Pekerja WFH Diprediksi Naik 2 Kali Lipat Secara Global di 2021, Kok?
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 09:21 WIB
NEW YORK - Persentase pekerja di seluruh dunia yang bekerja secara permanen dari rumah ( work from home/WFH ) diperkirakan meningkat dua kali lipat pada tahun 2021. Peningkatan itu, menurut survei dari Enterprise Technology Research (ETR) yang berbasis di AS, dipicu produktivitas yang meningkat selama pandemi virus Corona.
ETR pada bulan September mensurvei sekitar 1.200 Chief Information Officers (CIO) dari seluruh dunia di berbagai industri. Para CIO itu juga mengungkapkan peningkatan optimisme tentang prospek bisnis pada 2021, karena mereka melihat peningkatan anggaran teknologi sebesar 2,1%, dibandingkan dengan penurunan 4,1% tahun ini karena lockdown.
(Baca Juga: Pandemi Tak Juga Berhenti, WFH Jadi Pilihan untuk Bekerja)
Survei tersebut mengatakan para pembuat keputusan teknologi informasi memperkirakan pekerjaan jarak jauh permanen menjadi dua kali lipat menjadi 34,4% dari tenaga kerja perusahaan mereka pada tahun 2021, dibandingkan dengan 16,4% sebelum wabah virus Corona, hasil dari tren produktivitas yang positif.
Para CIO itu menyebutkan, sekitar 72% dari total tenaga kerja global perusahaan mereka saat ini bekerja dari jarak jauh. Dari lebih dari 1.000 CIO yang diwawancarai survei tersebut, 48,6% melaporkan bahwa produktivitas telah meningkat sejak pekerja mulai bekerja dari jarak jauh, dengan hanya 28,7% responden yang menunjukkan penurunan produktivitas.
Divisi TI di sektor telekomunikasi, keuangan, dan asuransi melaporkan peningkatan produktivitas yang besar, sedangkan di sektor energi, utilitas, dan pendidikan belum banyak mendapatkan keuntungan.
"Metrik produktivitas membuktikan bahwa pekerjaan jarak jauh berhasil," Kepala Strategi Keterlibatan di ETR Erik Bradley, yang dikutip Reuters, Jumat (23/10/2020).
(Baca Juga: Walau Pandemik Berakhir, Microsoft Izinkan Karyawannya WFH Permanen)
"Jadi kami semua mengira akan ada peningkatan dalam pekerjaan jarak jauh permanen, tetapi kami tidak berharap itu meningkat dua kali lipat dari tingkat pra-pandemi. Akan ada konsekuensi besar dari hal ini di banyak bidang, baik itu real estat, ritel, restoran, atau transportasi," paparnya.
Survei juga menunjukkan bahwa lebih banyak CIO yang optimis tentang prospek tahun depan. Mereka optimis bahwa anggaran TI akan meningkat, berkurangnya pembekuan perekrutan, dan dapat mulai mengerjakan proyek TI lagi.
ETR pada bulan September mensurvei sekitar 1.200 Chief Information Officers (CIO) dari seluruh dunia di berbagai industri. Para CIO itu juga mengungkapkan peningkatan optimisme tentang prospek bisnis pada 2021, karena mereka melihat peningkatan anggaran teknologi sebesar 2,1%, dibandingkan dengan penurunan 4,1% tahun ini karena lockdown.
(Baca Juga: Pandemi Tak Juga Berhenti, WFH Jadi Pilihan untuk Bekerja)
Survei tersebut mengatakan para pembuat keputusan teknologi informasi memperkirakan pekerjaan jarak jauh permanen menjadi dua kali lipat menjadi 34,4% dari tenaga kerja perusahaan mereka pada tahun 2021, dibandingkan dengan 16,4% sebelum wabah virus Corona, hasil dari tren produktivitas yang positif.
Para CIO itu menyebutkan, sekitar 72% dari total tenaga kerja global perusahaan mereka saat ini bekerja dari jarak jauh. Dari lebih dari 1.000 CIO yang diwawancarai survei tersebut, 48,6% melaporkan bahwa produktivitas telah meningkat sejak pekerja mulai bekerja dari jarak jauh, dengan hanya 28,7% responden yang menunjukkan penurunan produktivitas.
Divisi TI di sektor telekomunikasi, keuangan, dan asuransi melaporkan peningkatan produktivitas yang besar, sedangkan di sektor energi, utilitas, dan pendidikan belum banyak mendapatkan keuntungan.
"Metrik produktivitas membuktikan bahwa pekerjaan jarak jauh berhasil," Kepala Strategi Keterlibatan di ETR Erik Bradley, yang dikutip Reuters, Jumat (23/10/2020).
(Baca Juga: Walau Pandemik Berakhir, Microsoft Izinkan Karyawannya WFH Permanen)
"Jadi kami semua mengira akan ada peningkatan dalam pekerjaan jarak jauh permanen, tetapi kami tidak berharap itu meningkat dua kali lipat dari tingkat pra-pandemi. Akan ada konsekuensi besar dari hal ini di banyak bidang, baik itu real estat, ritel, restoran, atau transportasi," paparnya.
Survei juga menunjukkan bahwa lebih banyak CIO yang optimis tentang prospek tahun depan. Mereka optimis bahwa anggaran TI akan meningkat, berkurangnya pembekuan perekrutan, dan dapat mulai mengerjakan proyek TI lagi.
(fai)
tulis komentar anda