Dibanding Minyak Nabati Lainnya, Sawit Dianggap Enggak Rakus Lahan
Kamis, 03 Desember 2020 - 20:45 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Franky O. Widjaja mengatakan, industri sawit tidak hanya menopang perekonomian negara. Industri itu juga bisa mendorong kesejahteraan lewat penyediaan lapangan kerja.
Menurut Franky, ada sekitar 16 juta masyarakat Indonesia yang bergantung hidupnya terhadap industri sawit, baik langsung maupun tidak langsung. Ditambah lagi, industri ini bisa menyerap tenaga kerja melalui skema padat karya. ( Baca juga:Menko Luhut : Terima Kasih Industri Sawit Sudah Jadi Penopang Ekonomi )
“Indonesia memproduksi sebanyak 52 juta ton dari total produksi dunia yang 82 juta ton. Tenaga kerja empat juta orang tenaga langsung, kalau dengan tenaga yang tidak langsung sejumlah 16 juta,” ujarnya dalam acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) secara virtual, Kamis (3/12/2020).
Selain itu, peningkatan populasi dunia juga mengerek permintaan pasar akan minyak nabati. Apalagi, sawit sebagai minyak nabati yang paling produktif dan efisien dibandingkan minyak nabati lainnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Sebagai gambaran, minyak sawit memiliki rata-rata produksi 1 MT/ha sehingga hanya membutuhkan 40 juta hektar. Sementara kedelai dengan produksi rata-rata produksinya 0,45 MT/ha/tahun membutuhkan 445 juta hektar lahan. ( Baca juga:Serdy dan Yudha Ketahuan Dugem, PSSI Periksa Rekaman CCTV )
“Dan canola yang produksi rata-ratanya 0,78 MT/ha per tahun membutuhkan lahan seluas 290 juta hektar,” ucapnya.
Dengan potensi yang besar, Franky meyakini industri sawit Indonesia mampu memenuhi pangsa pasar domestik juga dunia terlebih jika terus mampu meningkatkan produktivitas. Apalagi dengan luas lahan yang dimiliki oleh Indonesia.
“Indonesia dengan luas 189 juta hektare, dan 16,38 juta hektarenya merupakan lahan kebun sawit,” ucapnya.
Menurut Franky, ada sekitar 16 juta masyarakat Indonesia yang bergantung hidupnya terhadap industri sawit, baik langsung maupun tidak langsung. Ditambah lagi, industri ini bisa menyerap tenaga kerja melalui skema padat karya. ( Baca juga:Menko Luhut : Terima Kasih Industri Sawit Sudah Jadi Penopang Ekonomi )
“Indonesia memproduksi sebanyak 52 juta ton dari total produksi dunia yang 82 juta ton. Tenaga kerja empat juta orang tenaga langsung, kalau dengan tenaga yang tidak langsung sejumlah 16 juta,” ujarnya dalam acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) secara virtual, Kamis (3/12/2020).
Selain itu, peningkatan populasi dunia juga mengerek permintaan pasar akan minyak nabati. Apalagi, sawit sebagai minyak nabati yang paling produktif dan efisien dibandingkan minyak nabati lainnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Sebagai gambaran, minyak sawit memiliki rata-rata produksi 1 MT/ha sehingga hanya membutuhkan 40 juta hektar. Sementara kedelai dengan produksi rata-rata produksinya 0,45 MT/ha/tahun membutuhkan 445 juta hektar lahan. ( Baca juga:Serdy dan Yudha Ketahuan Dugem, PSSI Periksa Rekaman CCTV )
“Dan canola yang produksi rata-ratanya 0,78 MT/ha per tahun membutuhkan lahan seluas 290 juta hektar,” ucapnya.
Dengan potensi yang besar, Franky meyakini industri sawit Indonesia mampu memenuhi pangsa pasar domestik juga dunia terlebih jika terus mampu meningkatkan produktivitas. Apalagi dengan luas lahan yang dimiliki oleh Indonesia.
“Indonesia dengan luas 189 juta hektare, dan 16,38 juta hektarenya merupakan lahan kebun sawit,” ucapnya.
(uka)
tulis komentar anda