Cara UMKM Manfaatkan Teknologi untuk Berdayakan Komunitas di Surabaya dan Makassar
Jum'at, 19 Februari 2021 - 09:59 WIB
Sego Sambal Cak Brewok sebenarnya bukan usaha pertama Cieny. Sebelumnya pada 2012, perempuan kelahiran Makassar ini juga pernah membuka usaha kuliner yang mirip. Ayam Bakar Jenny’s, namanya. Sayangnya usaha tersebut tidak bertahan lama karena sering tutup ditinggal menjenguk anak-anaknya yang menempuh pendidikan di Surabaya.
Inspirasi untuk membuat Sego Sambal Cak Brewok datang ketika Cieny dan keluarganya sedang berada di Malang. Saat itu dia sempat mencicipi Sego Sambal Cak Uut, yang menyajikan menu super pedas. Dia pun terinspirasi untuk membuat menu sejenis. Lalu dibukalah usaha kuliner Sego Sambal Cak Brewok.
Pada bulan pertama Cieny mampu membukukan omzet besar dengan kenaikan hingga 100%. Demikian pula di bulan kedua, mendapatkan kenaikan sampai 200%, sampai kemudian pada bulan keempat sebagai Restoran Pilihan, Sego Sambal Cak Brewok mampu menghasilkan omzet 300% lebih tinggi dibanding pertama kali membuka usaha.
Seiring dengan meningkatnya omzet dan permintaan, Cieny juga menambah karyawan. Sekarang usahanya telah mempekerjakan 11 karyawan. Sebelum bergabung sebagai Restoran Pilihan, dia hanya mempekerjakan 5 orang. Dia merasa senang bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
Ajak Pedagang Kaki Lima Naik Kelas dengan Teknologi
Aiola Eatery salah satu bisnis yang memberanikan diri membanting setir merubah wujud dari bisnis clothing line menjadi bisnis kuliner. Aiola Eatery sebuah restaurant berdiri sejak tahun 2010 ini memiliki dua area makan yang tak pernah berubah, outdoor dan indoor.
Manager Aiola Eatery Julyanto Adrianes menceritakan, mulanya Aiola Eatery berangkat dari Aiola Clothing Line. Awalnya, Aiola bergerak di bisnis distro pada tahun 2008. Setelah berjalan hampir 2 tahun, saat itu bisnis clothing di Indonesia sedang dalam kondisi perang harga yang sangat ketat. Tentu hal ini berimbas pada bisnis Aiola yang kemudian collapse dan memutuskan untk ditutup untuk istirahat. Di sisi lain, pihaknya terus mencoba menjelajah bisnis lainnya.
“Setelah riset-riset akhirnya menemukan bisnis makanan ini. Bisnis makanan kan juga tidak akan pernah berhenti, karena makan menjadi kebutuhan pokok. Akhirnya memutuskan membuat pujasera,” ujarnya.
Aiola Clothing Line kemudian diubah menjadi bisnis kuliner Aiola Eatery. Saat itu waktunya terjadi bersamaan dengan pemerintah Kota Surabaya yang saat itu tengah gencar membersihkan jalanan kota Surabaya, sehingga pedagang kaki lima (PKL) terkena imbasnya.
Inspirasi untuk membuat Sego Sambal Cak Brewok datang ketika Cieny dan keluarganya sedang berada di Malang. Saat itu dia sempat mencicipi Sego Sambal Cak Uut, yang menyajikan menu super pedas. Dia pun terinspirasi untuk membuat menu sejenis. Lalu dibukalah usaha kuliner Sego Sambal Cak Brewok.
Pada bulan pertama Cieny mampu membukukan omzet besar dengan kenaikan hingga 100%. Demikian pula di bulan kedua, mendapatkan kenaikan sampai 200%, sampai kemudian pada bulan keempat sebagai Restoran Pilihan, Sego Sambal Cak Brewok mampu menghasilkan omzet 300% lebih tinggi dibanding pertama kali membuka usaha.
Seiring dengan meningkatnya omzet dan permintaan, Cieny juga menambah karyawan. Sekarang usahanya telah mempekerjakan 11 karyawan. Sebelum bergabung sebagai Restoran Pilihan, dia hanya mempekerjakan 5 orang. Dia merasa senang bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
Ajak Pedagang Kaki Lima Naik Kelas dengan Teknologi
Aiola Eatery salah satu bisnis yang memberanikan diri membanting setir merubah wujud dari bisnis clothing line menjadi bisnis kuliner. Aiola Eatery sebuah restaurant berdiri sejak tahun 2010 ini memiliki dua area makan yang tak pernah berubah, outdoor dan indoor.
Manager Aiola Eatery Julyanto Adrianes menceritakan, mulanya Aiola Eatery berangkat dari Aiola Clothing Line. Awalnya, Aiola bergerak di bisnis distro pada tahun 2008. Setelah berjalan hampir 2 tahun, saat itu bisnis clothing di Indonesia sedang dalam kondisi perang harga yang sangat ketat. Tentu hal ini berimbas pada bisnis Aiola yang kemudian collapse dan memutuskan untk ditutup untuk istirahat. Di sisi lain, pihaknya terus mencoba menjelajah bisnis lainnya.
“Setelah riset-riset akhirnya menemukan bisnis makanan ini. Bisnis makanan kan juga tidak akan pernah berhenti, karena makan menjadi kebutuhan pokok. Akhirnya memutuskan membuat pujasera,” ujarnya.
Aiola Clothing Line kemudian diubah menjadi bisnis kuliner Aiola Eatery. Saat itu waktunya terjadi bersamaan dengan pemerintah Kota Surabaya yang saat itu tengah gencar membersihkan jalanan kota Surabaya, sehingga pedagang kaki lima (PKL) terkena imbasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda