Thailand-Australia Aja Garap Produk Halal, Sayang Jika Dilewatkan Indonesia
Senin, 21 Desember 2020 - 12:10 WIB
JAKARTA - Pemerintah mulai membangun kawasan industri halal , mengiringi kesadaran masyarakat Indonesia dan dunia terhadap penggunaan produk halal yang semakin meningkat. Konsumsi produk halal di pasar dunia pada 2018 mencapai USD2,2 triliun. Jumlah itu diprediksi akan terus meningkat dan pada 2024 konsumsi mencapai USD3,2 triliun. Sebuah nilai ekonomi yang sayang untuk dilewatkan oleh Indonesia.
(Baca Juga: Industri Halal Kian Menjalar, Bakal Punya Enam Kawasan Industri )
Pengamat ekonomi syariah Azis Budi Setiawan mengatakan, pengembangan industri halal di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Secara sosiologi, mayoritas pendidikan Indonesia beragama muslim. Mereka membutuhkan produk-produk halal. Peluangnya terbuka lebar apalagi saat ini tren pertumbuhan muslim kelas menengah yang konsen terhadap produk dan jasa halal semakin meluas.
“Itu menuntut adanya kawasan industri halal. Yang lebih penting lagi, potensi pasar global besar terkait kebutuhan produk halal. Sampai saat ini kita belum optimal dalam supply chain produk halal. Bahkan, diambil negara lain yang notabene bukan mayoritas muslim, seperti Thailand dan Australia,” ujarnya saat dihubungi SINDONews.
Kedua negara tersebut, menurut Azis, sangat konsen dengan produk halal dan menyiapkan rantai logistik. Itu membuat mereka bisa bersaing dan memanfaatkan perkembangan industri halal di dunia. Indonesia juga kalah dengan negara tetangga, Malaysia. Negeri jiran itu sudah memiliki 20 kawasan industri halal.
Pasarnya tidak hanya di kawasan ASEAN. Orang-orang Timur Tengah dan masyarakat muslim di Eropa merupakan konsumen potensial. Pengajar di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI itu menerangkan Indonesia harus membuat masterplan dan kerangka pengembangan industri halal dan ekosistemnya yang jelas.
“Selanjutnya, harus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengimplementasikan sistem dan masterplan tersebut agar benar-benar terwujud. Kita telah memiliki modal dasar. Kawasan-kawasan industri yang belum optimal bisa diintegrasikan jadi supply chain produk halal,” tuturnya.
Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang melimpah. Maka, pengembangan industri halal ini akan membuka lapangan kerja yang besar. Selain pasar domestik, Indonesia harus langsung berorientasi ke ekspor.
(Baca Juga: Fintech Lending Syariah Dorong Pengembangan Industri Halal )
(Baca Juga: Industri Halal Kian Menjalar, Bakal Punya Enam Kawasan Industri )
Pengamat ekonomi syariah Azis Budi Setiawan mengatakan, pengembangan industri halal di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Secara sosiologi, mayoritas pendidikan Indonesia beragama muslim. Mereka membutuhkan produk-produk halal. Peluangnya terbuka lebar apalagi saat ini tren pertumbuhan muslim kelas menengah yang konsen terhadap produk dan jasa halal semakin meluas.
“Itu menuntut adanya kawasan industri halal. Yang lebih penting lagi, potensi pasar global besar terkait kebutuhan produk halal. Sampai saat ini kita belum optimal dalam supply chain produk halal. Bahkan, diambil negara lain yang notabene bukan mayoritas muslim, seperti Thailand dan Australia,” ujarnya saat dihubungi SINDONews.
Kedua negara tersebut, menurut Azis, sangat konsen dengan produk halal dan menyiapkan rantai logistik. Itu membuat mereka bisa bersaing dan memanfaatkan perkembangan industri halal di dunia. Indonesia juga kalah dengan negara tetangga, Malaysia. Negeri jiran itu sudah memiliki 20 kawasan industri halal.
Pasarnya tidak hanya di kawasan ASEAN. Orang-orang Timur Tengah dan masyarakat muslim di Eropa merupakan konsumen potensial. Pengajar di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI itu menerangkan Indonesia harus membuat masterplan dan kerangka pengembangan industri halal dan ekosistemnya yang jelas.
“Selanjutnya, harus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengimplementasikan sistem dan masterplan tersebut agar benar-benar terwujud. Kita telah memiliki modal dasar. Kawasan-kawasan industri yang belum optimal bisa diintegrasikan jadi supply chain produk halal,” tuturnya.
Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang melimpah. Maka, pengembangan industri halal ini akan membuka lapangan kerja yang besar. Selain pasar domestik, Indonesia harus langsung berorientasi ke ekspor.
(Baca Juga: Fintech Lending Syariah Dorong Pengembangan Industri Halal )
Lihat Juga :
tulis komentar anda