24 Juta Pekerja di Indonesia Kehilangan Pendapatan Rp360 Triliun
Jum'at, 22 Januari 2021 - 00:16 WIB
JAKARTA - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebutkan, sekitar 24 juta tenaga kerja telah kehilangan separuh jam kerjanya selama masa pandemi Covid-19 ini.Kalkulasinya itu disebutnya telah mendapatkan konfirmasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jam kerja untuk 24 pekerja yang bergerak di sektor industri telah berkurang sekitar 50 persen.
"Ada sekitar 24 juta tenaga kerja yang kehilangan jam kerja, bukan kehilangan jam kerja. Tetapi jam kerja dan minimal separuh dari waktu kerjanya per minggu. Mungkin dia kerja 40 jam per minggu, mungkin dia kehilangan 20 jam per minggu," kata kata Suharso secara virtual, Kamis (21/1).
Adapun jumlah 24 juta pekerja tersebut mayoritas berasal dari sektor industri manufaktur dan pariwisata. Imbasnya, sekitar Rp360 triliun pendapatan ikut raib gara-gara adanya pemotongan jam kerja.
"Akibatnya, sektor pariwisata dan industri menurut perhitungan kami sekitar Rp360 triliun penghasilan yang hilang," tegas Suharso.
Suharso mengatakan, penurunan pendapatan tersebut baik secara langsung dan tak langsung turut berpengaruh terhadap konsumsi daya beli masyarakat, yang menipis di tengah pandemi Covid-19.
"Kalau kita hitung-hitung sampai dengan industri impact dan indirect impact itu sudah mendekati angka Rp 1.000 triliun. Ini menjelaskan mengapa daya beli itu berkurang. Kita tahu bahwa yang men-drive GDP adalah konsumsi rumah tangga," tuturnya.
"Ada sekitar 24 juta tenaga kerja yang kehilangan jam kerja, bukan kehilangan jam kerja. Tetapi jam kerja dan minimal separuh dari waktu kerjanya per minggu. Mungkin dia kerja 40 jam per minggu, mungkin dia kehilangan 20 jam per minggu," kata kata Suharso secara virtual, Kamis (21/1).
Adapun jumlah 24 juta pekerja tersebut mayoritas berasal dari sektor industri manufaktur dan pariwisata. Imbasnya, sekitar Rp360 triliun pendapatan ikut raib gara-gara adanya pemotongan jam kerja.
"Akibatnya, sektor pariwisata dan industri menurut perhitungan kami sekitar Rp360 triliun penghasilan yang hilang," tegas Suharso.
Suharso mengatakan, penurunan pendapatan tersebut baik secara langsung dan tak langsung turut berpengaruh terhadap konsumsi daya beli masyarakat, yang menipis di tengah pandemi Covid-19.
"Kalau kita hitung-hitung sampai dengan industri impact dan indirect impact itu sudah mendekati angka Rp 1.000 triliun. Ini menjelaskan mengapa daya beli itu berkurang. Kita tahu bahwa yang men-drive GDP adalah konsumsi rumah tangga," tuturnya.
(akr)
tulis komentar anda