China Kucurkan Stimulus Rp21.869 Triliun ke Pemda, Intip Fakta-faktanya

Senin, 11 November 2024 - 14:53 WIB
China meluncurkan paket utang 10 triliun yuan atau USD1,4 triliun yang setara Rp21.869 triliun untuk mengurangi pembiayaan pemerintah daerah dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi yang melemah. Foto/Dok
BEIJING - China meluncurkan paket utang 10 triliun yuan atau USD1,4 triliun yang setara Rp21.869 triliun (kurs Rp15.621 per USD) untuk mengurangi pembiayaan pemerintah daerah dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi yang melemah. Akan tetapi para pejabat menahan diri untuk tidak mengumumkan stimulus ekonomi langsung.

Di bawah ini adalah rincian utama atau fakta-fakta dari stimulus USD1,4 triliun:

Kebijakan

Pihak berwenang meningkatkan jumlah utang yang diizinkan untuk pemerintah daerah melalui obligasi khusus sebesar 6 triliun yuan (USD836 miliar) selama tiga tahun ke depan.





Hal ini meningkatkan kuota obligasi khusus mereka menjadi 35,52 triliun yuan, dan plafon utang keseluruhan mereka menjadi 52,79 triliun. Utang pemerintah daerah China di bawah kuota resmi mencapai 40,74 triliun yuan pada akhir 2023, menurut data kementerian keuangan.

Dana baru akan membantu membayar utang yang terakumulasi melalui pembiayaan pemerintah daerah (LGFV), yang disebut Beijing sebagai "utang tersembunyi", mengingat pemerintah daerah menggunakannya untuk menghindari batas utang resmi.

Selain itu, pemerintah daerah akan diizinkan untuk menggunakan 800 miliar yuan per tahun selama lima tahun ke depan dalam penerbitan utang yang telah disetujui oleh Beijing, juga untuk membayar kembali pinjaman, obligasi, dan kredit bayangan LGFV.

Beijing mengatakan, pejabat lokal yang bertanggung jawab atas pinjaman dan bertindak sembrono akan diselidiki dan dimintai pertanggungjawaban. Ditekankan juga bahwa China akan mempercepat reformasi LGFV untuk mengendalikan utang dengan lebih baik.

Dampaknya

Pemerintah daerah yang bergelut dengan utang tinggi dan pendapatan yang menurun, telah melakukan beberapa kebijakan untuk meredamnya seperti memotong gaji pegawai negeri sipil dan menunda pembayaran kepada kontraktor. Dampaknya mencekik aliran uang ke ekonomi riil dan mengipasi tekanan deflasi.

Ancaman yang berasal dari krisis parah sektor properti sejak 2021 yang menghancurkan pendapatan pengembang - sumber dana utama untuk kota dan provinsi - serta telah membahayakan target pertumbuhan China pada tahun 2024 sekitar 5%.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More