Pola Kemitraan PTPN V Tingkatkan Produktivitas Sawit Riau
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 09:35 WIB
JAKARTA - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) mendukung pola kemitraan dengan sistem manajemen tunggal yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V terhadap para petani plasma di Riau.
Ketua Umum Aspekpir Setiyono mengatakan kemitraan petani plasma bersama PTPN V mampu mendukung tingkat produktivitas tandan buah segar (TBS) petani plasma hingga di atas rata-rata produktivitas nasional. (Baca: 4 Golongan Manusia yang Tertipu dengan Ilmu)
“Saat ini rata-rata produksi TBS di kebun sawit petani plasma mitra PTPN V telah mencapai 23 ton–24 ton TBS per hektare per tahun. Jumlah tersebut jauh di atas standar Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebesar 19 ton TBS per hektare per tahun,” kata dia dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Menurut Setiyono, kunci keberhasilan PTPN V dalam meningkatkan produksi TBS di kebun sawit petani plasma terutama adalah adanya transparansi dan komitmen perusahaan dalam mengelola kebun sawit serta manfaat nyata yang diterima petani plasma.
“Kemitraan antara petani dengan perusahaan dibangun dengan pola transparansi di semua hal. Mulai dalam hal penyusunan anggaran pembangunan kebun hingga transparansi biaya yang ditawarkan ke petani. Bahkan biaya pengelolaan kebun sawit PTPN V berada di bawah standar pemerintah. Hal itulah yang membuat petani mempercayakan proses peremajaan, perawatan, dan pengelolaan kebun sawit ke PTPN V,” kata Setiyono.
Seperti diketahui, dalam bermitra dengan petani plasma, PTPN V menerapkan pola manajemen tunggal. Kendati demikian, dalam pengelolaan kebun sawit, terutama pada proses peremajaan sawit, mulai penebangan sawit renta, pembersihan lahan, penanaman bibit sawit unggul besertifikat, pemeliharaan hingga panen, PTPN V tetap melibatkan para petani. (Baca juga: Sepakat Tingkatkan Kerja Sama, RI-AS Kian Mesra)
Secara garis besar, sistem tersebut melibatkan petani sejak awal, mulai dari pembersihan lahan, penanaman, perawatan, panen hingga pengolahan. Dengan begitu petani menjadi lebih mandiri secara pendapatan dan memperoleh tambahan keahlian.
CEO PTPN V Jatmiko K Santosa mengatakan, manfaat nyata yang dinikmati petani plasma mitra perusahaan membuat optimistis sistem kemitraan dengan manajemen tunggal dapat dilakukan dengan petani plasma lainnya di Riau.
“Melalui sistem manajemen tunggal, kami yang menanam, kami yang mengelola, dan kami yang mengolah hasilnya. Petani juga kita berdayakan selama peremajaan sawit berlangsung. Kemudian untuk setiap hasil transaksi sawit yang tercatat di rekening, petani juga mengetahuinya,” papar Jatmiko.
PTPN V berkomitmen terus mengakselerasi Peremajaan Sawit Rakyat agar dapat mencapai target perusahaan seluas 18.000 hektare hingga 2023 mendatang. Khusus tahun ini PTPN V menargetkan program PSR di lahan seluas 5.400 hektare di Riau. Program peremajaan sawit milik para petani mulai gencar digulirkan PTPN V sejak 2019 lalu. Hingga kini tak kurang 33 KUD telah bergabung bersama PTPN V dengan total lahan perkebunan sawit yang diremajakan mencapai 11.531 hektare. (Lihat videonya: Buaya Raksasa Tertangkap Warga di Bangka Belitung)
“Kami berikan jaminan produktivitas sawit petani plasma mitra PTPN V bisa di atas rata-rata produksi nasional. Kami terus berusaha agar petani dapat swadaya secara ekonomi dan setara dengan mitra. Bahkan petani bisa menjadi mitra teknis bagi kelompok petani lainnya,” tutur Jatmiko.
Selain meningkatkan kesejahteraan para petani, peremajaan pohon sawit merupakan langkah PTPN V untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan baku TBS. Hal itu ditujukan untuk memenuhi kapasitas olah Pabrik Kelapa Sawit PTPN V sebesar 570 ton TBS per jam. Dengan demikian hal itu menjadi dukungan perusahaan terhadap program PEN yang dicanangkan pemerintah. (Hatim Varabi)
Ketua Umum Aspekpir Setiyono mengatakan kemitraan petani plasma bersama PTPN V mampu mendukung tingkat produktivitas tandan buah segar (TBS) petani plasma hingga di atas rata-rata produktivitas nasional. (Baca: 4 Golongan Manusia yang Tertipu dengan Ilmu)
“Saat ini rata-rata produksi TBS di kebun sawit petani plasma mitra PTPN V telah mencapai 23 ton–24 ton TBS per hektare per tahun. Jumlah tersebut jauh di atas standar Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebesar 19 ton TBS per hektare per tahun,” kata dia dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Menurut Setiyono, kunci keberhasilan PTPN V dalam meningkatkan produksi TBS di kebun sawit petani plasma terutama adalah adanya transparansi dan komitmen perusahaan dalam mengelola kebun sawit serta manfaat nyata yang diterima petani plasma.
“Kemitraan antara petani dengan perusahaan dibangun dengan pola transparansi di semua hal. Mulai dalam hal penyusunan anggaran pembangunan kebun hingga transparansi biaya yang ditawarkan ke petani. Bahkan biaya pengelolaan kebun sawit PTPN V berada di bawah standar pemerintah. Hal itulah yang membuat petani mempercayakan proses peremajaan, perawatan, dan pengelolaan kebun sawit ke PTPN V,” kata Setiyono.
Seperti diketahui, dalam bermitra dengan petani plasma, PTPN V menerapkan pola manajemen tunggal. Kendati demikian, dalam pengelolaan kebun sawit, terutama pada proses peremajaan sawit, mulai penebangan sawit renta, pembersihan lahan, penanaman bibit sawit unggul besertifikat, pemeliharaan hingga panen, PTPN V tetap melibatkan para petani. (Baca juga: Sepakat Tingkatkan Kerja Sama, RI-AS Kian Mesra)
Secara garis besar, sistem tersebut melibatkan petani sejak awal, mulai dari pembersihan lahan, penanaman, perawatan, panen hingga pengolahan. Dengan begitu petani menjadi lebih mandiri secara pendapatan dan memperoleh tambahan keahlian.
CEO PTPN V Jatmiko K Santosa mengatakan, manfaat nyata yang dinikmati petani plasma mitra perusahaan membuat optimistis sistem kemitraan dengan manajemen tunggal dapat dilakukan dengan petani plasma lainnya di Riau.
“Melalui sistem manajemen tunggal, kami yang menanam, kami yang mengelola, dan kami yang mengolah hasilnya. Petani juga kita berdayakan selama peremajaan sawit berlangsung. Kemudian untuk setiap hasil transaksi sawit yang tercatat di rekening, petani juga mengetahuinya,” papar Jatmiko.
PTPN V berkomitmen terus mengakselerasi Peremajaan Sawit Rakyat agar dapat mencapai target perusahaan seluas 18.000 hektare hingga 2023 mendatang. Khusus tahun ini PTPN V menargetkan program PSR di lahan seluas 5.400 hektare di Riau. Program peremajaan sawit milik para petani mulai gencar digulirkan PTPN V sejak 2019 lalu. Hingga kini tak kurang 33 KUD telah bergabung bersama PTPN V dengan total lahan perkebunan sawit yang diremajakan mencapai 11.531 hektare. (Lihat videonya: Buaya Raksasa Tertangkap Warga di Bangka Belitung)
“Kami berikan jaminan produktivitas sawit petani plasma mitra PTPN V bisa di atas rata-rata produksi nasional. Kami terus berusaha agar petani dapat swadaya secara ekonomi dan setara dengan mitra. Bahkan petani bisa menjadi mitra teknis bagi kelompok petani lainnya,” tutur Jatmiko.
Selain meningkatkan kesejahteraan para petani, peremajaan pohon sawit merupakan langkah PTPN V untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan baku TBS. Hal itu ditujukan untuk memenuhi kapasitas olah Pabrik Kelapa Sawit PTPN V sebesar 570 ton TBS per jam. Dengan demikian hal itu menjadi dukungan perusahaan terhadap program PEN yang dicanangkan pemerintah. (Hatim Varabi)
(ysw)
tulis komentar anda