Jangan Lupakan Nelayan dan Petani sebagai Basis Pemulihan Ekonomi Rakyat
Selasa, 01 September 2020 - 19:41 WIB
Dalam rangkaian hari kemerdekaan juga, diterangkan olehnya PTI telah membuka kelas pelatihan pembuatan makanan untuk penyandang tuli. Beberapa sesi pelatihan telah diberikan, dan tahap selanjutnya adalah membangun restoran-restoran atau café-café khusus untuk penyandang tuli. Café-café tersebut akan segera dibuka di 3 tempat di Jakarta pada akhir tahun ini.
Dalam keterangannya usai penandatanganan Perjanjian Kerja Sama, Dede Radinal mengutarakan, tujuan utama PTI adalah untuk membangun peer to peer selling and distribution.
“Kita tidak dapat menutup mata terhadap situasi yang terjadi sekarang ini, terutama sebagai dampak dari COVID 19. Nelayan tidak dapat menjual hasil tangkapannya, petani harus menjual harga komoditasnya dengan sangat murah. Sementara, konsumen tetap sulit untuk membeli kebutuhan pangan karena harga yang masih tetap mahal," terang Dede.
Belum lagi ungkapnya, persoalan menjamurnya para rentenir dan tengkulak yang banyak menjerat petani dan nelayan kita. PTI sebagai gerakan ibu-ibu di perkotaan menyakini bisa menjadi distributor hasil pertanian dan perikanan di wilayah perkotaan terutama Jakarta.
"Sehingga, kita dapat menjaga agar harga pembelian hasil pertanian dan perikanan tetap dapat menyokong kehidupan petani dan nelayan, di sisi lain, harga kebutuhan pokok pangan di perkotaan bisa ditekan lebih murah. Inilah sebenarnya gagasannya. Kita membangun mekanisme distribusi dari petani dan nelayan langsung ke dapur ibu-ibu di perkotaan. Setidaknya, dalam situasi sulit ini, inilah yang dapat dikontribusikan Perempuan Tangguh Indonesia untuk membantu pemerintah menyelamatkan dan memulihkan perkonomian rakyat," pungkas Dede Radinal.
Dalam keterangannya usai penandatanganan Perjanjian Kerja Sama, Dede Radinal mengutarakan, tujuan utama PTI adalah untuk membangun peer to peer selling and distribution.
“Kita tidak dapat menutup mata terhadap situasi yang terjadi sekarang ini, terutama sebagai dampak dari COVID 19. Nelayan tidak dapat menjual hasil tangkapannya, petani harus menjual harga komoditasnya dengan sangat murah. Sementara, konsumen tetap sulit untuk membeli kebutuhan pangan karena harga yang masih tetap mahal," terang Dede.
Belum lagi ungkapnya, persoalan menjamurnya para rentenir dan tengkulak yang banyak menjerat petani dan nelayan kita. PTI sebagai gerakan ibu-ibu di perkotaan menyakini bisa menjadi distributor hasil pertanian dan perikanan di wilayah perkotaan terutama Jakarta.
"Sehingga, kita dapat menjaga agar harga pembelian hasil pertanian dan perikanan tetap dapat menyokong kehidupan petani dan nelayan, di sisi lain, harga kebutuhan pokok pangan di perkotaan bisa ditekan lebih murah. Inilah sebenarnya gagasannya. Kita membangun mekanisme distribusi dari petani dan nelayan langsung ke dapur ibu-ibu di perkotaan. Setidaknya, dalam situasi sulit ini, inilah yang dapat dikontribusikan Perempuan Tangguh Indonesia untuk membantu pemerintah menyelamatkan dan memulihkan perkonomian rakyat," pungkas Dede Radinal.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda