12 Anak Cucu BUMN Siap Melantai di Bursa Saham

Jum'at, 05 Februari 2021 - 07:10 WIB
Rencana Kementerian BUMN untuk mencatatkan saham 12 anak cucu perusahaan milik negara tersebut seharusnya ditinjau ulang. Pasalnya, pandemi Covid-19 menggerus perekonomian termasuk pendapatan BUMN . Sekitar 70% dari semua sektor BUMN mengalami penurunan pendapatan di 2020. Secara total, pendapatan BUMN berkurang sampai dengan 90% dampak pandemi.

Ekonom Institute for Development or Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, dari semua sektor BUMN khususnya BUMN energi, BUMN karya/konstruksi, serta BUMN sektor kesehatan mengalami penurunan pendapatan. Menurutnya, dengan mempertahankan biaya operasional tetap rendah sekaligus menarik pinjaman baru itu merupakan solusi mudah terkait utang BUMN.

“Permasalahannya kenaikkan utang untuk menutupi operasional karena pendapatan turun, ini masuk kepada BUMN yang memang sudah bermasalah bahkan sebelum pandemi Covid-19,” katanya dalam Market Review IDX Channel, kemarin.

Dia menegaskan, wajar atau tidaknya kondisi ini dapat dilihat dari kinerja perusahaan pelat merah dari sebelum masa pandemi. Sebagai contoh, Garuda Indonesia yang sudah mempunyai masalah keuangan yang cukup berat jauh sebelum pandemi, kenaikan utangnya belum tentu bisa meningkatkan kinerja dan hanya tambal sulam saja.

“Di sinilah tingkat risikonya menjadi lebih tinggi karena kinerja belum tentu membaik tetapi utang terus meningkat sementara kita belum tahu pemulihan ekonomi kapan terjadi,” tegasnya.

Perusahaan BUMN dengan performa yang sudah tidak baik dan memiliki utang yang bertambah ini akan berisiko. Padahal di sisi lain, BUMN diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan berkontribusi terhadap dividen kepada pemerintah.

“Dengan adanya situasi seperti ini di mana pendapatan menurun, perusahaan BUMN-nya terlilit utang, maka ini akan menjadi beban untuk banyak pihak,” tandasnya.

Meskipun Erick Thohir tidak memaparkan secara detail ke-12 anak cucu BUMN yang akan melakukan IPO, namun sejumlah perusahaan pelat merah telah berancang-ancang untuk mencatatkan sahamnya di bursa. Salah satunya yaitu anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang bergerak pada bisnis menara telekomunikasi yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).

Menurut Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo, Mitratel ditargetkan akan melakukan penawaran saham perdana pada tahun 2021. “Jadi anak usaha Telkom, Mitratel, yang fokus pada bisnis tower akan menjajaki IPO tahun 2021,” ujar dia dalam telekonfrensi, Rabu (2/12/2020).

Selain itu anak usaha PT Wijaya Karya Tbk yakni PT Wika Reality yang rencanannya listing di pasar modal pada 2020 harus ditunda pada tahun ini. Manajemen perseroan menyebut rencana IPO itu masih menunggu kelanjutan Kementerian BUMN dalam membentuk subholding perhotelan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More