Sawit Penyelamat Saat Krisis

Kamis, 03 Desember 2020 - 08:35 WIB
“Kami berharap, sebagian besar memahami upaya pemerintah untuk mendukung industri kelapa sawit secara berkelanjutan,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, ekspor minyak sawit tetap mampu memberikan sumbangan devisa sebesar USD15 miliar pada kuartal III/2020 meskipun kinerja ekspor menurun akibat sejumlah negara tujuan ekspor memberlakukan pembatasan kegiatan ekonomi. (Baca juga: Manfaat Konsumsi Air Rebusan Jahe di Pagi Hari)

Joko melanjutkan, memasuki kuartal IV/2020, kinerja ekspor mulai membaik. Peningkatan permintaan domestik dan ekspor ini membuat harga minyak sawit bertahan pada kisaran harga yang sangat baik.

“Konsumsi domestik juga meningkat karena industri oleochemical yang mendukung pencegahan transmisi virus melalui pengembangan produk sanitasi, seperti sabun dan desinfektan,” ungkapnya.

Dia menambahkan, industri kelapa sawit akan selalu mendukung program pemerintah dalam menjaga keberlanjutan dari mandatori biodiesel dan memastikan dapat mengelola 100% recovery pada pasar domestik.

Guru Besar Ekonomi Pertanian dari Universitas Lampung Bustanul Arifin mengatakan, sektor pertanian dipercaya dapat menjadi andalan menghadapi ancaman resesi ekonomi dengan dukungan terhadap petani.

“Berbicara tentang sektor pertanian, tentu subsektor utamanya adalah perkebunan sawit. Namun, sektor minyak sawit tetap menghadapi ketidakpastian pasar ekspor dan program mandatori B-30 telah menyelamatkan industri sawit saat ini,” ujarnya. (Lihat videonya: 5 Tips Aman Menerima Paket Disaat Pandemi Covid-19)

Menurut dia, area perkebunan kelapa sawit yang merupakan bahan baku dari minyak nabati selalu mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan meningkatnya harga CPO di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain.

Meskipun begitu, terdapat beberapa kendala seperti adanya kemungkinan risiko logistik atau menurunnya harga CPO di tingkat dunia seiring menurunnya harga minyak gas. “Kebijakan seperti peningkatan kapasitas produksi, pemberian insentif terhadap buruh tani, melakukan penanaman ulang dianggap bisa mengakomodasi permasalahan tersebut,” tandasnya. (Oktiani Endarwati)
(ysw)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More