RI Terancam Kelaparan, Ekonom: No Way!
Kamis, 19 November 2020 - 13:18 WIB
JAKARTA - Ekonom Senior CORE Indonesia Dwi Andreas menegaskan bahwa terjadinya turbulensi ekonomi dunia akibat wabah corona memang berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Hal itu lantaran rantai pasok terganggu yang disebabkan karena karantina wilayah di sejumlah negara.
Namun demikian, kondisi tersebut tidak lantas membuat dunia termasuk RI mengalami krisis pangan apalagi sampai kelaparan. Menurutnya ketahanan memang turun tapi cuma sedikit disebbakan karena fluktuasi harga pangan. "Harga pangan seperti cabai, beras, bawang merah, daging ayam, telur ayam saya pastikan akan terus alami peningkatan sampai awal tahun depan. Namun pemerintah tidak perlu khawatir tidak akan terjadi krisis pangan," di Jakarta, Kamis (19/11/2020).
Adapun untuk komoditas bawang putih harus terus diwaspadai. Menurut dia, pemerintah harus betul betul mencermati komoditas bawang putih sebab komoditas ini merupakan 100% produk impor. "Harusnya pemerintah lakukan intervensi untuk bawang putih," ungkap dia. Dari 8 komoditas pertanian yang impornya rata-rata lebih dari 300.000 ton per tahun yaitu beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu, bawang putih dan kacang tanah, mengalami lonjakan impor selama 10 tahun terakhir.
Pada 2009 impor kedelapan komoditas tersebut 8,8 juta ton dan melonjak menjadi 27,6 juta ton di 2018 dan sedikit turun menjadi 25,3 juta ton di 2019. Dengan demikian, bila terjadi goncangan perdagangan global maka akan langsung berpengaruh terhadap harga komoditas tersebut di Indonesia.
Disisi lain, UU Cipta kerja mengintegrasikan sistem pangan indonesia ke sistem pangan dunia. Sehingga ini menjadi tantangan bersama, bahwa kedaulatan pangan saat ini justru yang harus digaungkan kembali. "Jadi konsen kedaulatan pangan perlu menjadi dasar pembangunan pertanian kedepan. Ini juga untuk meningatkan resiliensi kita terhadap gejolak harga pangan dunia serta untuk meningkatkan kesejahteraan," ungkap dia.
Namun demikian, kondisi tersebut tidak lantas membuat dunia termasuk RI mengalami krisis pangan apalagi sampai kelaparan. Menurutnya ketahanan memang turun tapi cuma sedikit disebbakan karena fluktuasi harga pangan. "Harga pangan seperti cabai, beras, bawang merah, daging ayam, telur ayam saya pastikan akan terus alami peningkatan sampai awal tahun depan. Namun pemerintah tidak perlu khawatir tidak akan terjadi krisis pangan," di Jakarta, Kamis (19/11/2020).
Adapun untuk komoditas bawang putih harus terus diwaspadai. Menurut dia, pemerintah harus betul betul mencermati komoditas bawang putih sebab komoditas ini merupakan 100% produk impor. "Harusnya pemerintah lakukan intervensi untuk bawang putih," ungkap dia. Dari 8 komoditas pertanian yang impornya rata-rata lebih dari 300.000 ton per tahun yaitu beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu, bawang putih dan kacang tanah, mengalami lonjakan impor selama 10 tahun terakhir.
Pada 2009 impor kedelapan komoditas tersebut 8,8 juta ton dan melonjak menjadi 27,6 juta ton di 2018 dan sedikit turun menjadi 25,3 juta ton di 2019. Dengan demikian, bila terjadi goncangan perdagangan global maka akan langsung berpengaruh terhadap harga komoditas tersebut di Indonesia.
Disisi lain, UU Cipta kerja mengintegrasikan sistem pangan indonesia ke sistem pangan dunia. Sehingga ini menjadi tantangan bersama, bahwa kedaulatan pangan saat ini justru yang harus digaungkan kembali. "Jadi konsen kedaulatan pangan perlu menjadi dasar pembangunan pertanian kedepan. Ini juga untuk meningatkan resiliensi kita terhadap gejolak harga pangan dunia serta untuk meningkatkan kesejahteraan," ungkap dia.
(nng)
tulis komentar anda