Berbahaya! Erick Thohir Sebut Vaksin Covid-19 Mulai Dijual di Grey Market
Rabu, 18 November 2020 - 20:19 WIB
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencatat, vaksin Covid-19 sudah mulai diperdagangkan di grey market. Dengan kata lain, vaksin secara legal diperdagangkan namun tidak melalui distribusi resmi.
Pemerintah mengingatkan, agar masyarakat tetap hati-hati dan waspada terhadap penawaran vaksin yang berasal dari grey market. Erick menyebut, untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya akan melakukan penandaan (barkot) bagi setiap jenis vaksin yang akan didistribusikan.
"Ini juga buat menjaga, sekarang ini grey market sudah ada mulai ada yang nawarin vaksin-vaksin, ini sangat berbahaya," ujar Menteri Erick Thohir di Jakarta, Rabu (18/11/2020).
(Baca Juga: Nih Dia Penghambat Distribusi Vaksin di Indonesia )
Langkah pencegahan pencegahan pemerintah terhadap distribusi vaksin secara ilegal dan diperdagangkan di pasar. Kata Erick, bukan tindakan monopoli perseroan farmasi plat merah terhadap swasta. Langkah itu hanya menghindari dampak buruk yang tidak diinginkan.
Meski begitu, dalam proses vaksinasi nanti Kementerian BUMN juga menggandeng perusahaan swasta, khusus dalam proses pendistribusian. "Ini bukan saya sebagai (Menteri) BUMN ingin memonopoli, tidak, tadi sudah dijelaskan bahwa distribusi vaksin kita melibatkan swasta," papar Erick.
(Baca Juga: Jokowi: Insya Allah Kegiatan Vaksinasi di Bulan Desember )
Sementara ihwal produksi vaksin ke depannya, pemerintah juga tetap menjadikan perusahaan swasta sebagai mitra kerja. Dia bilang, hal ini sudah dilakukan PT Bio Farma (Persero) dengan perusahaan swasta seperti Coalition for Epidemic Preparedness (CEPI) dan GAVI. Bahkan, ada kemungkinan pemerintah juga membuka kesempatan bagi perusahan lainnya.
"Dengan kapasitas itu, maka Bio Farma juga sudah mulai kerja sama dengan perusahaan produksi swasta apakah biotis, kita libatkan semua karena kita ingin menjadi sentral produksi dari vaksin, paling tidak yang selama ini Bio Farma sudah jalankan di lima negara, nah untuk vaksin Covid-19 ini kita coba, menjaga central of production, apalagi vaksin merah putih itu bisa terbukti dibuat di 2022," kata dia.
Pemerintah mengingatkan, agar masyarakat tetap hati-hati dan waspada terhadap penawaran vaksin yang berasal dari grey market. Erick menyebut, untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya akan melakukan penandaan (barkot) bagi setiap jenis vaksin yang akan didistribusikan.
"Ini juga buat menjaga, sekarang ini grey market sudah ada mulai ada yang nawarin vaksin-vaksin, ini sangat berbahaya," ujar Menteri Erick Thohir di Jakarta, Rabu (18/11/2020).
(Baca Juga: Nih Dia Penghambat Distribusi Vaksin di Indonesia )
Langkah pencegahan pencegahan pemerintah terhadap distribusi vaksin secara ilegal dan diperdagangkan di pasar. Kata Erick, bukan tindakan monopoli perseroan farmasi plat merah terhadap swasta. Langkah itu hanya menghindari dampak buruk yang tidak diinginkan.
Meski begitu, dalam proses vaksinasi nanti Kementerian BUMN juga menggandeng perusahaan swasta, khusus dalam proses pendistribusian. "Ini bukan saya sebagai (Menteri) BUMN ingin memonopoli, tidak, tadi sudah dijelaskan bahwa distribusi vaksin kita melibatkan swasta," papar Erick.
(Baca Juga: Jokowi: Insya Allah Kegiatan Vaksinasi di Bulan Desember )
Sementara ihwal produksi vaksin ke depannya, pemerintah juga tetap menjadikan perusahaan swasta sebagai mitra kerja. Dia bilang, hal ini sudah dilakukan PT Bio Farma (Persero) dengan perusahaan swasta seperti Coalition for Epidemic Preparedness (CEPI) dan GAVI. Bahkan, ada kemungkinan pemerintah juga membuka kesempatan bagi perusahan lainnya.
"Dengan kapasitas itu, maka Bio Farma juga sudah mulai kerja sama dengan perusahaan produksi swasta apakah biotis, kita libatkan semua karena kita ingin menjadi sentral produksi dari vaksin, paling tidak yang selama ini Bio Farma sudah jalankan di lima negara, nah untuk vaksin Covid-19 ini kita coba, menjaga central of production, apalagi vaksin merah putih itu bisa terbukti dibuat di 2022," kata dia.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda