dan kreditur lainnya. Seperti negara-negara lain dalam daftar yang berjuang untuk membayar kembali utang mereka ke China, cadangan uang tunai luar negeri Ethiopia, yang digunakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan bakar dan makanan, terpantau sangat rendah.
14. Laos: terjerat utang China USD20,6 miliar
Investigasi Bank Dunia terhadap utang dari China mengungkap, ada ratusan pinjaman yang dirahasiakan. Ketika negara-negara mengambil keuntungan dari pembiayaan BRI untuk mengembangkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan, mereka dengan cepat menjadi sangat berutang, mengakibatkan kekhawatiran bahwa lembaga pemeringkat kredit melihat lonjakan utang sebagai masalah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda