Transformasi Digital Jadi Kunci

Jum'at, 13 November 2020 - 06:09 WIB
loading...
Transformasi Digital Jadi Kunci
Pandemi korona (Covid-19) membuat banyak kontraksi, khususnya di lini ekonomi. Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Pandemi corona (Covid-19) membuat banyak kontraksi, khususnya di lini ekonomi . Perubahan situasi baru ini menuntut pola adaptasi tepat agar bisa terus bertahan atau bahkan menguasai pasar. Di antara strateginya adalah dengan cermat melakukan transformasi digital.



Ekonomi digital kini sudah berubah menjadi arus utama di Indonesia. Pandemi telah mempercepat perubahan ini. Hal tersebut antara lain ditandai dengan makin banyaknya pelaku bisnis dan konsumen mengadopsi teknologi online untuk bekerja, belajar hingga berbelanja. (Baca: Kenali Ciri-ciri Rumah Tangga Diganggu Setan Dasim)

Ratusan ribu penduduk Indonesia pun telah beralih memulai usahanya dari rumah untuk membantu keluarga dan memperbaiki kehidupan mereka. Mereka mulai makin akrab memanfaatkan teknologi untuk pemasaran produk maupun transaksi keuangan. "Lebih dari 64 juta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga mulai mengadopsi teknologi online," kata Founder & CEO Indonesia Economic Forum Shoeb Kagda di Jakarta kemarin.

Sektor keuangan terlihat banyak mengadopsi transformasi digital . Perbankan konvensional pun memperluas layanan mereka ke konsumen lewat transformasi digital. Namun untuk bisa memaksimalkan potensi ekonomi digital, Indonesia masih butuh meningkatkan infrastruktur pendukungnya. Investasi untuk pemenuhan infrastruktur tersebut menjadi sebuah keharusan.

Selain itu Indonesia perlu lagi mengadopsi lebih banyak teknologi seperti artificial intelligence (AI), cloud computing, internet of thing (IoT), dan big data analytic sebagai landasan dari revolusi industri 4.0. "Kuncinya, pemerintah, swasta, dan masyarakat harus bekerja sama membangun infrastruktur dan mengadopsi teknologi baru maupun proses bisnis baru,” ujar dia.

Pentingnya transformasi digital di sektor perekonomian ini juga diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Menurut Suahasil, transformasi ini harus inklusif bagi setiap penduduk Indonesia sehingga mereka semua bisa saling membantu meningkatkan perekonomian Indonesia . Selai itu mereka mampu meningkatkan keamanan bagi transaksi digital, data maupun keamanan digital lainnya. (Baca juga: Bantuan Kuota Internet, Nadiem Minta Kepsek Segera Unggah Surat Pernyataan)

Dia optimistis ekonomi digital akan menjadi salah satu sektor ekonomi yang fundamental bagi kehidupan pasca-Covid-19, terutama dalam dua hingga tiga tahun ke depan. "Apalagi jika sektor penting lain seperti pertanian dan pengolahan juga bisa mengadopsi transformasi digital, dampaknya akan lebih besar," ungkap Suahasil.

Di sisi lain telekomunikasi juga menjadi salah satu sektor yang paling berkembang pesat saat ini dan mungkin dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Ini terjadi karena masyarakat juga akan makin bergantung pada penyedia jasa telekomunikasi.

Sektor keuangan juga menjadi salah satu yang bisa memaksimalkan ekonomi digital . Pemerintah selalu mendukung sektor keuangan, terutama dalam meningkatkan inklusi keuangan dan literasi keuangan masyarakat di perdesaan utamanya.

Layanan digital perbankan maupun non-perbankan harus memastikan bahwa mereka tidak hanya meningkatkan inklusi keuangan penduduk di Indonesia, tetapi juga di saat bersamaan meningkatkan literasi keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berperan mengawasi tata kelola, data, keamanan, inovasi produk dan bersama Kementerian Keuangan juga memastikan inovasi keuangan serta layanan digital berjalan sesuai dengan regulasi.

“ Ekonomi digital berkembang sangat cepat dalam delapan bulan terakhir dan akan menjadi masa depan kita. Di Kementerian Keuangan sendiri kami telah beralih ke digital untuk berbagai aktivitas kami mulai dari administrasi, rapat, tanda tangan semua dilakukan secara digital,” urainya. (Baca juga: Manfaat Produk Herbal untuk Ibu Hamil dan Menyusui)

Tak hanya itu, nanti setelah vaksin ditemukan dan masyarakat kembali merasa nyaman beraktivitas ekonomi, dirinya percaya model digital akan tetap menjadi bagian dari kehidupan baru.

9,5% dari PDB

Ekonomi digital makin mudah dijumpai pada sistem pembayaran, pinjaman, e-commerce, ride hailing hingga online travel. Besaran ekonomi digital diprediksi mencapai 9,5% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2025. "Ini jumlah yang cukup besar tentunya. Tingkat penetrasi internet di Indonesia pun meningkat terus. Maka porsi ekonomi digital terhadap PDB diprediksi bisa meningkat," kata peneliti Indef Nailul Huda.

Di saat kondisi pandemi seperti sekarang, berkembang pemikiran mengenai low-touch economy atau sistem ekonomi yang minim interaksi antarpelaku ekonomi. Artinya orang-orang akan semakin beralih ke low-touch economy. Menurut Huda, ekonomi digital bisa masuk menggantikan kegiatan ekonomi yang sarat interaksi secara langsung mulai dari e-commerce, pinjaman, layanan makanan hingga pembayaran.

Saat ini sistem pembayaran nontunai terlihat meningkat pesat di kala pendemi, terlebih dalam penggunaan uang digital. Masyarakat perlahan mulai beralih dari uang tunai ke dompet digital. Menurut dia, ke depan potensi sektor ini akan sangat besar lantaran diakselerasi pandemi korona. "Saya rasa potensi ekonominya bisa menyamai potensi e-commerce," ujar dia. (Baca juga: Bakal Ubah Peta Politik Indonesia, Habib Rizieq Buat Oposisi Semakin Kuat)

Di sisi lain saat ini perbankan juga terus memfokuskan pada transformasi digital yang tengah berjalan. Hal tersebut terlihat dari peningkatan dan penyempurnaan layanan digital banking.

Meskipun masih tahap awal proses transformasi, digital banking telah mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam akuisisi nasabah dan jumlah serta volume transaksi. Misalnya transaksi finansial yang dilakukan melalui aplikasi Maybank2U (M2U) milik PT Maybank Indonesia yang meningkat 132% menjadi 7,8 juta transaksi selama kuartal pertama hingga kuartal ketiga 2020.

Tercatat ada lebih dari 60.000 rekening tabungan/simpanan dibuka dan lebih dari 76.000 rekening didaftar melalui M2U.

President Director of Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan M2U tidak hanya memberikan proses pembukaan rekening yang mudah, tetapi juga cepat serta menawarkan fitur gaya hidup yang bebas repot dan nyaman digunakan seperti QR Pay, KYC digital untuk pembukaan rekening baru, saluran donasi, dan fitur menarik lain.

"Kami akan terus mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap portofolio kami dari gangguan pandemi. Pada saat yang sama kami meraih peluang bisnis melalui layanan digital banking yang kini mulai menunjukkan hasil yang positif," kata Taswin. (Baca juga: Pandemi Bikin Para Pembeli Properti Turun Kasta)

Perlu Dibenahi

E-commerce diketahui memberikan keuntungan, mulai dari keberagaman pilihan barang hingga harga. Sesuai dengan data Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), sebanyak 1,3 miliar orang atau seperempat dari total penduduk bumi berusia di atas 15 tahun berbelanja secara online. “Pembeli online 2019 naik sekitar 12% bila dibandingkan pada 2016,” ungkap UNCTAD.

“Tapi jumlah pengguna internet yang berbelanja secara online jauh lebih rendah di negara dengan pendapatan kecil. Hal itu menunjukkan pentingnya mematangkan persiapan, bukan hanya konektivitas internet, tetapi juga sektor lain,” lanjutnya.

Sesuai Index E-Commerce B2C 2019, Indonesia berada di posisi ke-84 dari 154 negara. “Negara dengan nilai rendah ialah negara yang belum siap memetik keuntungan dari e-commerce. Negara Asia Tenggara juga perlu meningkatkan penetrasi internet yang masih berada di bawah rata-rata global,” ungkap UNCTAD. (Lihat videonya: Angin Puting Beliung Rusak Sejumlah Rumah)

Sejauh ini, menurut Laporan Ekonomi Digital 2019 versi PBB, keuntungan dari peluang ekonomi digital hanya dikuasai Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara menguasai 75% paten teknologi, 50% investasi global, 75% pasar cloud computing, dan 90% kapitalisasi pasar di 70 perusahaan digital terbesar di dunia.

Meski dampak dari era digitalisasi sudah terasa, PBB menyebut semuanya masih berada pada tahap awal sehingga belum terlambat. Pertumbuhan ekonomi digital juga sangat signifikan. Begitu pun dengan kemajuan analisis data digital, kecerdasan buatan, percetakan 3D, IoT, otomatisasi, robotik, dan cloud computing. (Kunthi Fahmar Sandy/Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1846 seconds (0.1#10.140)