Mentan Ajak Penyuluh Pertanian Paham Agroklimat Antisipasi La Nina
Rabu, 25 November 2020 - 03:20 WIB
“Kementan telah menyiapkan kelembagaan KostraTani di BPP yang terhubung langsung ke AWR. KostraTani perannya vital, kita bisa mengatasi tantangan dan kendala lapangan. Bisa juga memutus rantai pasok yang merugikan petani,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Fenomena La Nina, 6 Bulan ke Depan Warga Diminta Waspada)
Menurutnya, pertanian merupakan sektor penting yang menopang perbaikan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Terbukti, pertumbuhan pertanian pada kuartal III/2020 mencapai 2,15%, kuartal I dan II cenderung tumbuh positif. Nilai ekspor pertanian Indonesia periode Januari - September mencapai Rp304,57 triliun, naik 10,12%, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
“Capaian ini masih bisa terus terjadi. Saya berusaha agar pada 2021, semua pertanian menggunakan cara modern untuk menggenjot produktivitas nasional,” tutupnya.
(Baca juga:Hadapi Cuaca Ekstrem Dampak La Nina, Ridwan Kamil: Jabar Siaga 1 hingga Mei 2021)
Dedi Nursyamsi menambahkan la nina merupakan anomali iklim global yang kerap terjadi dengan periode ulang 2 - 7 tahunan. Pada sektor pertanian, la nina mengakibatkan kerusakan tanaman akibat banjir/terendam dan ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Penyuluh harus meningkatkan sinerginya dengan petani dan para pemangku kepentingan, antisipasi dampak la nina. Lakukan mapping wilayah rawan banjir dan longsor, karena bisa mengancam panen,” kata Dedi. Dia meminta penyuluh menyosialisasikan Tujuh Strategi Antisipasi La Nina. Pertama, pemetaan mengacu intensitas curah hujan, dengan menetapkan zonasi warna: hijau, merah dan kuning. Kedua, siapkan sistem peringatan dini bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
(Baca juga:Memanfaatkan Peluang La Nina untuk Menggenjot Produksi Beras)
Ketiga, bentuk Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsintan dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling, yang harus ada di tiap kabupaten dan kota, sehingga bisa langsung bergerak. Keempat, pompanisasi in and out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kuarter, terutama di wilayah jalur merah. Kelima, penyediaan benih tahan genangan seperti Inpara 1 - 10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang.
Begitu pula benih varietas lokal juga harus disiapkan dengan optimal. Keenam, mendorong petani manfaatkan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) untuk antisipasi dampak kerugian. “Ketujuh, Kementan menyiapkan bantuan untuk kegiatan panen dan pascapanen seperti mesin pengering dan mesin penggilingan,” kata Dedi.
(Baca juga:Fenomena La Nina, 6 Bulan ke Depan Warga Diminta Waspada)
Menurutnya, pertanian merupakan sektor penting yang menopang perbaikan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Terbukti, pertumbuhan pertanian pada kuartal III/2020 mencapai 2,15%, kuartal I dan II cenderung tumbuh positif. Nilai ekspor pertanian Indonesia periode Januari - September mencapai Rp304,57 triliun, naik 10,12%, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
“Capaian ini masih bisa terus terjadi. Saya berusaha agar pada 2021, semua pertanian menggunakan cara modern untuk menggenjot produktivitas nasional,” tutupnya.
(Baca juga:Hadapi Cuaca Ekstrem Dampak La Nina, Ridwan Kamil: Jabar Siaga 1 hingga Mei 2021)
Dedi Nursyamsi menambahkan la nina merupakan anomali iklim global yang kerap terjadi dengan periode ulang 2 - 7 tahunan. Pada sektor pertanian, la nina mengakibatkan kerusakan tanaman akibat banjir/terendam dan ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Penyuluh harus meningkatkan sinerginya dengan petani dan para pemangku kepentingan, antisipasi dampak la nina. Lakukan mapping wilayah rawan banjir dan longsor, karena bisa mengancam panen,” kata Dedi. Dia meminta penyuluh menyosialisasikan Tujuh Strategi Antisipasi La Nina. Pertama, pemetaan mengacu intensitas curah hujan, dengan menetapkan zonasi warna: hijau, merah dan kuning. Kedua, siapkan sistem peringatan dini bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
(Baca juga:Memanfaatkan Peluang La Nina untuk Menggenjot Produksi Beras)
Ketiga, bentuk Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsintan dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling, yang harus ada di tiap kabupaten dan kota, sehingga bisa langsung bergerak. Keempat, pompanisasi in and out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kuarter, terutama di wilayah jalur merah. Kelima, penyediaan benih tahan genangan seperti Inpara 1 - 10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang.
Begitu pula benih varietas lokal juga harus disiapkan dengan optimal. Keenam, mendorong petani manfaatkan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) untuk antisipasi dampak kerugian. “Ketujuh, Kementan menyiapkan bantuan untuk kegiatan panen dan pascapanen seperti mesin pengering dan mesin penggilingan,” kata Dedi.
tulis komentar anda