'Perang' China vs Uni Eropa Makin Panas, Ini Balasan Baru Beijing ke Brussels
Selasa, 05 November 2024 - 08:37 WIB
JAKARTA - China telah mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas tindakan yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) terhadap kendaraan listrik (EV) buatan negara tersebut.
Uni Eropa telah menyelesaikan keputusan untuk memberlakukan tarif mulai dari 8% hingga 35% pada impor EV China untuk jangka waktu lima tahun. Keputusan minggu lalu ini mengakhiri investigasi yang dilakukan oleh Brussels selama setahun, yang mengklaim bahwa China mendapatkan keuntungan dari subsidi yang tidak adil. Pungutan baru ini akan dikenakan sebagai tambahan dari bea masuk 10% standar Uni Eropa untuk mobil.
Kementerian Perdagangan China pada Senin (5/10) menegaskan bahwa Tiongkok menentang keras kebijakan tersebut sebagai upaya melindungi kepentingan pengembangan industri kendaraan listrik dan kerja sama transformasi hijau global. Beijing telah memutuskan untuk mengajukan gugatan terhadap langkah-langkah anti-subsidi akhir UE.
"Sangat disesalkan melihat pihak Eropa mengumumkan keputusan akhir untuk memberlakukan bea masuk yang tinggi terhadap mobil listrik China meskipun ada banyak keberatan dari pihak-pihak terkait, mulai dari pemerintah negara-negara anggota Uni Eropa, industri, dan masyarakat," ujar kementerian tersebut dikutip dari Russian Today, Selasa (11/5/2024).
Keputusan Uni Eropa dianggap tidak memiliki dasar faktual dan hukum, melanggar aturan WTO. Mereka menggambarkan keputusan tersebut sebagai proteksionisme perdagangan atas nama pengenaan bea masuk balasan.
Brussels berargumen bahwa tarif-tarif tersebut diperlukan untuk melindungi para produsen mobil Eropa dari persaingan tidak sehat, karena mereka mengklaim bahwa para produsen China mendapatkan keuntungan dari subsidi negara. Namun, beberapa anggota blok tersebut, termasuk Jerman dan Hungaria, menentang keras pemberlakuan tarif.
Uni Eropa adalah pasar luar negeri terbesar bagi produsen mobil listrik China. Nilai impor mobil listrik China dari Uni Eropa melonjak menjadi USD11,5 miliar pada tahun 2023, dari hanya USD1,6 miliar pada tahun 2020, menyumbang 37% dari semua impor mobil listrik ke blok tersebut, menurut penelitian terbaru.
Beijing telah berulang kali memperingatkan bahwa Uni Eropa dapat memicu "perang dagang" jika terus meningkatkan ketegangan. Pemerintah China menuduh blok tersebut melakukan praktik tidak adil selama penyelidikan anti-subsidi, dan merespons dengan memberlakukan tarif sementara untuk brendi yang berasal dari UE, serta meluncurkan penyelidikan anti-dumping terkait produk daging babi dan susu dari blok tersebut.
Keputusan Uni Eropa ini menyusul langkah AS untuk menaikkan tarifnya terhadap mobil listrik China dari 25% menjadi 100% pada bulan Mei.
Uni Eropa telah menyelesaikan keputusan untuk memberlakukan tarif mulai dari 8% hingga 35% pada impor EV China untuk jangka waktu lima tahun. Keputusan minggu lalu ini mengakhiri investigasi yang dilakukan oleh Brussels selama setahun, yang mengklaim bahwa China mendapatkan keuntungan dari subsidi yang tidak adil. Pungutan baru ini akan dikenakan sebagai tambahan dari bea masuk 10% standar Uni Eropa untuk mobil.
Kementerian Perdagangan China pada Senin (5/10) menegaskan bahwa Tiongkok menentang keras kebijakan tersebut sebagai upaya melindungi kepentingan pengembangan industri kendaraan listrik dan kerja sama transformasi hijau global. Beijing telah memutuskan untuk mengajukan gugatan terhadap langkah-langkah anti-subsidi akhir UE.
"Sangat disesalkan melihat pihak Eropa mengumumkan keputusan akhir untuk memberlakukan bea masuk yang tinggi terhadap mobil listrik China meskipun ada banyak keberatan dari pihak-pihak terkait, mulai dari pemerintah negara-negara anggota Uni Eropa, industri, dan masyarakat," ujar kementerian tersebut dikutip dari Russian Today, Selasa (11/5/2024).
Keputusan Uni Eropa dianggap tidak memiliki dasar faktual dan hukum, melanggar aturan WTO. Mereka menggambarkan keputusan tersebut sebagai proteksionisme perdagangan atas nama pengenaan bea masuk balasan.
Brussels berargumen bahwa tarif-tarif tersebut diperlukan untuk melindungi para produsen mobil Eropa dari persaingan tidak sehat, karena mereka mengklaim bahwa para produsen China mendapatkan keuntungan dari subsidi negara. Namun, beberapa anggota blok tersebut, termasuk Jerman dan Hungaria, menentang keras pemberlakuan tarif.
Uni Eropa adalah pasar luar negeri terbesar bagi produsen mobil listrik China. Nilai impor mobil listrik China dari Uni Eropa melonjak menjadi USD11,5 miliar pada tahun 2023, dari hanya USD1,6 miliar pada tahun 2020, menyumbang 37% dari semua impor mobil listrik ke blok tersebut, menurut penelitian terbaru.
Beijing telah berulang kali memperingatkan bahwa Uni Eropa dapat memicu "perang dagang" jika terus meningkatkan ketegangan. Pemerintah China menuduh blok tersebut melakukan praktik tidak adil selama penyelidikan anti-subsidi, dan merespons dengan memberlakukan tarif sementara untuk brendi yang berasal dari UE, serta meluncurkan penyelidikan anti-dumping terkait produk daging babi dan susu dari blok tersebut.
Keputusan Uni Eropa ini menyusul langkah AS untuk menaikkan tarifnya terhadap mobil listrik China dari 25% menjadi 100% pada bulan Mei.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda