Investasi Diprediksi Bakal Tumbuh hingga 4% di 2021
Minggu, 22 November 2020 - 23:16 WIB
JAKARTA - Prospek ekonomi yang turun tajam sepanjang tahun 2020 menyebabkan aktivitas penanaman modal ikut tertekan, bahkan lebih besar dibandingkan konsumsi swasta dan belanja pemerintah. Namun Ekonom Core Piter Abdullah menyebutkan pada tahun 2021, investasi diperkirakan akan kembali tumbuh positif di kisaran 3-4 %.
(Baca Juga: UU Cipta Kerja Jadi Solusi Atasi Pengangguran dan Lemahnya Arus Modal )
Investor di sektor swasta masih menyesuaikan dengan permintaan domestik yang diperkirakan belum sepenuhnya pulih akibat pandemi, meskipun proses vaksinasi diperkirakan telah berlangsung di Indonesia.
"Kalaupun terjadi peningkatan permintaan, baik domestik maupun ekspor, kapasitas terpasang saat ini masih cukup untuk memenuhi kenaikan. Sepanjang tiga kuartal pertama 2020, penanaman modal tetap bruto mengalami kontraksi 4,5% (yoy), terutama investasi mesin dan perlengkapan serta investasi kendaraan yang masing-masing turun 13 dan 15,3%," kata Piter saat dihubungi SINDOnews, Minggu (22/11/2020).
Namun di tengah tren perlambatan investasi nasional selama pandemi, beberapa industri manufaktur di Indonesia justru mengalami peningkatan, khususnya industri logam dasar, kimia dasar, dan farmasi.
(Baca Juga: BKPM: Jawa Barat Paling Diminati Investor Lima Tahun Terakhir )
"Peningkatan investasi tersebut, antara lain, disebabkan oleh rangsangan kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi sektor pertambangan, termasuk pembangunan smelter," katanya.
Selain itu, kebutuhan pengobatan dan pelayanan kesehatan yang meningkatkan akan mendorong peningkatan investasi pada industri kimia dan farmasi. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut pada tahun 2021.
(Baca Juga: UU Cipta Kerja Jadi Solusi Atasi Pengangguran dan Lemahnya Arus Modal )
Investor di sektor swasta masih menyesuaikan dengan permintaan domestik yang diperkirakan belum sepenuhnya pulih akibat pandemi, meskipun proses vaksinasi diperkirakan telah berlangsung di Indonesia.
"Kalaupun terjadi peningkatan permintaan, baik domestik maupun ekspor, kapasitas terpasang saat ini masih cukup untuk memenuhi kenaikan. Sepanjang tiga kuartal pertama 2020, penanaman modal tetap bruto mengalami kontraksi 4,5% (yoy), terutama investasi mesin dan perlengkapan serta investasi kendaraan yang masing-masing turun 13 dan 15,3%," kata Piter saat dihubungi SINDOnews, Minggu (22/11/2020).
Namun di tengah tren perlambatan investasi nasional selama pandemi, beberapa industri manufaktur di Indonesia justru mengalami peningkatan, khususnya industri logam dasar, kimia dasar, dan farmasi.
(Baca Juga: BKPM: Jawa Barat Paling Diminati Investor Lima Tahun Terakhir )
"Peningkatan investasi tersebut, antara lain, disebabkan oleh rangsangan kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi sektor pertambangan, termasuk pembangunan smelter," katanya.
Selain itu, kebutuhan pengobatan dan pelayanan kesehatan yang meningkatkan akan mendorong peningkatan investasi pada industri kimia dan farmasi. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut pada tahun 2021.
(akr)
tulis komentar anda