Motivasi Membangun Papua Tersalurkan Bersama TSE Group
Kamis, 08 April 2021 - 01:09 WIB
Kansius mengakui, trik pendekatan ini didapatkannya saat aktif mengikuti organisasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama di Yogyakarta. "Banyak yang saya ambil dari luar mata kuliah, termasuk bagaimana manage SDM,” ujar lelaki kelahiran 19 Juli 1974 itu.
Tantangan lainnya, komitmen dari para pekerja, terutama untuk Orang Asli Papua (OAP). Menurut Kansius, beberapa di antara mereka memilih keluar tanpa izin dan sebelum waktunya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat perkebunan sawit merupakan industri yang baru di Papua, sehingga masyarakat membutuhkan waktu lebih untuk beradaptasi.
Salah satu cara yang dilakukan TSE Group untuk mengatasi tantangan ini adalah memberikan edukasi. Bekerja sama dengan pemerintah daerah, perusahaan mengadakan kursus untuk membentuk mentalitas pekerja OAP. “Sosialisasi ini memungkinkan mereka punya rasa memiliki terhadap pekerjaan yang mereka tekuni,” kata Kansius.
Tapi, Kansius menyebutkan, pendekatan yang dilakukan terhadap OAP tidak bersifat memaksa. Perusahaan melakukannya secara bertahap dan menggunakan asas kekeluargaan yang tetap menunjung profesionalitas.
Kansius menekankan, upaya ini tidak semata dilakukan untuk memberikan dampak positif pada perusahaan. Masyarakat setempat juga ikut terbantu karena mereka mendapatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan yang tetap.
Ke depannya, ia berharap, TSE Group tetap dapat eksis dan melakukan ekspansi sehingga mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara nasional, terutama untuk wilayah Papua. “Perusahaan harus tetap terjaga sehingga kita semua menjadi terbantu,” ujar Kansius.
Selain melalui TSE, beberapa perusahaan di bawah naungan TSE Group juga aktif menyerap tenaga kerja OAP. Di antaranya, PT Berkat Cipta Abadi (BCA) dan PT Dongin Prabhawa (DP).
Direktur Human Resource dan General Affair (HR-GA) TSE Group Ronny Makal menyebutkan putra-putri asli Papua sudah menduduki berbagai posisi di TSE Group. “Mulai dari kepala seksi, asisten manajer hingga manajer di lapangan maupun perkantoran,” ucapnya.
Tantangan lainnya, komitmen dari para pekerja, terutama untuk Orang Asli Papua (OAP). Menurut Kansius, beberapa di antara mereka memilih keluar tanpa izin dan sebelum waktunya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat perkebunan sawit merupakan industri yang baru di Papua, sehingga masyarakat membutuhkan waktu lebih untuk beradaptasi.
Salah satu cara yang dilakukan TSE Group untuk mengatasi tantangan ini adalah memberikan edukasi. Bekerja sama dengan pemerintah daerah, perusahaan mengadakan kursus untuk membentuk mentalitas pekerja OAP. “Sosialisasi ini memungkinkan mereka punya rasa memiliki terhadap pekerjaan yang mereka tekuni,” kata Kansius.
Tapi, Kansius menyebutkan, pendekatan yang dilakukan terhadap OAP tidak bersifat memaksa. Perusahaan melakukannya secara bertahap dan menggunakan asas kekeluargaan yang tetap menunjung profesionalitas.
Kansius menekankan, upaya ini tidak semata dilakukan untuk memberikan dampak positif pada perusahaan. Masyarakat setempat juga ikut terbantu karena mereka mendapatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan yang tetap.
Ke depannya, ia berharap, TSE Group tetap dapat eksis dan melakukan ekspansi sehingga mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara nasional, terutama untuk wilayah Papua. “Perusahaan harus tetap terjaga sehingga kita semua menjadi terbantu,” ujar Kansius.
Selain melalui TSE, beberapa perusahaan di bawah naungan TSE Group juga aktif menyerap tenaga kerja OAP. Di antaranya, PT Berkat Cipta Abadi (BCA) dan PT Dongin Prabhawa (DP).
Direktur Human Resource dan General Affair (HR-GA) TSE Group Ronny Makal menyebutkan putra-putri asli Papua sudah menduduki berbagai posisi di TSE Group. “Mulai dari kepala seksi, asisten manajer hingga manajer di lapangan maupun perkantoran,” ucapnya.
(akr)
tulis komentar anda