Penulis Why Nations Fail Raih Nobel Ekonomi 2024, Ini Profilnya
Rabu, 16 Oktober 2024 - 12:32 WIB
"Ini adalah alasan penting mengapa bekas koloni yang dulunya kaya sekarang miskin, dan sebaliknya," tambahnya.
Acemoğlu, berbicara pada konferensi pers setelah dinobatkan sebagai salah satu pemenang hadiah, mengatakan: "Daripada bertanya apakah kolonialisme itu baik atau buruk, kami mencatat bahwa strategi kolonial yang berbeda telah menyebabkan pola kelembagaan yang berbeda dari waktu ke waktu. Secara umum, pekerjaan yang telah kami lakukan mendukung demokrasi."
Contoh penelitian yang menarik perhatian para juri mencakup nasib Meksiko dan AS yang kontras sejak penjajahan. Spanyol menggunakan penindasan pada abad ke-16 untuk menjarah kekaisaran Aztec Meksiko, sedangkan kurang padat penduduk di utara menarik lebih banyak pemukim ke AS, yang mengarah ke sistem pemerintahan yang lebih demokratis.
Sedangkan daerah yang menjadi Meksiko lebih kaya daripada AS pada saat penjajahan, hari ini AS lebih makmur.
Namun, para akademisi mengatakan efek penjajahan dapat dibalikkan jika sebuah negara dapat "membebaskan diri dari institusi warisannya untuk membangun demokrasi dan supremasi hukum. Dalam jangka panjang, perubahan ini juga mengarah pada pengurangan kemiskinan."
Sementara terkait dengan penghargaan ini, Acemoglu mengaku terkejut dan kaget. “Anda tidak pernah mengharapkan sesuatu seperti ini,” katanya.
Acemoğlu (57 tahun), dan Johnson (61 tahun), keduanya adalah profesor di Massachusetts Institute of Technology, di Cambridge, AS. Bersama-sama, mereka ikut menulis sebuah buku tahun lalu, berjudul Power and Progress: Our Thousand-Year Struggle Over Technology and Prosperity.
Johnson juga dikenal usai sempat bertugas secara singkat di Dana Moneter Internasional (IMF) dari Maret 2007 hingga Agustus 2008.
Selanjutnya ada Robinson (64) yang merupakan, seorang profesor di University of Chicago, menulis sebuah buku dengan Acemoğlu – Why Nations Fail: the Origins of Power, Prosperity and Poverty– yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2012.
Acemoğlu, berbicara pada konferensi pers setelah dinobatkan sebagai salah satu pemenang hadiah, mengatakan: "Daripada bertanya apakah kolonialisme itu baik atau buruk, kami mencatat bahwa strategi kolonial yang berbeda telah menyebabkan pola kelembagaan yang berbeda dari waktu ke waktu. Secara umum, pekerjaan yang telah kami lakukan mendukung demokrasi."
Contoh penelitian yang menarik perhatian para juri mencakup nasib Meksiko dan AS yang kontras sejak penjajahan. Spanyol menggunakan penindasan pada abad ke-16 untuk menjarah kekaisaran Aztec Meksiko, sedangkan kurang padat penduduk di utara menarik lebih banyak pemukim ke AS, yang mengarah ke sistem pemerintahan yang lebih demokratis.
Sedangkan daerah yang menjadi Meksiko lebih kaya daripada AS pada saat penjajahan, hari ini AS lebih makmur.
Namun, para akademisi mengatakan efek penjajahan dapat dibalikkan jika sebuah negara dapat "membebaskan diri dari institusi warisannya untuk membangun demokrasi dan supremasi hukum. Dalam jangka panjang, perubahan ini juga mengarah pada pengurangan kemiskinan."
Sementara terkait dengan penghargaan ini, Acemoglu mengaku terkejut dan kaget. “Anda tidak pernah mengharapkan sesuatu seperti ini,” katanya.
Acemoğlu (57 tahun), dan Johnson (61 tahun), keduanya adalah profesor di Massachusetts Institute of Technology, di Cambridge, AS. Bersama-sama, mereka ikut menulis sebuah buku tahun lalu, berjudul Power and Progress: Our Thousand-Year Struggle Over Technology and Prosperity.
Johnson juga dikenal usai sempat bertugas secara singkat di Dana Moneter Internasional (IMF) dari Maret 2007 hingga Agustus 2008.
Selanjutnya ada Robinson (64) yang merupakan, seorang profesor di University of Chicago, menulis sebuah buku dengan Acemoğlu – Why Nations Fail: the Origins of Power, Prosperity and Poverty– yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2012.
Baca Juga
tulis komentar anda