Gazprombank Kena Sanksi Terbaru AS, Turki Minta Keringanan Bayar Gas Rusia
Kamis, 28 November 2024 - 08:33 WIB
JAKARTA - Turki sedang dalam pembicaraan dengan AS (Amerika Serikat) untuk meminta keringanan agar bisa terus menggunakan Gazprombank Rusia untuk membayar impor gas alam. Pernyataan ini dilontarkan oleh Menteri Energi Turki, Alparslan Bayraktar seperti dilansir RT.
Pekan lalu, Departemen Keuangan AS memberlakukan pembatasan pada lebih dari 50 lembaga keuangan Rusia , termasuk di antaranya Gazprombank. Semuanya terkait dengan raksasa gas Rusia , dan enam anak perusahaan internasionalnya.
Sanksi tersebut secara efektif melarang bank utama Rusia untuk melakukan transaksi terkait dengan energi di sistem pesan antar bank SWIFT, yang berarti tidak dapat lagi digunakan untuk transaksi berbasis dolar.
Menurut Bayraktar, Turki tidak akan dapat membayar Moskow untuk sumber daya alam yang diimpor, kecuali ada pengecualian khusus yang dibuat untuk Turki, dimana mereka mengimpor hampir semua gasnya dari Rusia.
Dalam pernyataannya, Bayraktar berkaca pada fasilitas yang diberikan kepada Ankara ketika Washington telah memberi sanksi kepada Iran pada tahun 2012. Pada saat itu, sanksi terhadap Teheran termasuk klausul yang memungkinkan Presiden AS untuk mengeluarkan pengecualian khusus jika negara pengimpor minyak menghadapi "keadaan luar biasa" yang membuatnya tidak mungkin untuk mengurangi impor minyak Iran.
Bayraktar berpendapat bahwa Turki saat ini membutuhkan keringanan serupa untuk Gazprombank, agar bisa mengamankan pasokan gas alamnya. "Sanksi ini akan mempengaruhi Turki. Kami tidak bisa membayar. Jika kita tidak bisa membayar, kita tidak bisa membeli barang. Kementerian luar negeri sedang dalam pembicaraan," kata Bayraktar.
Sanksi AS terbaru juga telah memicu kekhawatiran di antara beberapa negara Eropa lain yang merupakan pembeli gas. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto menuduh Washington mencoba merusak keamanan energi di kawasan Eropa Tengah dengan memberlakukan pembatasan pada Gazprombank.
Dalam sebuah postingan di Facebook, diplomat itu menyatakan bahwa setiap upaya yang membahayakan pasokan energi ke Hongaria "dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan kami". Ia juga menekankan, bahwa Budapest mengecam semua serangan semacam itu dan telah bersumpah untuk "menahan tekanan dan mengejar kepentingan nasional kami."
Dia menambahka,n bahwa Hongaria saat ini sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara lain, seperti Bulgaria, Serbia, Azerbaijan dan Slovakia dengan harapan menemukan solusi untuk mengamankan pasokan energi.
Sementara itu, meskipun Uni Eropa mengumumkan rencana menghilangkan ketergantungan pada energi Rusia, Uni Eropa tetap menjadi salah satu importir utama dunia bahan bakar fosil Rusia. Sementara itu pembelian volume gas alam cair (LNG) dari Moskow oleh anggota Eropa telah mencapai rekor.
Pekan lalu, Departemen Keuangan AS memberlakukan pembatasan pada lebih dari 50 lembaga keuangan Rusia , termasuk di antaranya Gazprombank. Semuanya terkait dengan raksasa gas Rusia , dan enam anak perusahaan internasionalnya.
Sanksi tersebut secara efektif melarang bank utama Rusia untuk melakukan transaksi terkait dengan energi di sistem pesan antar bank SWIFT, yang berarti tidak dapat lagi digunakan untuk transaksi berbasis dolar.
Menurut Bayraktar, Turki tidak akan dapat membayar Moskow untuk sumber daya alam yang diimpor, kecuali ada pengecualian khusus yang dibuat untuk Turki, dimana mereka mengimpor hampir semua gasnya dari Rusia.
Dalam pernyataannya, Bayraktar berkaca pada fasilitas yang diberikan kepada Ankara ketika Washington telah memberi sanksi kepada Iran pada tahun 2012. Pada saat itu, sanksi terhadap Teheran termasuk klausul yang memungkinkan Presiden AS untuk mengeluarkan pengecualian khusus jika negara pengimpor minyak menghadapi "keadaan luar biasa" yang membuatnya tidak mungkin untuk mengurangi impor minyak Iran.
Bayraktar berpendapat bahwa Turki saat ini membutuhkan keringanan serupa untuk Gazprombank, agar bisa mengamankan pasokan gas alamnya. "Sanksi ini akan mempengaruhi Turki. Kami tidak bisa membayar. Jika kita tidak bisa membayar, kita tidak bisa membeli barang. Kementerian luar negeri sedang dalam pembicaraan," kata Bayraktar.
Sanksi AS terbaru juga telah memicu kekhawatiran di antara beberapa negara Eropa lain yang merupakan pembeli gas. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto menuduh Washington mencoba merusak keamanan energi di kawasan Eropa Tengah dengan memberlakukan pembatasan pada Gazprombank.
Dalam sebuah postingan di Facebook, diplomat itu menyatakan bahwa setiap upaya yang membahayakan pasokan energi ke Hongaria "dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan kami". Ia juga menekankan, bahwa Budapest mengecam semua serangan semacam itu dan telah bersumpah untuk "menahan tekanan dan mengejar kepentingan nasional kami."
Dia menambahka,n bahwa Hongaria saat ini sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara lain, seperti Bulgaria, Serbia, Azerbaijan dan Slovakia dengan harapan menemukan solusi untuk mengamankan pasokan energi.
Sementara itu, meskipun Uni Eropa mengumumkan rencana menghilangkan ketergantungan pada energi Rusia, Uni Eropa tetap menjadi salah satu importir utama dunia bahan bakar fosil Rusia. Sementara itu pembelian volume gas alam cair (LNG) dari Moskow oleh anggota Eropa telah mencapai rekor.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda