Pasca Kudeta, Hubungan Dagang Indonesia-Myanmar Tetap Stabil
Kamis, 04 Maret 2021 - 15:41 WIB
JAKARTA - Hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Myanmar masih stabil kendati terjadi pergolakan politik di Myanmar setelah kudeta militer terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi.
Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Iza Fadri mengatakan, hubungan dagang Indonesia dengan Myanmar tetap berjalan. Nilai transaksi perdagangan kedua negara tercatat lebih dari USD1 miliar pada tahun 2018 di mana Indonesia mengalami surplus terhadap Myanmar.
"Hubungan ekonomi Indonesia dengan Myanmar saat ini tetap menunjukkan kondisi yang stabil. Pada tahun 2018, jumlah perdagangan Indonesia melebihi USD1 miliar dan kita surplus, sedangkan Myanmar hanya USD179,4 juta," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Kamis (4/3/2021).
Dia melanjutkan, Indonesia termasuk 10 negara yang nilai perdagangannya cukup tinggi di Myanmar di mana untuk negara ASEAN berada di bawah 3 negara, yaitu Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Sementara untuk investasi, dia mengakui saat ini ada beberapa kendala terkait perizinan akibat adanya gejolak politik di Myanmar seperti yang dialami perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk. Saat ini pembangunan pabrik Kalbe Farma di Myanmar sudah selesai tinggal melakukan uji klinis. "Ini menjadi permasalahan karena dengan situasi pemerintahan Myanmar yang sedang bergejolak, izin belum dapat," jelas Iza.
Meski begitu, menurut Iza, hubungan dagang antara Indonesia dan Myanmar masih prospektif. Jumlah penduduk Myanmar cukup besar sekitar 53 juta jiwa dengan luas wilayah yang sedikit lebih besar dari Thailand.
"Sejak 2010 pertumbuhan ekonomi di Myanmar cukup stabil dan perlu diketahui pada saat pandemi Covid-19, mereka masih positif 2% untuk pertumbuhan ekonominya. Jadi kalau kita lihat prospek ini termasuk sesuatu yang bisa kita perhitungan untuk melakukan investasi dan perdagangan di Myanmar," jelasnya.
Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Iza Fadri mengatakan, hubungan dagang Indonesia dengan Myanmar tetap berjalan. Nilai transaksi perdagangan kedua negara tercatat lebih dari USD1 miliar pada tahun 2018 di mana Indonesia mengalami surplus terhadap Myanmar.
"Hubungan ekonomi Indonesia dengan Myanmar saat ini tetap menunjukkan kondisi yang stabil. Pada tahun 2018, jumlah perdagangan Indonesia melebihi USD1 miliar dan kita surplus, sedangkan Myanmar hanya USD179,4 juta," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Kamis (4/3/2021).
Dia melanjutkan, Indonesia termasuk 10 negara yang nilai perdagangannya cukup tinggi di Myanmar di mana untuk negara ASEAN berada di bawah 3 negara, yaitu Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Sementara untuk investasi, dia mengakui saat ini ada beberapa kendala terkait perizinan akibat adanya gejolak politik di Myanmar seperti yang dialami perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk. Saat ini pembangunan pabrik Kalbe Farma di Myanmar sudah selesai tinggal melakukan uji klinis. "Ini menjadi permasalahan karena dengan situasi pemerintahan Myanmar yang sedang bergejolak, izin belum dapat," jelas Iza.
Meski begitu, menurut Iza, hubungan dagang antara Indonesia dan Myanmar masih prospektif. Jumlah penduduk Myanmar cukup besar sekitar 53 juta jiwa dengan luas wilayah yang sedikit lebih besar dari Thailand.
"Sejak 2010 pertumbuhan ekonomi di Myanmar cukup stabil dan perlu diketahui pada saat pandemi Covid-19, mereka masih positif 2% untuk pertumbuhan ekonominya. Jadi kalau kita lihat prospek ini termasuk sesuatu yang bisa kita perhitungan untuk melakukan investasi dan perdagangan di Myanmar," jelasnya.
(fai)
tulis komentar anda