ADB Siapkan Rp126 Triliun untuk Pengadaan Vaksin di Negara Berkembang
Jum'at, 11 Desember 2020 - 16:51 WIB
Kriteria akses tambahan, seperti adanya kajian kebutuhan vaksin, rencana alokasi vaksin oleh negara berkembang yang bersangkutan, dan mekanisme untuk koordinasi secara efektif di antara mitra pembangunan juga membantu memastikan agar dukungan vaksin berdasarkan APVAX dapat dilaksanakan secara adil dan efektif.
ADB juga menyediakan Fasilitas Impor Vaksin (Vaccine Import Facility) senilai USD500 juta guna mendukung upaya negara berkembang anggota ADB dalam memperoleh vaksin yang aman dan efektif, beserta berbagai barang penunjang distribusi dan inokulasi. Fasilitas ini adalah bagian dari Program Pembiayaan Perdagangan dan Pembiayaan Rantai Pasokan (Trade and Supply Chain Finance Program) dari ADB.
(Baca Juga: Luhut Kasih Bocoran Kapan Vaksinasi Dimulai, Pede Ekonomi RI Pulih di 2021)
Jaminan AAA yang tersedia melalui fasilitas impor vaksin dari program ini akan memitigasi risiko pembayaran dan mempermudah impor barang-barang tersebut. Jaminan ini juga akan menggunakan kriteria kelayakan yang sama untuk vaksin seperti pada COVAX. Pembiayaan bersama (cofinancing) dengan mitra sektor swasta dapat memperbesar Fasilitas Impor hingga mampu mendukung vaksin dan impor terkait senilai USD1 miliar dalam waktu setahun.
Pada bulan April, ADB menyetujui paket senilai USD20 miliar untuk membantu negara berkembang anggotanya dalam mengatasi dampak pandemi dan merampingkan sejumlah prosedur agar bantuan dapat disampaikan dengan lebih cepat dan lebih fleksibel. ADB telah memberikan komitmen sebesar USD14,9 miliar dalam bentuk pinjaman, hibah, dan bantuan teknis, termasuk dukungan anggaran dari Opsi Respons Pandemi Covid-19 (Covid-19 Pandemic Response Option atau CPRO) senilai USD9,9 miliar dan dukungan bagi sektor swasta.
Pada November, ADB mengumumkan tambahan bantuan teknis senilai USD20,3 juta guna membuat sistem yang memungkinkan distribusi vaksin secara efisien dan adil ke seluruh Asia dan Pasifik.
ADB juga menyediakan Fasilitas Impor Vaksin (Vaccine Import Facility) senilai USD500 juta guna mendukung upaya negara berkembang anggota ADB dalam memperoleh vaksin yang aman dan efektif, beserta berbagai barang penunjang distribusi dan inokulasi. Fasilitas ini adalah bagian dari Program Pembiayaan Perdagangan dan Pembiayaan Rantai Pasokan (Trade and Supply Chain Finance Program) dari ADB.
(Baca Juga: Luhut Kasih Bocoran Kapan Vaksinasi Dimulai, Pede Ekonomi RI Pulih di 2021)
Jaminan AAA yang tersedia melalui fasilitas impor vaksin dari program ini akan memitigasi risiko pembayaran dan mempermudah impor barang-barang tersebut. Jaminan ini juga akan menggunakan kriteria kelayakan yang sama untuk vaksin seperti pada COVAX. Pembiayaan bersama (cofinancing) dengan mitra sektor swasta dapat memperbesar Fasilitas Impor hingga mampu mendukung vaksin dan impor terkait senilai USD1 miliar dalam waktu setahun.
Pada bulan April, ADB menyetujui paket senilai USD20 miliar untuk membantu negara berkembang anggotanya dalam mengatasi dampak pandemi dan merampingkan sejumlah prosedur agar bantuan dapat disampaikan dengan lebih cepat dan lebih fleksibel. ADB telah memberikan komitmen sebesar USD14,9 miliar dalam bentuk pinjaman, hibah, dan bantuan teknis, termasuk dukungan anggaran dari Opsi Respons Pandemi Covid-19 (Covid-19 Pandemic Response Option atau CPRO) senilai USD9,9 miliar dan dukungan bagi sektor swasta.
Pada November, ADB mengumumkan tambahan bantuan teknis senilai USD20,3 juta guna membuat sistem yang memungkinkan distribusi vaksin secara efisien dan adil ke seluruh Asia dan Pasifik.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda