Tim Khusus Besutan Ahok Didorong Membongkar Mafia Migas, Proyek dan Investasi
Senin, 05 Oktober 2020 - 18:44 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman mengatakan, sangat mengapresiasi dan mendukung langkah Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang membentuk tim khusus di Pertamina. Ia meyakini Ahok memiliki komitmen untuk menindak keberadaan oknum-oknum yang bisa berdampak negatif terhadap bisnis perseroan dalam jangka panjang.
"Bisa jadi (tim khusus di Pertamina) untuk membongkar mafia migas , mafia proyek, dan mafia investasi," katanya di Jakarta, Senin (5/10/2020).
(Baca Juga: Gelar Tender Fasilitas Produksi Olefin, Pertamina Jamin Proses Transparan )
Yusri Usman mendorong agar tim khusus ini segera bekerja membongkar kejanggalan dalam proses tender proyek-proyek Pertamina. Misalnya, dugaan kejanggalan proses tender proyek pembangunan komplek olefin dan polyolefin di Tuban yang telah menguntungkan salah satu konsorsium dan merugikan konsorsium lain.
"Tim khusus ini harus bisa membongkar dugaan adanya oknum-oknum tim tender sekaligus dalang yang mengarahkan mereka," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, proyek TPPI Olefin Complex menjadi sorotan setelah lolosnya Hyundai Engineering dalam proses tender. Yusri Usman mencatat ada empat kejanggalan dalam proses tender proyek senilai Rp50 triliun ini.
Keempat kejanggalan tersebut yakni Hyundai Engineering tidak pernah menggarap proyek (EPC, anggota konsorsium Hyundai yaitu Saipem SpA tidak memiliki pengalaman proyek untuk pekerjaan FEED olefin cracker, Pertamina mengubah isi prakualifikasi (PQ) dan mengizinkan penambahan anggota konsorsium setelah pengumuman kelulusan, dan technical evaluation criteria tidak diberikan kepada bidders.
(Baca Juga: Pengamat Kebijakan Publik: Tender TPPI Berjalan Transparan dan Bersih )
Yusri menegaskan, bahwa salah memilih konsorsium kontraktor akan berakibat negatif pada biaya investasi membengkak, kualitas produk tidak maksimal, dan volume produksi tak maksimal.
"Kalau pembangunan kilang olefin di TPPI Tuban salah memilih konsorsium kontraktor EPC-nya maka bisa terjadi BPP (biaya pokok produksi) tinggi untuk semua jenis petrokimia. Kalau sudah tinggi BPP-nya maka hasil produk kilang itu akan kalah bersaing dengan produk kilang swasta seperti Chandra Asri dan kilang olefin lain di luar negeri," tuturnya.
"Bisa jadi (tim khusus di Pertamina) untuk membongkar mafia migas , mafia proyek, dan mafia investasi," katanya di Jakarta, Senin (5/10/2020).
(Baca Juga: Gelar Tender Fasilitas Produksi Olefin, Pertamina Jamin Proses Transparan )
Yusri Usman mendorong agar tim khusus ini segera bekerja membongkar kejanggalan dalam proses tender proyek-proyek Pertamina. Misalnya, dugaan kejanggalan proses tender proyek pembangunan komplek olefin dan polyolefin di Tuban yang telah menguntungkan salah satu konsorsium dan merugikan konsorsium lain.
"Tim khusus ini harus bisa membongkar dugaan adanya oknum-oknum tim tender sekaligus dalang yang mengarahkan mereka," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, proyek TPPI Olefin Complex menjadi sorotan setelah lolosnya Hyundai Engineering dalam proses tender. Yusri Usman mencatat ada empat kejanggalan dalam proses tender proyek senilai Rp50 triliun ini.
Keempat kejanggalan tersebut yakni Hyundai Engineering tidak pernah menggarap proyek (EPC, anggota konsorsium Hyundai yaitu Saipem SpA tidak memiliki pengalaman proyek untuk pekerjaan FEED olefin cracker, Pertamina mengubah isi prakualifikasi (PQ) dan mengizinkan penambahan anggota konsorsium setelah pengumuman kelulusan, dan technical evaluation criteria tidak diberikan kepada bidders.
(Baca Juga: Pengamat Kebijakan Publik: Tender TPPI Berjalan Transparan dan Bersih )
Yusri menegaskan, bahwa salah memilih konsorsium kontraktor akan berakibat negatif pada biaya investasi membengkak, kualitas produk tidak maksimal, dan volume produksi tak maksimal.
"Kalau pembangunan kilang olefin di TPPI Tuban salah memilih konsorsium kontraktor EPC-nya maka bisa terjadi BPP (biaya pokok produksi) tinggi untuk semua jenis petrokimia. Kalau sudah tinggi BPP-nya maka hasil produk kilang itu akan kalah bersaing dengan produk kilang swasta seperti Chandra Asri dan kilang olefin lain di luar negeri," tuturnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda