Ajang Balas Dendam Belanja?
Rabu, 11 November 2020 - 05:55 WIB
BEIJING - Singles’Day atau hari belanja nasional China diperkirakan akan memecahkan rekor. Ambisi ini bukan tidak mungkin tercapai, apalagi saat ini China sudah pulih dari pandemi.
Di sisi lain target tersebut sangat berpeluang terwujud karena menjadi ajang balas dendam masyarakat Negeri Tirai Bambu tersebut untuk menghamburkan duitnya setelah sekian lama tidak bisa leluasa belanja akibat pandemi korona (Covid-19). (Baca: Subhahanallah! Shalat Tepat Waktu Berpengaruh Pada Kesuksesan)
Tahun lalu Singles’Day mampu menghasilkan transaksi USD38,4 miliar (Rp540 triliun) untuk platform e-commerce Alibaba saja seperti Tmall dan Taobao. Selain Alibaba Group, festival belanja online terbesar di dunia ini juga menjadi ajang pesta JD.com dan Pinduoduo.
Untuk menggapai target rekor baru, para pelaku industri online dan industri pendukung lainnya melakukan persiapan yang tidak main-main. Apa saja? Mereka telah mempersiapkan 3 juta pekerja, dibantu dengan 400 pesawat dan kapal yang siap melayani pesta penjualan terbesar di dunia ini.
Persiapan luar biasa memang harus dilakukan secara masif dan serius karena Singles’Day merupakan festival belanja online 24 jam terbesar di dunia di mana 1,9 miliar produk dipesan dan diantarkan ke pelanggan.
Singles’Day kali ini diperkirakan memecahkan rekor baru karena pandemi korona. Produk robot pembersih, vakum, dan peralatan rumah tangga diperkirakan akan sangat populer. Produk mewah juga diminati karena jutaan rakyat China belum bisa pergi ke luar negeri sehingga belanja online masih menjadi solusi terbaik.
Pandemi corona, menurut para pakar, justru mendorong Singles’Day menjadi aksi balas dendam untuk belanja. “Kita mengantisipasi pembatasan penerbangan internasional akan menyebabkan pergeseran penuh makna dalam belanja produk mewah secara online,” kata Michael Norris, konsultan e-commerce Angency China, di Shanghai seperti dilansir BBC.
Para pakar juga menyatakan Singles’Day akan menjadi barometer konsumsi di China di mana akan menjadi awal kemajuan ekonomi Negeri Panda itu setelah beberapa bulan isolasi wilayah. Survei perusahaan Oliver Wyman menemukan 86% konsumen China diperkirakan akan berbalnja pada Singles’Day. (Baca juga: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
“Dalam enam bulan terakhir, banyak keluarga kaya yang menahan berbelanja,” kata Sean Shen, pakar konsumen dan strategi China. “Kita juga memprediksi produk mewah akan meningkat karena pembatasan perjalanan,” imbuhnya.
Di sisi lain target tersebut sangat berpeluang terwujud karena menjadi ajang balas dendam masyarakat Negeri Tirai Bambu tersebut untuk menghamburkan duitnya setelah sekian lama tidak bisa leluasa belanja akibat pandemi korona (Covid-19). (Baca: Subhahanallah! Shalat Tepat Waktu Berpengaruh Pada Kesuksesan)
Tahun lalu Singles’Day mampu menghasilkan transaksi USD38,4 miliar (Rp540 triliun) untuk platform e-commerce Alibaba saja seperti Tmall dan Taobao. Selain Alibaba Group, festival belanja online terbesar di dunia ini juga menjadi ajang pesta JD.com dan Pinduoduo.
Untuk menggapai target rekor baru, para pelaku industri online dan industri pendukung lainnya melakukan persiapan yang tidak main-main. Apa saja? Mereka telah mempersiapkan 3 juta pekerja, dibantu dengan 400 pesawat dan kapal yang siap melayani pesta penjualan terbesar di dunia ini.
Persiapan luar biasa memang harus dilakukan secara masif dan serius karena Singles’Day merupakan festival belanja online 24 jam terbesar di dunia di mana 1,9 miliar produk dipesan dan diantarkan ke pelanggan.
Singles’Day kali ini diperkirakan memecahkan rekor baru karena pandemi korona. Produk robot pembersih, vakum, dan peralatan rumah tangga diperkirakan akan sangat populer. Produk mewah juga diminati karena jutaan rakyat China belum bisa pergi ke luar negeri sehingga belanja online masih menjadi solusi terbaik.
Pandemi corona, menurut para pakar, justru mendorong Singles’Day menjadi aksi balas dendam untuk belanja. “Kita mengantisipasi pembatasan penerbangan internasional akan menyebabkan pergeseran penuh makna dalam belanja produk mewah secara online,” kata Michael Norris, konsultan e-commerce Angency China, di Shanghai seperti dilansir BBC.
Para pakar juga menyatakan Singles’Day akan menjadi barometer konsumsi di China di mana akan menjadi awal kemajuan ekonomi Negeri Panda itu setelah beberapa bulan isolasi wilayah. Survei perusahaan Oliver Wyman menemukan 86% konsumen China diperkirakan akan berbalnja pada Singles’Day. (Baca juga: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
“Dalam enam bulan terakhir, banyak keluarga kaya yang menahan berbelanja,” kata Sean Shen, pakar konsumen dan strategi China. “Kita juga memprediksi produk mewah akan meningkat karena pembatasan perjalanan,” imbuhnya.
tulis komentar anda