Pacu Inovasi, Phapros Optimistis Capai Pertumbuhan Positif di 2020
Rabu, 11 November 2020 - 20:57 WIB
JAKARTA - Perusahaan farmasi, PT Phapros Tbk (PEHA) optimistis mampu tumbuh positif di tahun ini. Perseroan akan terus berinovasi dengan mengoptimalkan produk eksisting maupun produk baru yang dibutuhkan untuk penanganan Covid-19.
"Ada upaya inovasi yang kami lakukan agar kinerja tetap naik. Mulai dari inovasi proses kami lakukan sehingga harapan kami hingga akhir tahun bisa tetap ada pertumbuhan," ujar Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko saat berkunjung ke MNC Portal di Gedung iNews Tower, Rabu (11/11/2020).
(Baca juga: Mampukah UU Ciptaker Dorong Inovasi Farmasi? )
Hadi mengakui penjualan salah satu produk, yaitu Antimo cukup tertekan karena berkaitan dengan traveling dan pariwisata. Di sisi lain, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit semakin kecil karena pasien takut ke rumah sakit. Hal ini membuat konsumsi obat semakin menurun. "Saat ini bagaimana kami bisa berinovasi secara cepat," ungkapnya.
Hadi menuturkan, beberapa produk baru yang telah diluncurkan memang diarahkan untuk penanganan Covid-19 seperti vitamin C injeksi, vitamin C dosis tinggi 500 mg. Tingginya permintaan vitamin C sempat membuat impor bahan baku farmasi melonjak.
"Dampak dari covid ini sempat membuat sulit mendapatkan bahan baku. Secara bahan baku farmasi lebih dari 90% masih impor. Untuk itu kemandirian bahan baku mulai dibangun pemerintah," jelasnya.
(
)
Direktur Keuangan Phapros Heru Marsono mengatakan, pada semester kedua tahun ini penjualan mulai terlihat membaik seiring dengan pelonggaran PSBB. Masyarakat perlahan mulai berani untuk bepergian untuk jalan-jalan. "Semester kedua ini terlihat sudah cukup baik dengan orang-orang mulai liburan," tuturnya.
"Ada upaya inovasi yang kami lakukan agar kinerja tetap naik. Mulai dari inovasi proses kami lakukan sehingga harapan kami hingga akhir tahun bisa tetap ada pertumbuhan," ujar Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko saat berkunjung ke MNC Portal di Gedung iNews Tower, Rabu (11/11/2020).
(Baca juga: Mampukah UU Ciptaker Dorong Inovasi Farmasi? )
Hadi mengakui penjualan salah satu produk, yaitu Antimo cukup tertekan karena berkaitan dengan traveling dan pariwisata. Di sisi lain, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit semakin kecil karena pasien takut ke rumah sakit. Hal ini membuat konsumsi obat semakin menurun. "Saat ini bagaimana kami bisa berinovasi secara cepat," ungkapnya.
Hadi menuturkan, beberapa produk baru yang telah diluncurkan memang diarahkan untuk penanganan Covid-19 seperti vitamin C injeksi, vitamin C dosis tinggi 500 mg. Tingginya permintaan vitamin C sempat membuat impor bahan baku farmasi melonjak.
"Dampak dari covid ini sempat membuat sulit mendapatkan bahan baku. Secara bahan baku farmasi lebih dari 90% masih impor. Untuk itu kemandirian bahan baku mulai dibangun pemerintah," jelasnya.
(
Baca Juga
Direktur Keuangan Phapros Heru Marsono mengatakan, pada semester kedua tahun ini penjualan mulai terlihat membaik seiring dengan pelonggaran PSBB. Masyarakat perlahan mulai berani untuk bepergian untuk jalan-jalan. "Semester kedua ini terlihat sudah cukup baik dengan orang-orang mulai liburan," tuturnya.
(ind)
tulis komentar anda