PLTS Atap Akan Jadi Penyumbang Utama Program EBT
Selasa, 26 Januari 2021 - 23:35 WIB
JAKARTA - Institute for Essential Services Reform (IESR) memproyeksi penambahan kapasitas terpasang energi baru terbarukan mencapai 400-500 MW di 2021. Hal ini masih jauh di bawah realisasi target yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Periset Teknologi dan Material Fotovoltaik IESR Daniel Kurniawan mengatakan, pada tahun 2020, penambahan kapasitas energi terbarukan hanya 187,5 MW, terendah dibandingkan 5 tahun sebelumnya. Hal ini karena penundaan konstruksi, terutama proyek-proyek PLTA dan juga panas bumi . ( Baca juga:Hebattt.... Indonesia Timur Bakal Miliki Panel Surya Raksasa )
"Penambahan kapasitas tahun 2020 mayoritas dari PLTA dan PLTS," ujarnya dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2021, Selasa (26/1/2021).
Di sisi bauran energi terbarukan di pembangkit listrik mengalami peningkatan hampir menyentuh 15% pada semester I/2020. Namun jika dilihat secara keseluruhan, pembangkitan listrik kita masih didominasi batu bara yang juga meningkat 1,3%.
"Ini menunjukkan bauran listrik kita masih sangat kotor dan emisi ini perlu diturunkan hingga tahun 2030 jika kita ingin mencapai kesepakatan Paris," jelasnya.
Dia melanjutkan, untuk mencapai target 23% bauran energi terbarukan di 2025 maka harus ada penambahan kapasitas energi terbarukan setiap tahun sekitar 2 hingga 3 GW. ( Baca juga:Dasar Conor McGregor! Kalah KO, Malah Asyik Main Ekskavator di Pantai )
Menurut dia, penambahan kapasitas dari PLTS diproyeksikan akan lebih banyak disumbang oleh PLTS Atap dibandingkan PLTS terpusat (IPP). Ini dikarenakan penyesuaian pasokan listrik oleh PLN yang berarti proses lelang ditunda.
"Segmen industri juga akan terus menjadi kontributor utama penambahan kapasitas PLTS Atap di tahun 2021 mengingat ketersediaan skema pembiayaan dan skala," tuturnya.
Periset Teknologi dan Material Fotovoltaik IESR Daniel Kurniawan mengatakan, pada tahun 2020, penambahan kapasitas energi terbarukan hanya 187,5 MW, terendah dibandingkan 5 tahun sebelumnya. Hal ini karena penundaan konstruksi, terutama proyek-proyek PLTA dan juga panas bumi . ( Baca juga:Hebattt.... Indonesia Timur Bakal Miliki Panel Surya Raksasa )
"Penambahan kapasitas tahun 2020 mayoritas dari PLTA dan PLTS," ujarnya dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2021, Selasa (26/1/2021).
Di sisi bauran energi terbarukan di pembangkit listrik mengalami peningkatan hampir menyentuh 15% pada semester I/2020. Namun jika dilihat secara keseluruhan, pembangkitan listrik kita masih didominasi batu bara yang juga meningkat 1,3%.
"Ini menunjukkan bauran listrik kita masih sangat kotor dan emisi ini perlu diturunkan hingga tahun 2030 jika kita ingin mencapai kesepakatan Paris," jelasnya.
Dia melanjutkan, untuk mencapai target 23% bauran energi terbarukan di 2025 maka harus ada penambahan kapasitas energi terbarukan setiap tahun sekitar 2 hingga 3 GW. ( Baca juga:Dasar Conor McGregor! Kalah KO, Malah Asyik Main Ekskavator di Pantai )
Menurut dia, penambahan kapasitas dari PLTS diproyeksikan akan lebih banyak disumbang oleh PLTS Atap dibandingkan PLTS terpusat (IPP). Ini dikarenakan penyesuaian pasokan listrik oleh PLN yang berarti proses lelang ditunda.
"Segmen industri juga akan terus menjadi kontributor utama penambahan kapasitas PLTS Atap di tahun 2021 mengingat ketersediaan skema pembiayaan dan skala," tuturnya.
(uka)
tulis komentar anda