Transformasi Digital Jadi Kunci
Jum'at, 13 November 2020 - 06:09 WIB
President Director of Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan M2U tidak hanya memberikan proses pembukaan rekening yang mudah, tetapi juga cepat serta menawarkan fitur gaya hidup yang bebas repot dan nyaman digunakan seperti QR Pay, KYC digital untuk pembukaan rekening baru, saluran donasi, dan fitur menarik lain.
"Kami akan terus mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap portofolio kami dari gangguan pandemi. Pada saat yang sama kami meraih peluang bisnis melalui layanan digital banking yang kini mulai menunjukkan hasil yang positif," kata Taswin. (Baca juga: Pandemi Bikin Para Pembeli Properti Turun Kasta)
Perlu Dibenahi
E-commerce diketahui memberikan keuntungan, mulai dari keberagaman pilihan barang hingga harga. Sesuai dengan data Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), sebanyak 1,3 miliar orang atau seperempat dari total penduduk bumi berusia di atas 15 tahun berbelanja secara online. “Pembeli online 2019 naik sekitar 12% bila dibandingkan pada 2016,” ungkap UNCTAD.
“Tapi jumlah pengguna internet yang berbelanja secara online jauh lebih rendah di negara dengan pendapatan kecil. Hal itu menunjukkan pentingnya mematangkan persiapan, bukan hanya konektivitas internet, tetapi juga sektor lain,” lanjutnya.
Sesuai Index E-Commerce B2C 2019, Indonesia berada di posisi ke-84 dari 154 negara. “Negara dengan nilai rendah ialah negara yang belum siap memetik keuntungan dari e-commerce. Negara Asia Tenggara juga perlu meningkatkan penetrasi internet yang masih berada di bawah rata-rata global,” ungkap UNCTAD. (Lihat videonya: Angin Puting Beliung Rusak Sejumlah Rumah)
Sejauh ini, menurut Laporan Ekonomi Digital 2019 versi PBB, keuntungan dari peluang ekonomi digital hanya dikuasai Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara menguasai 75% paten teknologi, 50% investasi global, 75% pasar cloud computing, dan 90% kapitalisasi pasar di 70 perusahaan digital terbesar di dunia.
Meski dampak dari era digitalisasi sudah terasa, PBB menyebut semuanya masih berada pada tahap awal sehingga belum terlambat. Pertumbuhan ekonomi digital juga sangat signifikan. Begitu pun dengan kemajuan analisis data digital, kecerdasan buatan, percetakan 3D, IoT, otomatisasi, robotik, dan cloud computing. (Kunthi Fahmar Sandy/Muh Shamil)
"Kami akan terus mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap portofolio kami dari gangguan pandemi. Pada saat yang sama kami meraih peluang bisnis melalui layanan digital banking yang kini mulai menunjukkan hasil yang positif," kata Taswin. (Baca juga: Pandemi Bikin Para Pembeli Properti Turun Kasta)
Perlu Dibenahi
E-commerce diketahui memberikan keuntungan, mulai dari keberagaman pilihan barang hingga harga. Sesuai dengan data Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), sebanyak 1,3 miliar orang atau seperempat dari total penduduk bumi berusia di atas 15 tahun berbelanja secara online. “Pembeli online 2019 naik sekitar 12% bila dibandingkan pada 2016,” ungkap UNCTAD.
“Tapi jumlah pengguna internet yang berbelanja secara online jauh lebih rendah di negara dengan pendapatan kecil. Hal itu menunjukkan pentingnya mematangkan persiapan, bukan hanya konektivitas internet, tetapi juga sektor lain,” lanjutnya.
Sesuai Index E-Commerce B2C 2019, Indonesia berada di posisi ke-84 dari 154 negara. “Negara dengan nilai rendah ialah negara yang belum siap memetik keuntungan dari e-commerce. Negara Asia Tenggara juga perlu meningkatkan penetrasi internet yang masih berada di bawah rata-rata global,” ungkap UNCTAD. (Lihat videonya: Angin Puting Beliung Rusak Sejumlah Rumah)
Sejauh ini, menurut Laporan Ekonomi Digital 2019 versi PBB, keuntungan dari peluang ekonomi digital hanya dikuasai Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara menguasai 75% paten teknologi, 50% investasi global, 75% pasar cloud computing, dan 90% kapitalisasi pasar di 70 perusahaan digital terbesar di dunia.
Meski dampak dari era digitalisasi sudah terasa, PBB menyebut semuanya masih berada pada tahap awal sehingga belum terlambat. Pertumbuhan ekonomi digital juga sangat signifikan. Begitu pun dengan kemajuan analisis data digital, kecerdasan buatan, percetakan 3D, IoT, otomatisasi, robotik, dan cloud computing. (Kunthi Fahmar Sandy/Muh Shamil)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda