Transformasi Digital Jadi Kunci
Jum'at, 13 November 2020 - 06:09 WIB
Layanan digital perbankan maupun non-perbankan harus memastikan bahwa mereka tidak hanya meningkatkan inklusi keuangan penduduk di Indonesia, tetapi juga di saat bersamaan meningkatkan literasi keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berperan mengawasi tata kelola, data, keamanan, inovasi produk dan bersama Kementerian Keuangan juga memastikan inovasi keuangan serta layanan digital berjalan sesuai dengan regulasi.
“ Ekonomi digital berkembang sangat cepat dalam delapan bulan terakhir dan akan menjadi masa depan kita. Di Kementerian Keuangan sendiri kami telah beralih ke digital untuk berbagai aktivitas kami mulai dari administrasi, rapat, tanda tangan semua dilakukan secara digital,” urainya. (Baca juga: Manfaat Produk Herbal untuk Ibu Hamil dan Menyusui)
Tak hanya itu, nanti setelah vaksin ditemukan dan masyarakat kembali merasa nyaman beraktivitas ekonomi, dirinya percaya model digital akan tetap menjadi bagian dari kehidupan baru.
9,5% dari PDB
Ekonomi digital makin mudah dijumpai pada sistem pembayaran, pinjaman, e-commerce, ride hailing hingga online travel. Besaran ekonomi digital diprediksi mencapai 9,5% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2025. "Ini jumlah yang cukup besar tentunya. Tingkat penetrasi internet di Indonesia pun meningkat terus. Maka porsi ekonomi digital terhadap PDB diprediksi bisa meningkat," kata peneliti Indef Nailul Huda.
Di saat kondisi pandemi seperti sekarang, berkembang pemikiran mengenai low-touch economy atau sistem ekonomi yang minim interaksi antarpelaku ekonomi. Artinya orang-orang akan semakin beralih ke low-touch economy. Menurut Huda, ekonomi digital bisa masuk menggantikan kegiatan ekonomi yang sarat interaksi secara langsung mulai dari e-commerce, pinjaman, layanan makanan hingga pembayaran.
Saat ini sistem pembayaran nontunai terlihat meningkat pesat di kala pendemi, terlebih dalam penggunaan uang digital. Masyarakat perlahan mulai beralih dari uang tunai ke dompet digital. Menurut dia, ke depan potensi sektor ini akan sangat besar lantaran diakselerasi pandemi korona. "Saya rasa potensi ekonominya bisa menyamai potensi e-commerce," ujar dia. (Baca juga: Bakal Ubah Peta Politik Indonesia, Habib Rizieq Buat Oposisi Semakin Kuat)
Di sisi lain saat ini perbankan juga terus memfokuskan pada transformasi digital yang tengah berjalan. Hal tersebut terlihat dari peningkatan dan penyempurnaan layanan digital banking.
Meskipun masih tahap awal proses transformasi, digital banking telah mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam akuisisi nasabah dan jumlah serta volume transaksi. Misalnya transaksi finansial yang dilakukan melalui aplikasi Maybank2U (M2U) milik PT Maybank Indonesia yang meningkat 132% menjadi 7,8 juta transaksi selama kuartal pertama hingga kuartal ketiga 2020.
Tercatat ada lebih dari 60.000 rekening tabungan/simpanan dibuka dan lebih dari 76.000 rekening didaftar melalui M2U.
“ Ekonomi digital berkembang sangat cepat dalam delapan bulan terakhir dan akan menjadi masa depan kita. Di Kementerian Keuangan sendiri kami telah beralih ke digital untuk berbagai aktivitas kami mulai dari administrasi, rapat, tanda tangan semua dilakukan secara digital,” urainya. (Baca juga: Manfaat Produk Herbal untuk Ibu Hamil dan Menyusui)
Tak hanya itu, nanti setelah vaksin ditemukan dan masyarakat kembali merasa nyaman beraktivitas ekonomi, dirinya percaya model digital akan tetap menjadi bagian dari kehidupan baru.
9,5% dari PDB
Ekonomi digital makin mudah dijumpai pada sistem pembayaran, pinjaman, e-commerce, ride hailing hingga online travel. Besaran ekonomi digital diprediksi mencapai 9,5% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2025. "Ini jumlah yang cukup besar tentunya. Tingkat penetrasi internet di Indonesia pun meningkat terus. Maka porsi ekonomi digital terhadap PDB diprediksi bisa meningkat," kata peneliti Indef Nailul Huda.
Di saat kondisi pandemi seperti sekarang, berkembang pemikiran mengenai low-touch economy atau sistem ekonomi yang minim interaksi antarpelaku ekonomi. Artinya orang-orang akan semakin beralih ke low-touch economy. Menurut Huda, ekonomi digital bisa masuk menggantikan kegiatan ekonomi yang sarat interaksi secara langsung mulai dari e-commerce, pinjaman, layanan makanan hingga pembayaran.
Saat ini sistem pembayaran nontunai terlihat meningkat pesat di kala pendemi, terlebih dalam penggunaan uang digital. Masyarakat perlahan mulai beralih dari uang tunai ke dompet digital. Menurut dia, ke depan potensi sektor ini akan sangat besar lantaran diakselerasi pandemi korona. "Saya rasa potensi ekonominya bisa menyamai potensi e-commerce," ujar dia. (Baca juga: Bakal Ubah Peta Politik Indonesia, Habib Rizieq Buat Oposisi Semakin Kuat)
Di sisi lain saat ini perbankan juga terus memfokuskan pada transformasi digital yang tengah berjalan. Hal tersebut terlihat dari peningkatan dan penyempurnaan layanan digital banking.
Meskipun masih tahap awal proses transformasi, digital banking telah mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam akuisisi nasabah dan jumlah serta volume transaksi. Misalnya transaksi finansial yang dilakukan melalui aplikasi Maybank2U (M2U) milik PT Maybank Indonesia yang meningkat 132% menjadi 7,8 juta transaksi selama kuartal pertama hingga kuartal ketiga 2020.
Tercatat ada lebih dari 60.000 rekening tabungan/simpanan dibuka dan lebih dari 76.000 rekening didaftar melalui M2U.
Lihat Juga :
tulis komentar anda