Utang AS Rp565.459 Triliun, Bankir Wanti-wanti Bakal Meledak di Bawah Komando Trump
Jum'at, 15 November 2024 - 07:21 WIB
Biaya pinjaman jangka panjang telah meningkat tajam di pasar keuangan untuk mengantisipasi utang AS yang lebih tinggi dan lonjakan suku bunga untuk jangka panjang. Imbal hasil treasury 30-tahun, seperti obligasi AS diketahui sudah naik dari level terendah di bawah 4% pada bulan September menjadi lebih dari 4,5% pada hari ini.
"Lonjakan imbal hasil treasury 30-tahun yang terjadi baru-baru ini, khususnya menandakan kekhawatiran investor tentang keberlanjutan beban utang yang berkembang dan potensi inflasi karena tekanan fiskal meningkat," kata IIF.
Trump telah menunjuk bos Tesla dan SpaceX, Elon Musk untuk memimpin departemen efisiensi pemerintah baru, yang bertujuan untuk mengimbangi dampak pemotongan pajak dengan memangkas pengeluaran federal. Namun belum ada yang menguraikan secara terperinci seputar cara memangkas pengeluaran.
Musk sebelumnya mengatakan, dia bisa melakukan penghematan hingga mencapai USD2 triliun. Sementara itu para ekonom, meragukan seputar kelayakan orang terkaya di dunia itu untuk mengisi jabatan tersebut.
Paul Mortimer-Lee, seorang ekonom independen dan peneliti di Niesr, telah menunjukkan bahwa pemotongan dalam skala seperti itu akan menghapus anggaran yang setara untuk transportasi, pendidikan, perumahan, layanan sosial, sains dan lingkungan, serta meniadakan manfaat lain seperti Medicare.
Utang pemerintah AS secara tradisional dipandang sebagai tempat berlindung yang aman bagi investor global, yang sering memindahkan uang ke obligasi pada saat krisis global.Kondisi ini dan status dolar sebagai mata uang cadangan dunia, memberi pemerintah Amerika lebih banyak kapasitas daripada negara lain untuk meminjam dengan banyak.
Namun, IIF memproyeksikan bahwa rencana Trump dapat memperluas kapasitas pinjaman yang tidak biasa ini. "Imbal hasil yang lebih tinggi menunjukkan bahwa ketika investor melihat potensi pertumbuhan langsung, mereka semakin waspada terhadap tekanan inflasi dan masalah keberlanjutan fiskal yang dapat muncul di bawah kebijakan fiskal yang agresif," katanya.
"Kombinasi stimulus fiskal, kenaikan tarif, dan kebijakan imigrasi yang lebih ketat diperkirakan akan mendorong tekanan inflasi, yang dapat membatasi kemampuan Fed untuk mempertahankan sikap akomodatif," bebernya.
IIF menunjukkan bahwa pertanian, konstruksi dan perawatan kesehatan di AS "sangat bergantung pada pekerja imigran" dan tindakan keras terhadap kelompok ini di bawah Trump dapat "memberikan tekanan tambahan pada harga".
"Lonjakan imbal hasil treasury 30-tahun yang terjadi baru-baru ini, khususnya menandakan kekhawatiran investor tentang keberlanjutan beban utang yang berkembang dan potensi inflasi karena tekanan fiskal meningkat," kata IIF.
Trump telah menunjuk bos Tesla dan SpaceX, Elon Musk untuk memimpin departemen efisiensi pemerintah baru, yang bertujuan untuk mengimbangi dampak pemotongan pajak dengan memangkas pengeluaran federal. Namun belum ada yang menguraikan secara terperinci seputar cara memangkas pengeluaran.
Musk sebelumnya mengatakan, dia bisa melakukan penghematan hingga mencapai USD2 triliun. Sementara itu para ekonom, meragukan seputar kelayakan orang terkaya di dunia itu untuk mengisi jabatan tersebut.
Paul Mortimer-Lee, seorang ekonom independen dan peneliti di Niesr, telah menunjukkan bahwa pemotongan dalam skala seperti itu akan menghapus anggaran yang setara untuk transportasi, pendidikan, perumahan, layanan sosial, sains dan lingkungan, serta meniadakan manfaat lain seperti Medicare.
Utang pemerintah AS secara tradisional dipandang sebagai tempat berlindung yang aman bagi investor global, yang sering memindahkan uang ke obligasi pada saat krisis global.Kondisi ini dan status dolar sebagai mata uang cadangan dunia, memberi pemerintah Amerika lebih banyak kapasitas daripada negara lain untuk meminjam dengan banyak.
Namun, IIF memproyeksikan bahwa rencana Trump dapat memperluas kapasitas pinjaman yang tidak biasa ini. "Imbal hasil yang lebih tinggi menunjukkan bahwa ketika investor melihat potensi pertumbuhan langsung, mereka semakin waspada terhadap tekanan inflasi dan masalah keberlanjutan fiskal yang dapat muncul di bawah kebijakan fiskal yang agresif," katanya.
"Kombinasi stimulus fiskal, kenaikan tarif, dan kebijakan imigrasi yang lebih ketat diperkirakan akan mendorong tekanan inflasi, yang dapat membatasi kemampuan Fed untuk mempertahankan sikap akomodatif," bebernya.
IIF menunjukkan bahwa pertanian, konstruksi dan perawatan kesehatan di AS "sangat bergantung pada pekerja imigran" dan tindakan keras terhadap kelompok ini di bawah Trump dapat "memberikan tekanan tambahan pada harga".
tulis komentar anda